Eh ujan gerimis aje~ hahaha
Akhir-akhir ini Surabaya sering diguyur ujan... dan itu bikin cucian Epik ngga kering-kering (curhat neh ceritanya...)
Akhir-akhir ini Surabaya sering diguyur ujan... dan itu bikin cucian Epik ngga kering-kering (curhat neh ceritanya...)
Yak... Ini pertama kalinya Epik baca karya
salah satu penulis wanita yang populer di Indonesia. Siapa lagi kalau bukan Nh.
Dini?. Epik pinjam buku dari perpustakaan Kampus B Unair nih... Jadi harap
maklum kalau cetakan lama hehehe... Yak langsung aja review'annya~
Judul
|
Namaku Hiroko
|
Penulis
|
Nh. Dini
|
Genre
|
Novel sastra
|
Penerbit
|
Gramedia
|
Jumlah Halaman
|
246
|
Tahun Terbit
|
1986 (Cetakan ke-2)
|
Nh. Dini |
Sesampainya di kota, ia begitu terperangah
dengan keadaan kota besar yang muram, dikelilingi gedung-gedung tinggi, serta
sedikit sekali sentuhan hijau pepohonan. Tomiko mengajak Hiroko tinggal
bersamanya sementara di tempat ia bekerja. Tomiko bekerja menjadi pembantu di
rumah konsulat Perancis. Tomiko juga membantu Hiroko mendapatkan pekerjaan.
Pekerjaan yang didapat pertama oleh Hiroko adalah menjadi pembantu rumah tangga
pada sebuah keluarga yang terdiri dari tuan, nyonya, dan anaknya yang baru
berusia beberapa bulan. Awalnya ia merasa cukup senang mendapat pekerjaan
sehingga tidak merepotkan Tomiko. Keluarga tempat ia bekerja pun memperlakukan
dirinya cukup baik meski tuannya sering memancing-mancing dan mencari perhatian
Hiroko dengan menyuruh-nyuruh Hiroko padahal sebelumnya si tuan ini jarang
sekali berbicara dengannya. Pergaulan di kota besar membuat pemikiran Hiroko
semakin terbuka apalagi soal mode pakaian dan pergaulan bebas teman-temannya,
meski Hiroko sendiri masih belum berani main-main macam teman-temannya.
Sampai suatu hari adik laki-laki si nyonya
datang untuk berlibur. Sanao, nama dari adik lelaki nyonya, adalah pemuda yang
tampan, tinggi, kaki yang panjang, badan yang tegap, rambut hitam, dan memiliki
daya tarik yang membuat Hiroko tak kuasa menahan rasa jatuh cinta terhadapnya.
Dari pria inilah Hiroko merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang wanita
dewasa. Sayangnya Sanao harus pulang kembali ke kotanya dan setelah itu hampir
tidak ada kabar dari Sanao.
Nyonya hamil anak keduanya, ia semakin
menjadi uring-uringan dan malas. Ketika tuan berkata akan pergi dinas ke luar
kota selama sebulan, nyonya memilih untuk berlibur ke rumah saudaranya dan
menitipkan anak pertamanya kepada Hiroko untuk dijaga. Anehnya belum genap
sebulan tuan pergi dinas, ia kembali ke rumah dengan mengendap-ngendap lewat
jendela seperti pencuri, Hiroko sedikit curiga namun karena tuan adalah
majikannya sendiri Hiroko mencoba mengesampingkan kecurigaannya. Tuan tiba-tiba
memberi oleh-oleh kepada Hiroko. Ketika bungkusan oleh-oleh itu dibuka isinya
adalah selembar kain sutra dari Kyoto. Terang saja Hiroko kegirangan. Tapi itu
semua hanya modus belaka. Tujuan tuannya hanyalah untuk mendapatkan tubuh Hiroko.
Meski tidak menyukai majikannya tersebut, entah mengapa Hiroko tidak bisa
menolak ajakan tuannya. Seolah hanya nafsu saja yang menguasai akal dan
pikirannya.
Kisah pengembaraan cinta Hiroko tidaklah
berhenti sampai disitu saja. Masih ada banyak pria yang silih berganti hadir
sebagai hiasan dalam hidupnya juga pria yang benar-benar mengisi hatinya.
Hm... Ketika membaca novel ini, jujur Epik
super excited banget... Karena ngga
diragukan lagi Nh. Dini adalah novelis terkenal di Indonesia. Setelah menghabiskan
isi novel ini, Epik menilai Hiroko sebagai "Evil b*tchy women yang takut miskin". Yah itu
mah bahasa kasarnya sih... Sebenernya kalau ditelaah lebih jauh sepertinya Nh.
Dini ingin menggambarkan sosok gadis yang pola pikirnya terpaksa berubah akibat
desakan modernisasi kota besar. Mindset
Hiroko telah diubah menjadi sesosok manusia yang berorientasi pada uang serta
telah mengesampingkan moral dan etika demi tidak kembali jatuh miskin. Padahal
sebelumnya Hiroko adalah gadis desa yang pemalu, lugu, dan baik loh...
Epik merasa diingatkan melalui tokoh Hiroko
ini bahwa dunia ini sudah berubah, moral dan etika tergeser oleh pikiran
materialis. Entah kenapa Epik benci sekali terhadap sifat Hiroko yang kelewat
materialis, seolah semua diukur dengan uang dan harta. Jadi igit-igit gitu kalau semakin mendalami
karakter Hiroko.
Kisah Hiroko juga diselingi kisah-kisah
lain yang tersebar di dalam novel. Mungkin kisah-kisah yang hampir tidak
penting, tapi cukup banyak. Seperti kisah pastor Perancis yang menghamili pembantunya,
kisah Michiko seorang hostes, dan lain-lain. Cerita yang tersebar memang tidak
panjang tetapi memiliki makna. Rata-rata menunjukan kebobrokan moral
orang-orang jaman sekarang. Mungkin di jaman novel ini berjaya, kisah-kisah
macam ini dihadirkan untuk membuka wawasan orang-orang yang belum mengerti
kehidupan dunia saat itu yang mulai mengila.
So, kalau KIKOSer ada waktu luang, coba deh
cari novel ini ditumpukan perpustakaan sekolah atau di toko-toko buku bekas...
Lumayan untuk menghibur KIKOSer~
Keren
BalasHapus