Selamat
Sore KIKOSer…
Spesial
untuk malam Jum’at ini, Epik bakal mengulas mengenai novel terbitan tahun 1971
yang udah difilmkan bahkan sudah dibuat sekuel-nya. Yak apalagi kalau bukan
“The Exorcist”. Mungkin KIKOSer pernah baca review’an
Epik tentang film The Exorcist kan? Kalau belum silahkan klik disini untuk
membaca review’an film The Exorcist
ya…
Judul
|
The
Exorcist
|
Penulis
|
William
Peter Blatty
|
Genre
|
Novel
Horor psikologis
|
Penerbit
|
Serambi
|
Jumlah
Halaman
|
447
|
Tahun
Terbit
|
Mei
2013 (cetakan pertama)
|
Wiilliam Peter Blatty |
Chris
MacNeil adalah seorang aktris sekaligus seorang ibu dari gadis manis berusia 12
tahun bernama Regan. Chris baru saja pindah ke rumah sewa’an di daerah Georgetown,
Washington D.C. Ini semua kerena Chris
sedang menjalani shooting sebuah film yang bekerja sama dengan sutradara dari
Inggris, Burke Denning, si tukang mabuk. Meski hari-hari shooting membuatnya
sedikit kurang bersemangat, namun suasana rumah yang cukup nyaman ditambah ada
Regan dan asisten pribadi sekaligus guru privat Regan, Sharon Spencer, yang
membuat Chris merasa lebih senang tinggal di rumah baru.
Suatu
hari Regan merasa tidak nyaman dengan kamarnya. Ia mengatakan bahwa di kamarnya
ada gemeretak dari loteng, bahkan Chris juga mendengar suara garukan di loteng.
Chris mengira itu suara tikus, jadi ia meminta Karl (pembantu-nya) untuk
membeli jebakan tikus. Karl sendiri mengatakan bahwa loteng bersih dan tidak
ada tanda-tanda tikus. Hm… cukup aneh…
Regan
memiliki kebiasaan yang sebetulnya berbahaya yaitu bermain dengan papan Ouija.
Bahkan punya “teman khayalan” bernama Kapten Houdy. Mungkin gara-gara kebiasaan
itu Regan jadi mengalami gangguan-gangguan gaib. Awalnya hanya sekedar
barang-barang berpindah dan suara garukan di loteng, tapi lama kelamaan
gangguan itu jadi makin parah. Regan jadi sering ngerasa kasurnya
bergoyang-goyang sendiri sampai akhirnya Regan mengalami kesurupan.
Karena
Chris adalah seorang atheis, ia tidak memahami bahwa sepertinya Regan ini
kesurupan. Chris membawa Regan ke dokter dengan segala obsevasi dan test
kesehatan yang menyatakan tubuh Regan baik-baik saja. Dokter berpendapat
mungkin penyakit Regan ini berhubungan dengan masalah syaraf. Namun ahli syaraf
yang memeriksa Regan belum berani memutuskan penyakit Regan.
Tiba-tiba
tercetus ide eksorsis (semacam ruqiah atau pengusiran roh dalam tubuh versi
agama Katolik) dari (kalau ngga salah) ahli syaraf yang agaknya menyerah dengan
kondisi Regan. Chris pun meyakinkan diri untuk mengeksorsis Regan dengan
menemui seorang pastor bernama Damien Karras. Namun Damien tidak berani
langsung mendiagnosa Regan kesurupan sebelum ada observasi lebih rinci dan
dalam terhadap kondisi Regan dengan begitu pastor Damien Karras bisa mengajukan
ijin eksorsis kepada keuskupan. Benarkah Regan memang kesurupan? Mampukah
Pastor Damien Karras menyelesaikan permasalahan ini? Baca sendiri ya KIKOSer~
Dua kata
untuk novel ini: DETIL & CERDAS!. Yap… perbedaan novel dan film The
Exorcist adalah novelnya lebih detil. Gaya penceritaannya tuh detil terutama
mengenai pengecekan kesehatan Regan dan segala istilah medisnya. Juga istilah
mengenai penyakit psikologis dan gejala-gejalanya. Seolah melalui gaya tulisan
yang tertuang, William Peter Blatty ini emang ahli di kedua bidang itu (medis
dan psikologi). Maka dari itu Epik bilang novel ini cerdas!
Dibanding
filmnya, novel The Exorcist terkesan lebih blak-blakan dan lebih vulgar.
Mungkin di dalam film kurang bebas dalam mengekspresikan cerita karena ada
anak dibawah umur yang ikut berperan sebagai tokoh Regan. Sosok Regan dalam novel
benar-benar liar dan mengerikan. Kata-kata yang diucapkan Regan porno banget!.
Sesuatulah pokok-nya…
Kemudian
proses observasi Father Damien di dalam novel lebih lama dibanding yang ada
di film (mungkin masalah durasi kali
ya~). Di film, kedua pembantu Chris tidak terlalu mengambil peran yang banyak
dan mencolok tapi di dalam novel peran Karl dan Willie cukup banyak dan cukup
memegaruhi cerita (terutama tokoh Karl).
Back to novel, diawal
bab biasanya gaya ceritanya agak berubah jadi sedikit sastra. Ya membahas
segala sesuatu dengan bahasa yang indah. Yang bikin Epik tertarik adalah
beberapa penjelasan mengenai Misa Hitam (semacam Misa yang dilakukan pemuja
setan). Cukup ngeri deh… (kalo mau tau coba googling
aja ya KIKOSer… atau baca deh novelnya)
Kekurangan
dari novel ini mungkin adalah beberapa bagian observasi medis dan psikologis
yang istilahnya kurang umum dan kurang penjelasan yang gamblang. Jadi pembaca
agak bingung maksud serta tujuan dari observasi yang dilakukan. Selain itu
percakapan antar tokoh agak rumit mungkin karena ada perbedaan bahasa dan gaya
bahasa jaman dulu dengan jaman sekarang. Kadang Epik ngga mudeng si tokoh itu
lagi ngobrol ke arah mana. Soalnya mereka ngomongnya itu ngga to the point… agak mbulet-mbulet gitu (basa-basi). Pembahasan mengenai Misa Hitam-nya udah
lumayan sih tapi sayangnya penjelasannya kurang banyak… :P
Dari
keseluruhan menurut Epik novel ini sangat menarik. Ceritanya kuat dengan ide
cerita yang bagus. Ngga kaget kalau novel ini sempet booming banget setelah terbit. Nah dari pada KIKOSer penasaran sama
novel ini mending langsung baca sendiri ya!. Dijamin ngga nyesel kok!.
For Your
Information:
1.
Novel ini pernah menjadi buku terlaris versi The New York Times selama 57 minggu (lebih dari setahun).
2.
Tahun 2011 lalu novel ini ditebitkan kembali
sebagai edisi ulang tahun ke-40 dengan berbagai revisi.
hola kikos...eh atau epik ya? hhe...
BalasHapusseperti biasa aku suka baca resensimu. (dulu pernah komentar di resensi novel agatha christie - 13 kasus)
btw, pengen beli ini, mungkin sabtu mau beli ah ke gramed...do'ain masih ada ya stoknya, hehe
Hola juga Dhy hehehe...
HapusAlhamdullilah kalau Dhy suka review'annya Epik, ngga nyangka ada yang suka~ (terharu sambil guling-guling dilantai...)
iya-iya semoga masi ada... amin~
btw, maapin ya Epik sempet hiyatus beberapa saat lalu~ jadi ngga bisa bagi2 info/ review'an...
main-main di KIKOS terus ya~
-Epik-
Cuma agak janggal aja sama penamaan Chris, dia memang sejak awal atheis atau mulanya Kristen? Selain itu, novelnya (sepertinya) bagus.
BalasHapusHm, Chris sepertinya beragama Kristen tapi ngga pernah ke gereja dan ngga pernah melakukan ritual-ritual keagamaan lainnya, jadi dia menyebut dirinya sendiri seorang Atheis... (mungkin loh ya hahaha)
Hapus-Epik-