Sabtu, 01 Desember 2012

The Constant Gardener "Mengungkap Busuknya Birokrasi"




Judul
The Constant Gardener
Penulis
John Le Carre
Genre
Novel Fiksi
Penerbit
Serambi Ilmu Semesta
Jumlah Halaman
657
Tahun Terbit
September 2007 (Cetakan ke-1)


Obat seharusnya menjadi penyembuh bagi seseorang yang sedang menderita penyakit. Membuat sebuah obat yang paten tentu saja tidak mudah. Perlu adanya riset berulang-ulang, pencarian efek samping, pengubahan dosis untuk menyempurnakan komposisi, dan ketika obat itu siap maka akan dipasarkan secara luas. Namun bagaimana jika sebaliknya? Obat yang KIKOSer minum belum melakukan ketiga hal yang Epik sebut di atas secara mendalam? Secara tidak langsung KIKOSer yang meminum obat itu termasuk kelinci percobaan untuk efek samping obat tersebut. Itulah yang terjadi dengan obat TBC yang terkenal bernama Dypraxa dari perusahaan milik KVH (Karel Vita Hudson) seorang miliyoner yang bergerak di bidang farmasi. Dypraxa adalah obat yang bagus namun peluncuran obat ini dianggap terlalu cepat, padahal masih dibutuhkan berbagai riset efek samping. Yang lebih mengerikan lagi obat ini disebar di Afrika tidak lain tidak bukan bertujuan untuk menggunakan warga Afrika sebagai kelinci percobaan efek samping dari obat tersebut.

Tessa Quayle seorang aktivis sekaligus istri seorang diplomat tampan, Justin Quayle, bersama patner kerjanya Orlando Bhlum mencoba menguak kebusukan perusahaan farmasi dan birokrasi yang ada ke ranah publik. Namun sayang, akibat usaha mulia yang sedang mereka kerjakan, Tessa dan Orlando tewas dibunuh oleh sekelompok orang tak dikenal. Kematian istri tercintanya, membuat Justin sangat terpukul. Namun Justin mencium adanya kejangalan dalam kematian Tessa. Justin merasa pembunuhan Tessa ini bukan sekedar merampokan biasa tapi ada sesuatu yang lain. Apa itu?

Justin kembali membongkar berkas-berkas lama Tessa dan menelusuri jejak-jejak Tessa yang tercecer di depan matanya. Meski jalan yang dilalui terjal, Justin tetap berjuang mengungkap kematian Tessa beserta membongkar kebusukan perusahaan farmasi dan birokrasi yang ada demi melanjutkan apa yang sudah Tessa rintis. Muncul nama Kovacs, Lorbeer, Kenny, dan Lara dalam pencariannya. Justin harus mengetahui siapa mereka semua dan apa peranan mereka dalam kematian Tessa. Mampukah Justin menguak segalanya? Baca sendiri ya... hahaha

Jika KIKOSer mencari sebuah novel dengan cerita full action dan kejadian-kejadian menantang, berarti buku ini BUKAN termasuk novel yang KIKOSer cari. Ketika Epik membaca sedikit ulasan film yang diangkat berdasarkan novel ini di Wikipedia, yang muncul dipikiran Epik adalah novel full acton yang seru dan bikin doki-doki (ドキドキ/berdebar-debar). Dan ketika baca, hm... Ternyata ngga sesuai hipotesa sih... isinya kurang lebih mengenai perjalanan Justin mencari kebenaran dibalik kematian Tessa, tapi melalui jalan diam-diam. Yah meski di beberapa bab ada adegan action yang cukup mendebarkan seperti ketika Justin dikejar berandalan-berandalan yang disewa seseorang untuk menghabisinya. Tapi itu terhitung masih jauh dari kata menantang. Disini lebih banyak menonjolkan kedetilan suasana dan menyorot birokrasi serta politik yang ada di sana (Afrika).

Jujur ya~ hehehe novel ini Epik jadi’in obat tidur. Soalnya tiap kali Epik baca buku ini pasti ngantuk hahaha... Dan Epik butuh waktu sekitar 3 minggu lebih untuk menyelesaikan novel setebal 657 halaman ini. Ckckck lamaaa... Padahal untuk novel Pope Joan yang setebal 736 halaman aja Epik cuma butuh waktu 4-6 hari untuk selesai. Maklum Epik kan ngga full day baca... Ya nyambi ngampus, ngerja'in tugas, sama bersih-bersih kamar (hahaha yang terakhir bo'ong banget tuh).

Dari sisi ide dan konsep ngga bisa dipungkiri bahwa itu super duper bagus dan kreatif. Pembaca diajak untuk memahami kondisi Afrika yang ternyata ngga sekedar jadi negara miskin aja, tapi juga jadi negara “tempat sampah”-nya farmasi. Kenapa kok disebut “tempat sampah” itu semua karena pihak-pihak di luar Afrika memberi cuma-cuma obat ke Afrika yang tanggal kadaluarsa-nya kurang 6 bulan lagi (atau bahkan sudah kadaluarsa) untuk mendapatkan nama baik. Sedihnya birokrasi untuk mengeluarkan obat-obat tersebut dari bea cukai sungguh rumit dan memakan waktu lama, jadilah obat yang sampai ke tangan penderita hampir-hampir tidak layak dikonsumsi. Selain itu resep-resep dokter setempat menambah penderitaan penduduk. Lho kok bisa? Gimana ngga, contohnya penggunaan obat-obat keras macam obat kanker yang diresepkan untuk penyakit nyeri datang bulan. Bukan salah sepenuhnya salah para dokter yang kurang berpengalaman sih... jika obat kanker dipaketkan dengan label obat nyeri haid maka dokter yang kurang berpengalaman pun ikut-ikutan salah nulis resep deh. Tapi bagi KIKOSer yang ingin melihat Afrika dari sisi lain, buku ini adalah buku tepat yang KIKOSer cari :D

Reverensi:
-http://www.imdb.com/title/tt0387131/

Nih Epik kasih gambar-gambar dari film The Constant Gardener:
 
Movie Poster :D
Cinta XD

so sweet...
P.S:

Bagi yang ngga tau, pemain utama yang jadi Tessa itu adalah Rachel Weisz yang pernah main di film "The Mummy" dan "The Mummy Return" jadi Evelyn. Sedang pemain pria yang memerankan Justin adalah Ralph Fiennes yang pernah main di film "Red Dragon" jadi pria sumbing yang syco. Dan katanya film ini menangin beberapa penghargaan sebanyak 22 dari 45 total nominasi berbagai penghargaan dunia perfilman. Termasuk piala Oscar :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar