Olla
KIKOSer~~
Waktu
ubek-ubek Lapy Reyko nemuin “CERPEN” ini sebenernya uda pernah aq kirim, tapi gak
papalah aq pos di Blog.Hhahhah. Toh yang bikin aq juga. sekalian malem minggu pertama di KKN, pengen "ngeluarin" ini.Hhahah
Ini
sepenuhnyaa Cerpen Abal-abal, buah pikir dari kengangguran, sepenuhnya Khayalan...fiktif
belakang (Tapi rada susah bedaain nyata sama khayal kadang2), kalau ada kemiripan nama, tempat, n lain2 sepenuhnyaaa NGARANG AJA.Hhaha. Jangan harap ini Cerpen WOW Memebahana yaa...
Karena itu kamu...
Sudah empat jam aku duduk di cafe ini, hanya
kuaduk-aduk minuman dingin di depanku. Walaupun udara di Surabaya sangat panas
minuman dingin ini tidak berhasil menarik perhatianku untuk minum. Hatiku jauh
lebih panas daripada hawa yang yang menerpa kulitku. Kulirik Handphone di
depanku, sepertinya tidak ada tanda-tanda akan ada pesan maupun telephone
datang.
Kenapa harus aku yang menunggu, jika ku ingat banyaknya waktu yang
kubuang percuma untuk menunggunya membuat urat-urat dikepala mulai bemunculan
dan ini tidak akan baik hanya membuat wajahku semakin penuh dengan keriput.
Namun benci dan marah itu selalu melayang seperti dandelion yang tertiup angin
hilang pergi menjauh meninggalkan tangkainya, jika aku melihatmu datang dan
meminta maaf dengan cara yang manis, sepertinya Surabaya bisa saja bersalju
jika kau tersenyum. Aku hanya bisa tersenyum jika mengingat kebodohanku yang
satu ini, walaupun aku tau ini merupakan hal bodoh namun aku tetap senang
melakukannya.
...
....
......
“Rey!
Udah lama nunggu ya? Maaf banget tadi masih ada masalah di Kampus, terus macet
juga, tau kan Surabaya udah sama kayak Jakarta sekarang” tepat dugaanku dia
datang dengan wajah seperti anak bayi yang ingin cemilan, dan bagaimana aku
bisa marah jika melihat wajahnya yang manis.
“Iya...nggak
masalah, toh aku juga baru sampai, udah duduk aja langsung pesan makanan aku
laper ni.”
“
Iya..iya bentar.”
Kulihat
dia sibuk membolak-balik buku menu, kenapa dia selalu lama dalam mengambil
keputusan apapun dan pada akhirnya dia akan memilih menu yang sama setelah
mengeluhkan tidak ada menu baru di cafe ini. Dan pelayan datang menulis
pesanannya, pelayan ini hanya tertawa mungkin merasa kenapa pelanggan ini
selalu memesan menu yang sama. Sedangkan aku mencoba menu berbeda tiap harinya,
karena aku selalu penasaran dengan berbagai makanan yang ada dan kali ini
kupilih makanan manis yang tidak kusuka tetapi orang di hadapanku ini selalu
memesannya. Ice Pancake Coklat.
“
Tumben pesan cake? Katanya nggak suka makanan manis.” Godanya sambil
menunjuk-nunjuk pipiku.
“
Aku hanya penasaran kenapa bisa kamu pesan ratusan kali saat disini.”
“
Hahhaha, kau pasti ketagihan nanti, oh iya aku habis lihat di majalah katanya
ada lomba menulis novel. Aku mau ikut nih tapi bingung enaknya cerita soal apa.”
“
Novel ya? Gimana kalau cinta sepihak, cerita cinta jangan bahagia aja pembaca
pasti uda bosen disuguhin cerita manis, padahal di kenyataan nggak ada yang
semanis itu. Kayak coklat.”
“
Hah! Ngapain coklat di bawa-bawa.”
“
coklat itu aslinya pahit, Cuma diolah biar manis and enak dimakan aja biar diterima orang coba itu pahit apa kamu mau makan?”
“
Ahh...iya ya..cerita cinta yang pahit yaa. Pintar kamu nggak sia-sia lah aku
ngajak kamu kesini.”
Dia
mulai mengetik dengan serius, namun terkadang berhenti dan lebih tertarik
dengan pancakenya, sedangkan aku hanya memakannya sedikit dan kuabaikan makanan
manis itu. Aku jarang sekali melihat ia serius melakukan sesuatu, apakah hadiah
lomba ini sangat menggiurkan?. Kutatap dia yang mulai frustasi dengan cerita
yang ia buat. Aku tau di tidak pandai dalam merangkai kata. Melihatnya seperti
ini membuatku tersenyum. Kulihat rambutnya mulai panjang tetapi badannya juga
mulai mengurus. Aku khawatir apakah kamu bahagia dengannya. Aku selalu merasa
bahwa aku yang paling pantas mendampingimu, melihatmu yang selalu menangis bila
ada pria yang hanya mempermainkan mu saja menganggap kau terlalu polos dan
mudah dipermainkan. Tapi aku heran berkali-kali disakiti kenapa kau masih
memilih pria lain untuk kau ajak berkencan dan bukan aku yang jelas-jelas
menyukaimu. Apa aku kurang menarik? Atau aku harus berubah jadi tampan baru kau
mau denganku.
“
Rey...apa ada coklat di wajahku? Kenapa kamu ngeliati aku kayak gitu, seram
tau, kayaknya kamu pengen lempar pancake ke mukaku.”
“
Hahaha, apaan sih...enggak lah, aku ini mau bantuin buat cerita di novel mu.
Ini baru dapet ide uda dituduh yang enggak-enggak.”
“
Ow..maaf yaa..sini kasih tau aku enaknya gimana alur cerinya, sumpah ini baru 3
lembar dari tadi. Kalau gini terus bisa-bisa gak cukup waktunya.”
“
Oke..dengerin, jadi di buat aja kayak potongan-potongan cerita pendek yang
nantinya semua cerita itu saling berhubungan. Nanti aku bantuin buat yang buat
cerita sedihnya. Gimana?”
“
Wahhhh...makasi Rey..kamu baik bener.”
“ Iihh
jangan peluk-peluk, gak enak tu dilihatin orang, besok yaa aku kirim email
deh.”
“
Kenapa nggak ketemu aja? Biar bisa aku kasih masukan gitu.”
“
Gaya banget mau ngasi masukan, udah aku kirim email aja. Kamu buat awalannya
aja. Konsentrasi jangan pacaran terus. Tumben banget kamu buat beginian.”
“
Iya, nanti kalau menang uang hadiahnya mau aku beliin jam tangan buat Dimas,
soalnya mahal banget barang yang dia mau.”
“
Kalau nggak mampu nggak usah dipaksain deh, bukan dia yang minta kan?.”
Kusiniskan nada bicaraku agar ia sadar bahwa pacarnya bukan yang terbaik.
“
Enggak...aku tau aja, udah nggak papa sekali-kali ngasi kado mahal nggak
masalah kan. yuk balik Dimas uda di depan ternyata.”
“
Kamu keluar dulu aja, nanti dia cemburu lagi liat kita makan berdua.”
“
Hhaha bisa aja kamu, yaudah makasi ya. Jangan lupa juga cerpennya.”
“
Iyaa..udah buruan pergi sana.”
Sambil
tersenyum ia berlalu, meninggalkan ku. Saat kulihat tatapan orang lain yang
seakan merendahkannya entah mengapa emosi ini muncul lagi. Aku tidak suka jika
orang lain memberikan cap buruk padanya,
bagaimanapun dia juga manusia dan aku serta orang- orang tidak bisa memaksa
dengan siapa ia jatuh cinta.
Saat dikamar aku mulai menyalahkan
komputer dan mulai mengetik, entah seperti apa hasilnya nanti yang terpenting
aku sudah berusaha menyampaikan perasaanku, walaupun harus dengan cara konyol
seperti ini. Karena semua sama seperti yang kualami, hanya kuperindah.
Kubaca
pesan singkat dari Rey ternyata ia sudah mengirim cerpennya, padahal baru jam 6
pagi mengapa ia sudah bangun. Biasanya perempuan ini akan terlambat bangun
apalagi sekarang hari minggu. Langsung saja aku buka emailku dan mulai membaca
hasil begadang Rey.
Heyy...Aku begadang karena mengerjakan ini..sooo BACA BAIK2!!!
AWAS SAJA, KALAU KAU MEMBACA DENGAN MULUT PENUH SEREAL
Hampir
kusembur sereal yang aku makan, kenapa orang ini selalu tau apa yang kulakukan...mengerikan...akhirnya kutelan sereal ku dengan paksa, seakan aku bisa merasakan dia hadir disini. Ku tegakkan posisi dudukku dan mulai membaca
Lihat Aku (Judul Bisa di
ganti)
Pertama kali aku lihat dia, aku kira dia malaikat yang
tersesat. Dibawah rintik hujan masih bisa kulihat ketampanannya. Sedangkan aku
hanya bisa melihatnya dari jauh, kuberanikan diri untuk mendekat karena kulihat
dia seperti kesusahan. Setiap langkah saat aku mendekat padanya entah mengapa
hati ini berdetak tidak seperti biasanya. lebih cepat.lebih bertenaga. Dan aku
mulai menawarkan bantuan kulihat rantai sepedahmu terlepas. Sepertinya ini
alasannya tetapi kenapa wajahnya terlihat begitu panik dan kulihat air mata hampir
lolos dari pelupuk mata, ini masalah kecil buatku karena aku adalah wanita yang
mandiri yang bisa mengatasi semua masalah dengan kemampuan sendiri. Saat
kuselesaikan tugasku kau berterimakasih dengan senyum menawan. Aku sampai
terheran-heran dia ini wanita atau pria, badannya kecil dan tidak terlalu
tinggi, wajah tirus menggemaskan, bibir tipis dan merah, kulit yang cerah dan
bersih. Jika aku deskripsikan dirinya pasti banyak yang mengira dia ada adalah
wanita, tapi sayangnya tidak. Dia adalah seorang pria, dan saat pertama aku
bertemu dengannya sudah kuputuskan aku akan melindunginya.
Sudah hampir dua tahun aku mengenalnya, Raka, pria manis
yang kutemui saat hujan itu semakin hari semakin dewasa. Tetapi apakah dia tau
bahwa aku mencintai dan menyayanginya, bukan seperti kakak terhadap adik yang
seperti ia harapkan. Namun aku bertahan dengan kondisi ini karena aku
satu-satunya wanita yang membuatnya nyaman. Aku rela menunda perkawinanku dan
lebih memilih tetap berbisnis di kota ku saat ini padahal ada tawaran yang
mengiurkan untuk bekerja di Luar negeri. Ku buang jauh-jauh semua karena saat
aku meninggalkan dia sendiri aku takut akan ada yang melukainya seperti yang
ibunya lakukan.
Jika kudengar kau menangis karena perlakuan kasar ibumu,
tahukah dia bawa setiap air mata yang jatuh akan menyayat hatiku. Akhirnya ku
tau mengapa kau takut terhadap wanita karena trauma lah yang membuat dia
seperti ini. Menjadi pecinta sesama janis. Saat dia mengatakan rahasia kecilnya
kepadaku, entah harus apa aku bereaksi. Namun tidak ada kata jijik atau benci
terhadapanya, bukan dia yang salah. Raka tidak memilih menjadi seperti ini.
Saat semua orang tau mengenai kondisinya, cibiran itu datang tetapi kucoba
tegar dihadapannya. Jika aku melemah maka pada siapa dia akan bersandar, karena
aku tidak ingin ia mengandalkan pria.
Tahukah dia, bahwa setiap ia bercerita mengenai kekasih
barunya dan menangis kerena patah hati, aku berusaha mendengarkan walaupun air
mata terkadang kutahan. Pernah aku berusaha membenarkan jalannya, mencoba
mencari seorang wanita untuk mendampinginnya, namun yang kudapat adalah dia
semakin menjauh dariku. Saat itulah aku tau betapa menyedihkannya diriku, aku
hanya sandaran, hanya diam menyangganya agar tetap kuat berdiri. Hanya bisa
diam tanpa memberi. Dan yang membuatku menangis sepertinya hanya aku yang
mencintainya, bisakah aku terlihat olehnya? Menjadi orang yang mengisi hidupnya bukan hanya menjadi teman tapi aku ingin lebih. Haruskah aku berubah menjadi
tampan agar kau melihatku Raka?.
Air
mata mengalir dipipiku, aku tau cerita yang di tulis perempuan bodoh ini,
kenapa harus seperti ini dia menyampaikannya. Aku merasa jahat mengapa aku
tidak pernah memberikannya kesempatan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku
terbangun mendengar dering Handphone ku, dan tertulis nama Raka pada layar dan
dengan gugup aku menjawab telephonenya. Pasti dia sudah membacanya. Apapun
jawabannya akan aku terima walaupun yang terburuk ia akan meninggalkanku.
Hanya
suara tangisan yang kudengar.
“
Kenapa nangis? Cengeng banget sih.”
“
Kak Resya jahat, kenapa aku kelihatan jahat banget di ceritanya, terus ngapain
bawa-bawa ceritaku!”.
Saat dia memanggilku seperti itu aku hanya tertawa,
pada awal-awal berkenalan saja ia memanggilku dengan nama lengkap. Dan
percakapan kami berlanjut dengan gurauan. Sepertinya ini menjadi awal baru
hubungan kami.
FIN~~
Semoga
terhibur...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar