Judul |
Mawar Jepang
|
Penulis |
Rei Kimura
|
Genre |
Novel Romantic |
Penerbit | Gramedia |
Jumlah Halaman |
294 |
Tahun Terbit |
2011 (Cetakan ke-1) |
Rei Kimura |
Dalam dunia peperangan sudah
tidak asing apa bila panggilan tugas turun ke medan tempur diwajibkan untuk
para pria. Apa lagi jika perang tersebut telah terjadi berpuluh-puluh tahun
yang lalu dimana patriarki masih dijunjung tinggi. Saat itu kaum wanita tak
lebih menjadi sosok yang akan menangisi kepergian ayah, suami, atau kekasih
mereka yang turun ke medan tempur. Tak banyak pilihan perjuangan nasionalisme
yang dapat ditunjukan para wanita di kala perang selain dengan menjadi pekerja
di pabrik seragam militer, bekerja di ladang, dan yang paling dekat dengan
lingkugan militer adalah menjadi perawat. Jangankan mengemudikan pesawat
Kamikaze, masuk area kemiliteran saja itu hampir-hampir tidak mungkin. Batasan
gender tersebut ditentang habis-habisan oleh Sayuri Miyamoto.
Tahun 1941, ketika pengumuman
bahwa Jepang berhasil mengebom pangkalan perang Amerika berkumandang melalui
radio milik keluarganya, Sayuri tahu bahwa di dalam lubuk hatinya diam-diam ia
merasa bangga dan ingin turut andil dalam euforia perjuangan patriotisme
bangsanya. Ibunya sendiri tidak menyukai perang karena takut anak lelaki
satu-satunya, Hiro (adik Sayuri), dipaksa masuk golongan orang wajib militer.
Namun kota mereka sangatlah jauh dari kota besar hal tersebutlah yang membuat
hati ibu Sayuri tidak terlalu gelisah. Sayangnya rasa aman tersebut tidak
bertahan lama karena kian hari pesawat militer Jepang kian sering mengepulkan
asap hitam di atas kota mereka. Ketika melihat pesawat tempur tersebut lewat,
Sayuri seolah mendapat ide brilian yang gila. Ia ingin sekali suatu hari dapat
bergabung dalam angkatan udara dan mengemudikan pesawat tempur untuk Jepang.
Namun sudah seperti yang diketahui bahwa orang-orang yang boleh masuk
kemiliteran adalah pria saja.
Saat perang semakin memanas,
dimana serangan bangsa Amerika semakin membabi buta. Sayuri pergi ke Tokyo
untuk menemani sahabatnya, Reiko. Reiko mencari Yukio,kekasihnya, yang pergi ke
medan perang. Selama di Tokyo, Sayuri dan Reiko bekerja sebagai perawat. Mereka
terpaksa tinggal di ruang sempit yang lembab dan futon yang kusam dengan
beberapa perawat lainnya. Belum lagi mereka harus merawat para tentara yang
terkena bom sehingga tubuhnya terkoyak. Mereka harus terbiasa dengan ceceran
darah, potongan-potongan tubuh, serta mayat-mayat yang sudah tidak dapat
dikenali lagi.
Epik percepat cerita sampai pada
tekat bulat Sayuri ingin menjadi tentara kamikaze. Kematian Hiro dan Reiko yang
mengenaskan akibat bom-bom Amerika membuat Sayuri nekat masuk ke kamp tentara
kamikaze. Kamikaze memiliki arti Dewa Angin, terinspirasi pada kisah Dewa Angin
yang menyelamatkan Jepang dari serangan Mongolia di jaman Kamakura. Tentara
kamikaze sendiri adalah tentara pesawat tempur berani mati dengan menabrakan
pesawat tempur mereka langsung ke pesawat musuh yang mengudara menuju Jepang.
Lalu bagaimana lika-liku Sayuri membalaskan dendamnya? Baca ya KIKOSer~
Epik rasa novel ini cukup kreatif
dengan menghadirkan wanita sebagai tokoh perjuangan di era Perang Dunia kedua.
Begitu banyak kisah menyentuh yang dihadirkan novel ini. Seperti kisah Reiko
yang memberikan tubuhnya kepada lelaki hidung belang demi mendapatkan sepeda
agar ia dan Sayuri bisa berkendara mencari Hiro ke kamp. Epik bener-bener
terharu loh... (TTATT)/
Menurut Epik kisah ini terkesan
cepat dan sedikit ngebut gituh... Selebihnya si oke-oke aja... Romantis juga
loh... Apa lagi ketika Sayuri bertemu tambatan hatinya di kamp tentara
kamikaze. Bener-bener so sweet... Ala Romeo Juliet lo... Hehehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar