Selamat Pagi KIKOSer... Kali ini Epik hadir dengan label IPK (Ilmu Pengetahuan KIKOS)... Yay... soalnya ini pertama kalinya Epik ngisi label IPK... Kemarin ini Epik dapet tugas dari Bapak Luita (dosen Linguistik Fakultas Ilmu Budaya) mengenai Linguistik Bahasa Jepang. Epik sendiri juga masih bingung-bingung nih tentang apa itu linguistik pakai ditambah embel-embel Bahasa Jepang lagi... Ckck...
Linguistik menurut pemahaman Epik (setelah ikut kelas-nya Bapak Luita) adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bisa dibilang juga ilmu bahasa. Objek kajiannya adalah bahasa (tertulis maupun lisan). Jadi Linguistik Bahasa Jepang adalah ilmu yang mempelajari bahasa Jepang dari sisi tulisan maupun lisan. Nah untuk lebih jelasnya yang Epik bahas di tugasnya Epik adalah sebagai berikut... Semoga bermanfaat ^^
Linguistik menurut pemahaman Epik (setelah ikut kelas-nya Bapak Luita) adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bisa dibilang juga ilmu bahasa. Objek kajiannya adalah bahasa (tertulis maupun lisan). Jadi Linguistik Bahasa Jepang adalah ilmu yang mempelajari bahasa Jepang dari sisi tulisan maupun lisan. Nah untuk lebih jelasnya yang Epik bahas di tugasnya Epik adalah sebagai berikut... Semoga bermanfaat ^^
Linguistik Bahasa Jepang
Bahasa Jepang merupakan bahasa asing
yang menurut sebagaian besar orang Indonesia cukup sulit untuk dipelajari.
Alasannya adalah bahasa Jepang memiliki huruf tersendiri yang berbeda dari
huruf alfabet Latin yang mayoritas dipakai di seluruh dunia saat ini. Bahasa
Jepang dikenal sebagai bahasa yang kaya dengan huruf, tetapi miskin dengan
bunyi (Dedk Sutedi, 2008). Yang khas dari Bahasa Jepang adalah huruf-huruf yang
suku katanya selalu diakhiri huruf vokal kecuali huruf n (ん) saja dan huruf n ini bisa dibaca -n,
-m, dan –ng. Misal kata dalam kata shin-bun
(しんぶん) yang berarti koran, n (ん) yang pertama dibaca sebagai -m dan n
(ん) yang kedua dibaca sebagai –ng, jadi
cara baca shin-bun yang benar adalah shim-bung (umumnya n (ん) di akhir kata dibaca sebagai –ng).
Bunyi dari bahasa Jepang sangat
terbatas dan bisa dibilang dapat menyulitkan penutur bahasa Jepang untuk
mempelajari bahasa lain. Selain itu dalam bahasa Jepang tidak ada huruf “l” dan semua kata serapan yang memiliki huruf
“l” akan diubah menjadi “r”. Begitu juga dengan kata yang menggunakan huruf
konsonan sebagai akhirannya, maka akan dicari huruf terdekat untuk menutup kata
dan kemudian dilesapkan untuk menimbulkan efek akhiran. Misal kata golf maka akan menjadi go-ru-fu (l berubah menjadi r dan fu dilesapkan
sehingga u-nya terdengar samar). Di Jepang juga tidak ada bunyi “ĕ” seperti bunyi dari kata “cepat” tetapi hanya bunyi “e” biasa
seperti dari kata “ceri”. Hal yang
perlu diperhatikan dalam bahasa Jepang adalah panjang pendek bunyi karena
berbeda bunyi berbeda arti. Misal bunyi yu-me
dan yū-mei. Yu-me
yang dibaca pendek memiliki arti “mimpi” (harapan) dan yū-mei dibaca panjang memiliki arti
“terkenal”.
Bahasa Jepang sendiri memiliki empat
jenis huruf yang umum dipakai yaitu huruf Hiragana, huruf Katakana, huruf
Romaji, dan huruf Kanji. Huruf Hiragana digunakan untuk menulis kosakata dalam
huruf Jepang asli, entah dicampur dengan huruf Kanji atau tidak. Misal saja
kata mobil yang dalam bahasa Jepang disebut ku-ru-ma
maka akan ditulis くるま. Sedangkan huruf Katakana digunakan
untuk menulis kosakata serapan dari bahasa lain (kecuali dari bahasa Cina).
Misal saja kata sport (bahasa
Inggris) yang diserap ke bahasa Jepang menjadi su-pō-tsu
maka akan ditulis スポーツ (pō dibaca
panjang). Huruf Romaji merupakan huruf alfabet biasa yang ditulis sesuai cara
baca suatu kosakata. Misal kata kuda yang dalam bahasa Jepang disebut u-ma (うま), kata “u-ma” yang ditulis menggunakan alfabet Latin merupakan huruf
Romaji.
Huruf Kanji merupakan huruf yang serapan
dari huruf Cina. Satu huruf Kanji memiliki memiliki satu kata yang memiliki
satu makna. Karena diserap dari huruf Cina maka dalam cara membaca huruf Kanji
pun ada dua cara yaitu secara kun-yomi
yaitu cara baca Jepang dan On-yomi
cara baca Cina. Misalnya kata gunung yang dalam cara baca Jepang disebut ya-ma, maka akan ditulis dalam huruf
Kanji seperti ini: 山. Sedangkan on-yomi-nya dibaca san
(dibaca: sang). Huruf Kanji sebagian
besar diambil berdasarkan penampakan fisik dari benda yang dilambangkan. Misal
kata ya-ma yang diambil dari bentuk
tiga buah gunung yang berjajar.
Sebuah kata yang sama dalam bahasa
Jepang bisa saja memiliki arti lebih dari satu. Biasanya perbedaan ini dapat di
lihat dari huruf Kanjinya. Misal kata ka-e-ru (帰る)
yang berarti pulang (ke rumah) dan ka-e-ru
(返る) yang berarti mengembalikan (uang atau
barang). Jadi huruf Kanji juga berguna untuk membedakan kata yang memiliki
pengucapan atau pelafalan yang sama tetapi berbeda arti (homonim).
Sejarah huruf Hiragana dan Katakana
diyakini hasil dari pengembangan dari bahasa Cina karena pada awalnya Jepang
tidak menggunakan huruf dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi mereka (orang
Jepang) lakukan secara lisan. Bahasa Cina mulai masuk ke Jepang pada sekitar
tahun 300 SM (Zaman Yayoi) bersama para pengungsi dari Cina akibat perang di Cina saat itu. Huruf Hiragana terlihat
lebih luwes dan tidak memiliki banyak sudut sedangkan huruf Katakana terlihat
tegas dan kaku. Ada beberapa mitos yang mengatakan bahwa huruf Hiragana dulu
dibuat oleh seorang wanita (karena bentuknya yang luwes) dan huruf Katakana
dibuat oleh seorang pria (karena bentuknya yang tegas dan kaku).
Daftar Pustaka:
Dahili,
Drs. Ahmad, MA, & Drs. Sudjianto, M. Hum. (2009). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta Pusat: Kesaint Blanc
Sutedi,
Dedi. (2008). Dasar-dasar Linguistik
Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
http://www.id.emb-japan.go.jp/expljp_06.html (web resmi kedutaan Jepang untuk
Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar