Selamat
Sore KIKOSer sekalian...
Epik akan
me-review buku berjudul The Boy in
The Striped Pyjamas (Anak Laki-laki Berpiama Garis-garis). Sebenernya sih novel
ini ngga akan kerasa "greget" kalau dikasih spoiler atau dikasih sinopsis-nya. Kenapa kok gitu?. Pembaca ngga
akan nemu efek kaget kalau udah tau sinopsis-nya. Maka dari itu Epik akan lebih
berhati-hati me-review novel ini biar
KIKOSer masih dapet "greget"-nya~
yuk cus~
Judul
|
The Boy
In The Striped Pyjamas
|
Penulis
|
John
Boyne
|
Genre
|
Novel
Kemanusiaan
|
Penerbit
|
Gramedia
|
Jumlah
Halaman
|
233
|
Tahun
Terbit
|
Juli
2007 (cetakan pertama)
|
John Boyne |
The Boy
in The Striped Pyjamas bercerita mengenai persahabatan 2 anak lelaki beda
bangsa yang terjebak dalam suasana perang dunia. Berlatar tahun 1943 dimana
Jerman sedang "panas-panas-nya" mencoba jadi negara superior. Dengan
tokoh utama bernama Bruno, seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun
berkebangsaan Jerman, yang baru saja pindah ke Out-With (plesetan untuk
Auschwitz) bersama ayah, ibu, dan Gretel (kakak perempuan-nya).
Ayah
Bruno adalah seorang komandan militer yang baru mendapat tugas langsung dari
The Fury (plesetan untuk Der Fuhrer a.k.a Adolf Hitler) sehingga membuat Bruno
dan keluarga-nya terpaksa pindah ke Out-With. Ibu Bruno tidak terlalu menyukai
tempat ini, ia merasa Out-With bukanlah tempat yang cocok untuk membesarkan
anak-anak. Kakak Bruno, Gretel (Bruno menjuluki-nya Si Benar-Benar Payah) juga
berharap mereka tidak akan tinggal lama-lama di tempat yang terpencil dan sepi
seperti Out-With. Bruno sendiri juga berpikir sama. Rumah-nya di Berlin dulu
lebih menyenangkan dengan pegangan tangga yang bisa dibuat prosotan dan
mempunyai lima lantai dengan sudut-sudut tersembunyi tempat dulu ia
berpetualang. Di Out-With benar-benar berbeda 180 derajat dengan Berlin. Bruno
tidak lagi bisa bermain dengan Karl, Daniel, dan Martin (para sahabat Bruno di
Berlin). Hal yang paling menyedihkan adalah Bruno tidak lagi bisa leluasa
bertemu denga nenek-nya yang suka membuat drama kecil saat natal dan menyiapkan
kostum keren untuk adegan drama tersebut.
Bruno
bosan dengan hari-hari yang dilalui-nya dengan hanya les dengan Herr Liszt (si
guru yang suka dengan sejarah dan
geografi tapi benci puisi dan drama), membaca buku cerita, dan diganggu Gretel.
Apalagi sekarang ada Letnan muda bernama Kotler yang menyebalkan. Sikap-nya
yang sok penguasa dan galak membuat Bruno muak. Dari semua itu yang paling
Bruno benci adalah panggilan Letnan muda itu untuk-nya. "Bocah
Kecil". "Huh... Siapa dia", pikir Bruno.
Meski
membosankan, ada hal menarik dari rumah ini (terutama kamar di Bruno). Dari
jendela kamar-nya yang tidak terlalu tinggi, Bruno dapat melihat tak terlalu
jauh dari rumah-nya ada semacam pagar tinggi yang menjulang dan dibalik pagar
itu ada banyak orang-orang berpiama garis-garis yang lalu lalang. Bruno sangat
tertarik dengan apa yang mereka kerjakan di balik pagar dan mengapa mereka
tidak pernah berkunjung ke rumah?.
Bruno
bertanya kepada Gretel siapa orang-orang berpiama garis-garis itu. Gratel
menjawab mungkin saja mereka adalah para peternak. Bruno tidak terlalu yakin
dengan jawaban Gretel. Namun Bruno masih belum mendapat jawaban yang memuaskan
dan jati diri orang-orang berpiama garis-garis itu masih menjadi misteri.
Bruno
sangat suka drama dan membaca buku cerita. Ia sangat terkesan dengan
cerita-cerita bajak laut yang menemukan harta karun atau orang-orang yang
menemukan benua baru. Tetapi ada hal yang lebih membuat-nya lebih terkesan
yaitu berpetualang. Bruno diingatkan untuk tidak menjelajah keluar rumah apa
lagi sampai dekat-dekat dengan pagar tinggi itu dan Bruno tidak melanggar-nya,
atau lebih tepatnya "belum" melanggar.
Suatu
hari, saat ibu-nya tidur siang, Bruno menyelinap dan melakukan petualangan di
sepanjang pagar tinggi. Ia tidak menemukan hal yang menarik, yang ia tahu hanya
pagar ini membentang begitu panjang-nya sampai-sampai Bruno berpikir mungkin
ujung dari pagar ini masih bermil-mil. Saat ia sudah mulai capek dan merasa
petualangan-nya ini harus diakhiri, Bruno melihat titik kecil di pagar yang
jauh. Bruno mendekati titik kecil itu. Lama kelamaan titik kecil itu berubah
menjadi noda, noda berubah menjadi gumpalan, gumpalan berubah menjadi bayangan,
dan bayangan akhirnya membentuk seorang anak lelaki yang duduk di balik pagar.
Bruno menyapa anak itu. Anak itu membalas sapaan Bruno. Anak itu bertubuh
kurus, kulit-nya berwarna keabu-abuan, mata-nya bulat besar berwarna karamel,
dan ia memakai baju garis-garis. Bruno menanyakan nama anak itu.
"Shmuel" jawab anak itu. Nama yang aneh, pikir Bruno.
Semenjak
itu, Bruno selalu menghabiskan waktu dengan ngobrol bersama Shmuel. Lalu apakah
persahabatan Bruno dan Shmuel akan berjalan meski kedua suku bangsa mereka
berperang?. Baca sendiri yah KIKOSer~
Hua,,,
(T A
T)/
Sedih~
Kesan-kesan
baca novel ini tuh perasaan kayak di-mixer… Campur aduk~ Persahabatan Bruno dan
Shmuel ini bener-bener so sweet.
Meski si Bruno masih ada kesan sombong dan ingin menang sendiri (maklum di
rumah ia diajari kalau bangsa-nya the
best of the best gitu), tapi dia masih punya rasa toleransi dan hati yang
lembut. Dalam novel ini, Shmuel digambarkan sebagai anak lugu dan bikin pembaca
jadi simpatik sama dia.
Tema yang
diangkat sangat bagus (banget malah!). Saat KIKOSer baca mengenai kisah-kisah
dibalik invasi Jerman terhadap kaum Yahudi pasti bakal tersentuh. Misal
mengenai seorang pelayan Yahudi di rumah Bruno yang bernama Pavel. Ia jadi
tukang kupas wortel dan kentang (sekaligus jadi pelayan yang nyiapin meja
makan), padahal sebelum ada invasi Pavel ini adalah seorang dokter. Begitu juga
Ayah Shmuel yang dulu-nya adalah pembuat jam yang handal, kini hanya bekerja di
kamp. Kebayangkan seberapa destruktif-nya Jerman jaman Hitler terhadap
kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya khusus-nya terhadap kaum Yahudi. Eits…
Tapi nih mungkin emang selama ini Epik dan KIKOSer dicekoki pemahaman bahwa
Jerman jaman Hitler itu seluruh orang-nya assh*le.
Jadi secara ngga langsung pola pikir Epik dan KIKOSer membentuk rasa benci
dan ngga suka dengan orang Jerman (jaman Hitler). Padahal KIKOSer, kalau
dipikir-pikir lagi ngga mungkin semua orang Jerman jaman Hitler gitu semua, pasti
masih ada orang macam Bruno yang punya hati baik dan benci perang. Inti-nya
yang nama-nya perang itu ngga ada yang bakal membuat semua pihak bahagia.
Camkan itu! (lah? Alay~).
Alur
cerita-nya maju mundur (ada flashback-nya
gitu) dan gaya bercerita-nya menyenangkan untuk dibaca. Meski novel ini bukan
novel untuk anak kecil tapi gaya penuturan-nya itu kayak novel buat anak.
Maksud-nya mudah dipahami, simple, dan ada unsur kekanak-kanakan terutama saat
mendeskripsikan keinginan Bruno untuk pulang ke Berlin.
Novel ini
pernah difilmkan tahun 2008 dengan judul yang sama. Ibu Bruno diperankan oleh
Vega Farmiga (as Lorraine Warren in The Conjuring) dan Bruno diperankan
oleh Asa Butterfield (as Norman Green
in Nanny Mcphee Return). Isi film-nya
kurang lebih sama tapi tetep ada yang beda dengan novel dan juga sense-nya beda lo~. Di novel entah
mengapa suasana-nya lebih suram gitu, semua orang seolah takut bicara, takut
mengungkapkan perasaan, dan takut kena masalah. Sedangkan dalam film karakter
semua tokoh lebih ceria. Bagus novel atau film?. Bagi Epik novel-nya lebih
rinci tapi film-nya lebih gamblang. Epik saran’in sih mending KIKOSer baca
novel dan nonton film-nya~ hahaha jadi bisa kasih komentar gimana cerita-nya.
Dijamin KIKOSer bakalan suka :)
Untuk download pdf The Boy in The Striped Pyjamas (versi Inggris) klik disini ya...
atau kalau ngga bisa, kunjungi:
http://www.4shared.com/document/_NgtORAU/The_Boy_In_The_Striped_Pajamas.htm
Referensi:
- http://www.imdb.com/title/tt0914798/
-link download terhubung dengan web: http://www.anderson5.net/
Aaa baru liat filmya aja sih, itu aja udah nangis mulu T.T, penasaran ama novelnya, pastinya ini lebih rinci yaa><
BalasHapusiya Reyko... pembaca dituntut berimajinasi~
Hapuslagi pula ending-nya agak sedikit beda...
merujuk kepada komentar di imdb.com... ending versi film-nya agak alay~
lebih masuk akal ending di novel... (nanti deh kalau ketemu Epik jelasin hahaha)
-Epik-
sama baru nonton filmnya doang..hehe sad ending
BalasHapuswah ternyata sejarah bisa dijadikan cerita anak juga ya..walapun ceritanya sedikit kelam, epik ada juga cerita berlatar nazi tapi tokoh utamanya anak cewe yang berusaha nyebrang ke rumah neneknya ditengah perang berlangsung.. judulnya LORE coba cari deh filmnya.. atau udah nonton ? hehe...
belum nonton (O____O)/
Hapusbisa dijadiin referensi nihhhh....
makasih ya Shaddow :D
-Epik-