Kamis, 01 Agustus 2013

The Exorcist novel “Kisah Horor yang Menegangkan dan Cerdas!”



Selamat Sore KIKOSer…
Spesial untuk malam Jum’at ini, Epik bakal mengulas mengenai novel terbitan tahun 1971 yang udah difilmkan bahkan sudah dibuat sekuel-nya. Yak apalagi kalau bukan “The Exorcist”. Mungkin KIKOSer pernah baca review’an Epik tentang film The Exorcist kan? Kalau belum silahkan klik disini untuk membaca review’an film The Exorcist ya…


Judul
The Exorcist
Penulis
William Peter Blatty
Genre
Novel Horor psikologis
Penerbit
Serambi
Jumlah Halaman
447
Tahun Terbit
Mei 2013 (cetakan pertama)

Wiilliam Peter Blatty
Chris MacNeil adalah seorang aktris sekaligus seorang ibu dari gadis manis berusia 12 tahun bernama Regan. Chris baru saja pindah ke rumah sewa’an di daerah Georgetown, Washington D.C. Ini semua  kerena Chris sedang menjalani shooting sebuah film yang bekerja sama dengan sutradara dari Inggris, Burke Denning, si tukang mabuk. Meski hari-hari shooting membuatnya sedikit kurang bersemangat, namun suasana rumah yang cukup nyaman ditambah ada Regan dan asisten pribadi sekaligus guru privat Regan, Sharon Spencer, yang membuat Chris merasa lebih senang tinggal di rumah baru.

Suatu hari Regan merasa tidak nyaman dengan kamarnya. Ia mengatakan bahwa di kamarnya ada gemeretak dari loteng, bahkan Chris juga mendengar suara garukan di loteng. Chris mengira itu suara tikus, jadi ia meminta Karl (pembantu-nya) untuk membeli jebakan tikus. Karl sendiri mengatakan bahwa loteng bersih dan tidak ada tanda-tanda tikus. Hm… cukup aneh…

Regan memiliki kebiasaan yang sebetulnya berbahaya yaitu bermain dengan papan Ouija. Bahkan punya “teman khayalan” bernama Kapten Houdy. Mungkin gara-gara kebiasaan itu Regan jadi mengalami gangguan-gangguan gaib. Awalnya hanya sekedar barang-barang berpindah dan suara garukan di loteng, tapi lama kelamaan gangguan itu jadi makin parah. Regan jadi sering ngerasa kasurnya bergoyang-goyang sendiri sampai akhirnya Regan mengalami kesurupan.

Karena Chris adalah seorang atheis, ia tidak memahami bahwa sepertinya Regan ini kesurupan. Chris membawa Regan ke dokter dengan segala obsevasi dan test kesehatan yang menyatakan tubuh Regan baik-baik saja. Dokter berpendapat mungkin penyakit Regan ini berhubungan dengan masalah syaraf. Namun ahli syaraf yang memeriksa Regan belum berani memutuskan penyakit Regan.

Tiba-tiba tercetus ide eksorsis (semacam ruqiah atau pengusiran roh dalam tubuh versi agama Katolik) dari (kalau ngga salah) ahli syaraf yang agaknya menyerah dengan kondisi Regan. Chris pun meyakinkan diri untuk mengeksorsis Regan dengan menemui seorang pastor bernama Damien Karras. Namun Damien tidak berani langsung mendiagnosa Regan kesurupan sebelum ada observasi lebih rinci dan dalam terhadap kondisi Regan dengan begitu pastor Damien Karras bisa mengajukan ijin eksorsis kepada keuskupan. Benarkah Regan memang kesurupan? Mampukah Pastor Damien Karras menyelesaikan permasalahan ini? Baca sendiri ya KIKOSer~

Dua kata untuk novel ini: DETIL & CERDAS!. Yap… perbedaan novel dan film The Exorcist adalah novelnya lebih detil. Gaya penceritaannya tuh detil terutama mengenai pengecekan kesehatan Regan dan segala istilah medisnya. Juga istilah mengenai penyakit psikologis dan gejala-gejalanya. Seolah melalui gaya tulisan yang tertuang, William Peter Blatty ini emang ahli di kedua bidang itu (medis dan psikologi). Maka dari itu Epik bilang novel ini cerdas!

Dibanding filmnya, novel The Exorcist terkesan lebih blak-blakan dan lebih vulgar. Mungkin di dalam film kurang bebas dalam mengekspresikan cerita karena ada anak dibawah umur yang ikut berperan sebagai tokoh Regan. Sosok Regan dalam novel benar-benar liar dan mengerikan. Kata-kata yang diucapkan Regan porno banget!. Sesuatulah pokok-nya…

Kemudian proses observasi Father Damien di dalam novel lebih lama dibanding yang ada di  film (mungkin masalah durasi kali ya~). Di film, kedua pembantu Chris tidak terlalu mengambil peran yang banyak dan mencolok tapi di dalam novel peran Karl dan Willie cukup banyak dan cukup memegaruhi cerita (terutama tokoh Karl).

Back to novel, diawal bab biasanya gaya ceritanya agak berubah jadi sedikit sastra. Ya membahas segala sesuatu dengan bahasa yang indah. Yang bikin Epik tertarik adalah beberapa penjelasan mengenai Misa Hitam (semacam Misa yang dilakukan pemuja setan). Cukup ngeri deh… (kalo mau tau coba googling aja ya KIKOSer… atau baca deh novelnya)

Kekurangan dari novel ini mungkin adalah beberapa bagian observasi medis dan psikologis yang istilahnya kurang umum dan kurang penjelasan yang gamblang. Jadi pembaca agak bingung maksud serta tujuan dari observasi yang dilakukan. Selain itu percakapan antar tokoh agak rumit mungkin karena ada perbedaan bahasa dan gaya bahasa jaman dulu dengan jaman sekarang. Kadang Epik ngga mudeng si tokoh itu lagi ngobrol ke arah mana. Soalnya mereka ngomongnya itu ngga to the point… agak mbulet-mbulet gitu (basa-basi). Pembahasan mengenai Misa Hitam-nya udah lumayan sih tapi sayangnya penjelasannya kurang banyak… :P

Dari keseluruhan menurut Epik novel ini sangat menarik. Ceritanya kuat dengan ide cerita yang bagus. Ngga kaget kalau novel ini sempet booming banget setelah terbit. Nah dari pada KIKOSer penasaran sama novel ini mending langsung baca sendiri ya!. Dijamin ngga nyesel kok!.

For Your Information:
1.    Novel ini pernah menjadi buku terlaris versi The New York Times  selama 57 minggu (lebih dari setahun).
2.   Tahun 2011 lalu novel ini ditebitkan kembali sebagai edisi ulang tahun ke-40 dengan berbagai revisi.
3.    Skenario film The Exorcist ditulis sendiri oleh William Peter Blatty dan meraih piala Oscar dengan nominasi naskah terbaik.



4 komentar:

  1. hola kikos...eh atau epik ya? hhe...

    seperti biasa aku suka baca resensimu. (dulu pernah komentar di resensi novel agatha christie - 13 kasus)

    btw, pengen beli ini, mungkin sabtu mau beli ah ke gramed...do'ain masih ada ya stoknya, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hola juga Dhy hehehe...

      Alhamdullilah kalau Dhy suka review'annya Epik, ngga nyangka ada yang suka~ (terharu sambil guling-guling dilantai...)

      iya-iya semoga masi ada... amin~
      btw, maapin ya Epik sempet hiyatus beberapa saat lalu~ jadi ngga bisa bagi2 info/ review'an...

      main-main di KIKOS terus ya~

      -Epik-

      Hapus
  2. Cuma agak janggal aja sama penamaan Chris, dia memang sejak awal atheis atau mulanya Kristen? Selain itu, novelnya (sepertinya) bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm, Chris sepertinya beragama Kristen tapi ngga pernah ke gereja dan ngga pernah melakukan ritual-ritual keagamaan lainnya, jadi dia menyebut dirinya sendiri seorang Atheis... (mungkin loh ya hahaha)

      -Epik-

      Hapus