Rabu, 02 Januari 2013

Kubah “Awas Serangan Materialisme Terhadap Keyakinanmu!”


Judul
Kubah
Penulis
Ahmad Tohari
Genre
Novel Sastra
Penerbit
Gramedia
Jumlah Halaman
211
Tahun Terbit
September 2012 (Cetakan ke-4)


Novel berjudul “Kubah” karangan Ahmad Tohari ini berkisah mengenai kehidupan seorang pria bernama Karman yang hidup dijaman awal kemerdekaan Indonesia dimana isu komunisme santer tersebar dimana-mana. Karman awalnya adalah pemuda yatim yang rajin bekerja ditempat Haji Bakir sejak kecil dan selalu sholeh serta cerdas namun kemudian ia menjadi berubah seratus delapan puluh derajat akibat lamarannya terhadap Rafiah, anak Haji Bakir, ditolak. Rasa kecewa yang mendalam berselimut sakit hati yang tak terbendung tersebut dimanfaatkan kelompok penganut komunis yang semula memang sudah menargetkan Karman sebagai calon kader untuk membuat Karman semakin jauh dari Tuhan-nya.

Kawan Margo dan kawan Triman, kader yang bertugas menyeret Karman ke dalam kelompok komunis, seperti menyiram minyak ke dalam bara api. Maka semakin berkobarlah dendam Karman. Karman pun semakin dihasut bahwa kemiskinanlah yang membuat lamarannya ditolak dan kemiskinan itu sendiri diciptakan kaum tuan tanah seperti Haji Bakir.

Ketika isu bahwa partai komunis sedang dibasmi diberbagai wilayah, hati Karman bergetar takut. Kenyataan bahwa Margo dan Triman tertangkap dan dibinasakan, membuat Karman ketar-ketir dan dengan berat meninggalkan istri berserta ketiga anaknya yang masih seumur jagung. Pelarian bukanlah jalan akhir Karman, karena kelak Karman akan menerima hukumannya yaitu diasingkan ke Pulai Buru selama 12 tahun. Penderitaan Karman tak berhenti disitu, Marni, istrinya, sudah tidak kuat ditinggal lama-lama. Bukan karena tak kuat menahan hawa nafsu melainkan karena ketiga anaknya butuh santunan dan cara satu-satunya mendapat santunan rutin adalah dengan jalan bersuami. Meski terdengar berat namun akhir kisah ini bisa dikatakan cukup indah, bahwa Karman menyadari bahwa agama bukanlah candu seperti yang diajarkan di partainya melainkan sumber ketenangan batin dan jiwa adalah sebuah penyelesaian yang adil.

Epik menangkap di dalam cerita karangan Ahmad Tohari ini kurang lebih adalah pertarungan antara dua kubu yaitu kaum idealis dan kaum materialis. Timbul berbagai pergolakan batin Karman yang awalnya begitu idealis terhadap kepercayaan dan Tuhan-nya yang kemudian hilang digerus kaum materialis yang meyakinkan Karman bahwa segala sesuatu yang membenda adalah yang membentuk ide atau konsep pikiran diluar itu adalah bohong. Kemudian Karman kembali gamang akan keyakinannya akan partai dan Tuhan setelah ada isu penangkapan para komunis. Mungkin para idealis akan mengatakan bahwa Tuhan tengah menunjukan azab-Nya pada Karman, meski ia tidak mati tapi dipenjara 12 tahun jauh dari sanak keluarga adalah hal yang sungguh menyiksa.

Suatu hari ketika masih dalam pelariannya, Karman bertemu Kastagethek yang seorang buruh angkut bambu membuat hatinya terdalam diam-diam sungguh iri. Meski miskin, hidup Kastagethek sungguh dipenuhi rasa syukur dan tidak membuatnya berpaling terhadap Tuhan-nya. Karman sendiri setelah menempuh 12 tahun dipengasingan berubah peringainya. Ia sudah melupakan dendamnya terhadap Haji Bakir, malah kini mereka menjadi keluarga karena Tini, Anak Bakir, diperistri cucu Haji Bakir. Karman pun sukarela membuatkan sebuah kubah untuk Masjid milik Haji Bakir yang direnovasi.

Begitu banyak nilai keagamaan dan sosial yang dibagi dalam novel ini. Antara lain ketika ketakutan Karman akan dikucilkan warga desanya akibat statusnya yang sebagai mantan tahanan politik ternyata tidak terbukti. Justru warga desanya menerimanya kembali dengan hangat dan ramah. Seolah kita disadarkan bahwa seluruh manusia di dunia sama derajatnya entah dia seorang bekas tahanan atau haji sekalipun. Kemudian rasa dendam Karman yang ia hapus dan ia menyadari bahwa tidakan tersebut adalah tindakan bodoh yang tidak beralasan. Hal ini mengajarkan bahwa menyimpan dendam sama saja dengan menyimpan bara dalam sekam yang suatu hari dapat berbalik membakar diri kita sendiri.

(diambil dari tugas Mata Kuliah Pengantar Kajian Sastra)

Gimana KIKOSer? tertarik untuk baca? meski tergolong karya sastra, tapi isi dari novel ini cukup ringan kok… serta mudah untuk dipahami… cerita ngga bertele-tele dan banyak banget petuah-petuah yang tertuang dalam kisah Karman… 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar