Sabtu, 19 Januari 2013

Karena itu kamu...


Olla KIKOSer~~
Waktu ubek-ubek Lapy Reyko nemuin “CERPEN” ini sebenernya uda pernah aq kirim, tapi gak papalah aq pos di Blog.Hhahhah. Toh yang bikin aq juga. sekalian malem minggu pertama di KKN, pengen "ngeluarin" ini.Hhahah
Ini sepenuhnyaa Cerpen Abal-abal, buah pikir dari kengangguran, sepenuhnya Khayalan...fiktif belakang (Tapi rada susah bedaain nyata sama khayal kadang2), kalau ada kemiripan nama, tempat, n lain2 sepenuhnyaaa NGARANG AJA.Hhaha.  Jangan harap ini Cerpen WOW Memebahana yaa...



Karena itu kamu...

Sudah empat jam aku duduk di cafe ini, hanya kuaduk-aduk minuman dingin di depanku. Walaupun udara di Surabaya sangat panas minuman dingin ini tidak berhasil menarik perhatianku untuk minum. Hatiku jauh lebih panas daripada hawa yang yang menerpa kulitku. Kulirik Handphone di depanku, sepertinya tidak ada tanda-tanda akan ada pesan maupun telephone datang. 

Kenapa harus aku yang menunggu, jika ku ingat banyaknya waktu yang kubuang percuma untuk menunggunya membuat urat-urat dikepala mulai bemunculan dan ini tidak akan baik hanya membuat wajahku semakin penuh dengan keriput. Namun benci dan marah itu selalu melayang seperti dandelion yang tertiup angin hilang pergi menjauh meninggalkan tangkainya, jika aku melihatmu datang dan meminta maaf dengan cara yang manis, sepertinya Surabaya bisa saja bersalju jika kau tersenyum. Aku hanya bisa tersenyum jika mengingat kebodohanku yang satu ini, walaupun aku tau ini merupakan hal bodoh namun aku tetap senang melakukannya.
...
....
......
            “Rey! Udah lama nunggu ya? Maaf banget tadi masih ada masalah di Kampus, terus macet juga, tau kan Surabaya udah sama kayak Jakarta sekarang” tepat dugaanku dia datang dengan wajah seperti anak bayi yang ingin cemilan, dan bagaimana aku bisa marah jika melihat wajahnya yang manis.

            “Iya...nggak masalah, toh aku juga baru sampai, udah duduk aja langsung pesan makanan aku laper ni.”
            “ Iya..iya bentar.”

            Kulihat dia sibuk membolak-balik buku menu, kenapa dia selalu lama dalam mengambil keputusan apapun dan pada akhirnya dia akan memilih menu yang sama setelah mengeluhkan tidak ada menu baru di cafe ini. Dan pelayan datang menulis pesanannya, pelayan ini hanya tertawa mungkin merasa kenapa pelanggan ini selalu memesan menu yang sama. Sedangkan aku mencoba menu berbeda tiap harinya, karena aku selalu penasaran dengan berbagai makanan yang ada dan kali ini kupilih makanan manis yang tidak kusuka tetapi orang di hadapanku ini selalu memesannya. Ice Pancake Coklat.

            “ Tumben pesan cake? Katanya nggak suka makanan manis.” Godanya sambil menunjuk-nunjuk pipiku.
            “ Aku hanya penasaran kenapa bisa kamu pesan ratusan kali saat disini.”

            “ Hahhaha, kau pasti ketagihan nanti, oh iya aku habis lihat di majalah katanya ada lomba menulis novel. Aku mau ikut nih tapi bingung enaknya cerita soal apa.”

            “ Novel ya? Gimana kalau cinta sepihak, cerita cinta jangan bahagia aja pembaca pasti uda bosen disuguhin cerita manis, padahal di kenyataan nggak ada yang semanis itu. Kayak coklat.”

            “ Hah! Ngapain coklat di bawa-bawa.”

            “ coklat itu aslinya pahit, Cuma diolah biar manis and enak dimakan aja biar diterima orang coba itu pahit apa kamu mau makan?”

            “ Ahh...iya ya..cerita cinta yang pahit yaa. Pintar kamu nggak sia-sia lah aku ngajak kamu kesini.”

            Dia mulai mengetik dengan serius, namun terkadang berhenti dan lebih tertarik dengan pancakenya, sedangkan aku hanya memakannya sedikit dan kuabaikan makanan manis itu. Aku jarang sekali melihat ia serius melakukan sesuatu, apakah hadiah lomba ini sangat menggiurkan?. Kutatap dia yang mulai frustasi dengan cerita yang ia buat. Aku tau di tidak pandai dalam merangkai kata. Melihatnya seperti ini membuatku tersenyum. Kulihat rambutnya mulai panjang tetapi badannya juga mulai mengurus. Aku khawatir apakah kamu bahagia dengannya. Aku selalu merasa bahwa aku yang paling pantas mendampingimu, melihatmu yang selalu menangis bila ada pria yang hanya mempermainkan mu saja menganggap kau terlalu polos dan mudah dipermainkan. Tapi aku heran berkali-kali disakiti kenapa kau masih memilih pria lain untuk kau ajak berkencan dan bukan aku yang jelas-jelas menyukaimu. Apa aku kurang menarik? Atau aku harus berubah jadi tampan baru kau mau denganku.

            “ Rey...apa ada coklat di wajahku? Kenapa kamu ngeliati aku kayak gitu, seram tau, kayaknya kamu pengen lempar pancake ke mukaku.”

            “ Hahaha, apaan sih...enggak lah, aku ini mau bantuin buat cerita di novel mu. Ini baru dapet ide uda dituduh yang enggak-enggak.”

            “ Ow..maaf yaa..sini kasih tau aku enaknya gimana alur cerinya, sumpah ini baru 3 lembar dari tadi. Kalau gini terus bisa-bisa gak cukup waktunya.”

            “ Oke..dengerin, jadi di buat aja kayak potongan-potongan cerita pendek yang nantinya semua cerita itu saling berhubungan. Nanti aku bantuin buat yang buat cerita sedihnya. Gimana?”

            “ Wahhhh...makasi Rey..kamu baik bener.”

            “ Iihh jangan peluk-peluk, gak enak tu dilihatin orang, besok yaa aku kirim email deh.”

            “ Kenapa nggak ketemu aja? Biar bisa aku kasih masukan gitu.”

            “ Gaya banget mau ngasi masukan, udah aku kirim email aja. Kamu buat awalannya aja. Konsentrasi jangan pacaran terus. Tumben banget kamu buat beginian.”

            “ Iya, nanti kalau menang uang hadiahnya mau aku beliin jam tangan buat Dimas, soalnya mahal banget barang yang dia mau.”

            “ Kalau nggak mampu nggak usah dipaksain deh, bukan dia yang minta kan?.” Kusiniskan nada bicaraku agar ia sadar bahwa pacarnya bukan yang terbaik.

            “ Enggak...aku tau aja, udah nggak papa sekali-kali ngasi kado mahal nggak masalah kan. yuk balik Dimas uda di depan ternyata.”

            “ Kamu keluar dulu aja, nanti dia cemburu lagi liat kita makan berdua.”

            “ Hhaha bisa aja kamu, yaudah makasi ya. Jangan lupa juga cerpennya.”

            “ Iyaa..udah buruan pergi sana.”

            Sambil tersenyum ia berlalu, meninggalkan ku. Saat kulihat tatapan orang lain yang seakan merendahkannya entah mengapa emosi ini muncul lagi. Aku tidak suka jika orang lain  memberikan cap buruk padanya, bagaimanapun dia juga manusia dan aku serta orang- orang tidak bisa memaksa dengan siapa ia jatuh cinta.
            Saat dikamar aku mulai menyalahkan komputer dan mulai mengetik, entah seperti apa hasilnya nanti yang terpenting aku sudah berusaha menyampaikan perasaanku, walaupun harus dengan cara konyol seperti ini. Karena semua sama seperti yang kualami, hanya kuperindah.
            Kubaca pesan singkat dari Rey ternyata ia sudah mengirim cerpennya, padahal baru jam 6 pagi mengapa ia sudah bangun. Biasanya perempuan ini akan terlambat bangun apalagi sekarang hari minggu. Langsung saja aku buka emailku dan mulai membaca hasil begadang Rey.
Heyy...Aku begadang karena mengerjakan ini..sooo BACA BAIK2!!!
AWAS SAJA, KALAU KAU MEMBACA DENGAN MULUT PENUH SEREAL

Hampir kusembur sereal yang aku makan, kenapa orang ini selalu tau apa yang kulakukan...mengerikan...akhirnya kutelan sereal ku dengan paksa, seakan aku bisa merasakan dia hadir disini. Ku tegakkan posisi dudukku dan mulai membaca

Lihat Aku (Judul Bisa di ganti)
            Pertama kali aku lihat dia, aku kira dia malaikat yang tersesat. Dibawah rintik hujan masih bisa kulihat ketampanannya. Sedangkan aku hanya bisa melihatnya dari jauh, kuberanikan diri untuk mendekat karena kulihat dia seperti kesusahan. Setiap langkah saat aku mendekat padanya entah mengapa hati ini berdetak tidak seperti biasanya. lebih cepat.lebih bertenaga. Dan aku mulai menawarkan bantuan kulihat rantai sepedahmu terlepas. Sepertinya ini alasannya tetapi kenapa wajahnya terlihat begitu panik dan kulihat air mata hampir lolos dari pelupuk mata, ini masalah kecil buatku karena aku adalah wanita yang mandiri yang bisa mengatasi semua masalah dengan kemampuan sendiri. Saat kuselesaikan tugasku kau berterimakasih dengan senyum menawan. Aku sampai terheran-heran dia ini wanita atau pria, badannya kecil dan tidak terlalu tinggi, wajah tirus menggemaskan, bibir tipis dan merah, kulit yang cerah dan bersih. Jika aku deskripsikan dirinya pasti banyak yang mengira dia ada adalah wanita, tapi sayangnya tidak. Dia adalah seorang pria, dan saat pertama aku bertemu dengannya sudah kuputuskan aku akan melindunginya.
            Sudah hampir dua tahun aku mengenalnya, Raka, pria manis yang kutemui saat hujan itu semakin hari semakin dewasa. Tetapi apakah dia tau bahwa aku mencintai dan menyayanginya, bukan seperti kakak terhadap adik yang seperti ia harapkan. Namun aku bertahan dengan kondisi ini karena aku satu-satunya wanita yang membuatnya nyaman. Aku rela menunda perkawinanku dan lebih memilih tetap berbisnis di kota ku saat ini padahal ada tawaran yang mengiurkan untuk bekerja di Luar negeri. Ku buang jauh-jauh semua karena saat aku meninggalkan dia sendiri aku takut akan ada yang melukainya seperti yang ibunya lakukan.
            Jika kudengar kau menangis karena perlakuan kasar ibumu, tahukah dia bawa setiap air mata yang jatuh akan menyayat hatiku. Akhirnya ku tau mengapa kau takut terhadap wanita karena trauma lah yang membuat dia seperti ini. Menjadi pecinta sesama janis. Saat dia mengatakan rahasia kecilnya kepadaku, entah harus apa aku bereaksi. Namun tidak ada kata jijik atau benci terhadapanya, bukan dia yang salah. Raka tidak memilih menjadi seperti ini. Saat semua orang tau mengenai kondisinya, cibiran itu datang tetapi kucoba tegar dihadapannya. Jika aku melemah maka pada siapa dia akan bersandar, karena aku tidak ingin ia mengandalkan pria.
            Tahukah dia, bahwa setiap ia bercerita mengenai kekasih barunya dan menangis kerena patah hati, aku berusaha mendengarkan walaupun air mata terkadang kutahan. Pernah aku berusaha membenarkan jalannya, mencoba mencari seorang wanita untuk mendampinginnya, namun yang kudapat adalah dia semakin menjauh dariku. Saat itulah aku tau betapa menyedihkannya diriku, aku hanya sandaran, hanya diam menyangganya agar tetap kuat berdiri. Hanya bisa diam tanpa memberi. Dan yang membuatku menangis sepertinya hanya aku yang mencintainya, bisakah aku terlihat olehnya? Menjadi orang yang mengisi hidupnya bukan hanya menjadi teman tapi aku ingin lebih. Haruskah aku berubah menjadi tampan agar kau melihatku Raka?.
            Air mata mengalir dipipiku, aku tau cerita yang di tulis perempuan bodoh ini, kenapa harus seperti ini dia menyampaikannya. Aku merasa jahat mengapa aku tidak pernah memberikannya kesempatan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
            Aku terbangun mendengar dering Handphone ku, dan tertulis nama Raka pada layar dan dengan gugup aku menjawab telephonenya. Pasti dia sudah membacanya. Apapun jawabannya akan aku terima walaupun yang terburuk ia akan meninggalkanku.
            Hanya suara tangisan yang kudengar.
            “ Kenapa nangis? Cengeng banget sih.”
            “ Kak Resya jahat, kenapa aku kelihatan jahat banget di ceritanya, terus ngapain bawa-bawa ceritaku!”.
Saat dia memanggilku seperti itu aku hanya tertawa, pada awal-awal berkenalan saja ia memanggilku dengan nama lengkap. Dan percakapan kami berlanjut dengan gurauan. Sepertinya ini menjadi awal baru hubungan kami.
           

FIN~~
Semoga terhibur...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar