Minggu, 21 Juli 2013

Chairul Tanjung: Si Anak Singkong “Kisah Sukses Yang Berawal Dari Nol”



Selamat puasa KIKOSer…
Nah dari pada puasa-puasa gini KIKOSer cuma lemes-lemes'an, mending baca review’an buku dari Epik aja… Kali ini Epik bakal nge-review sebuah buku biografi perjalanan sukses seorang tokoh yang tak banyak orang tahu, siapa lagi kalau bukan Chairul Tanjung, si anak singkong. Udah pernah liat iklan buku biografi ini di tv-tv kan?. (O__O)?

Gimana cara Epik dapet buku biografi ini?. Cerita-nya Epik dikasih informasi sama SellSella (salah satu admin blog KIKOS juga neh). SellSella bilang kalau Bidik Misi ngadain program menukarkan 30 botol bekas ukuran apa pun mendapat sebuah buku langsung (tidak berlaku kelipatan) beberapa waktu lalu. Yah… karena Epik dijuluki “Pengepul” a.k.a tukang ngumpulin botol, Epik pun tertarik nukar botol yang udah Epik kumpulin di kost. Epik minta tolong ke Kiki, temennya Epik, untuk menukarkan botol-botol tersebut. Dan fualahhhh…. Dapet deh… Langsung aja baca review’annya ya KIKOSer.


Judul
Chairul Tanjung: Si Anak Singkong
Penyusun
Tjahja Gunawan Diredja
Genre
Biografi
Penerbit
Kompas
Jumlah Halaman
382
Tahun Terbit
Juni 2012 (cetakan pertama)

Tjahja Gunawan Diredja
Chairul Tanjung adalah anak ke-dua dari enam bersaudara pasangan Bapak Abdul Gafar Tanjung dan Ibu Halimah. Kedua orang tua-nya memiliki pemikiran bahwa anak-anak-nya harus bisa sekolah tinggi demi kehidupan yang lebih baik. Awalnya kehidupan keluarga Chairul Tanjung dan keluarga tergolong cukup namun karena Bapak Abdul Gafar Tanjung memiliki ideologi yang bertentangan dengan ideologi pemerintahan saat itu sehingga usaha dari beliau semacam dipersulit. Maka kehidupan serba pas-pas’an harus dikecap oleh Chairul Tanjung kecil berserta keluarga-nya sampai-sampai harus berpindah tinggal di Gang Abu, Batutulis, yang terkenal sebagai kantong kemiskinan Kota Jakarta.

Masa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Chairul Tanjung habiskan di sekolah Belanda Vanlith yang terkenal disiplin. Saat SD, sekolah’an Chairul memberi tugas murid-murid-nya untuk menjaga dagangan berupa makanan kacang, jajanan, dan es mambo di depan kelas secara bergiliran. Setelah istirahat, anak yang bertugas menjaga dagangan wajib melaporkan hasil jualan beserta uang setoran-nya. Ketika dewasa, Chairul Tanjung jadi mengerti esensi dari berjualan di depan kelas tadi, yaitu melatih kejujuran dan tanggung jawab yang dibebankan sehingga sejak kecil anak sudah terlatih hidup jujur dan bertanggung jawab.

Beranjak SMP, Jiwa grapyak (suka berteman) Chairul disalurkan lewat berbagai kegiatan ekstrakulikuler sekolah. Ia rajin mengikuti voli, sepak bola, dan Pramuka. Di luar itu juga sempat mengikuti latihan teater bersama kawan-kawan dibawah asuhan Mas Yan, salah satu anggota Bengkel Teater binaan W.S. Rendra. Dari belajar teater, ia mendapat banyak manfaat. Selain belajar akting, Chairul juga belajar menghafal yang membuat ingatannya tajam dan juga belajar membaca cepat.

Kehidupannya yang bisa dibilang tidak berpunya, tidak lantas membuat Chairul Tanjung malu atau minder. Ia menunjukkan bahwa ia mampu dan mau berkawan dengan semua orang dari segala status sosial.

Bagaimana kisah Chairul Tanjung berikutnya hingga ia sukses mendirikan Bank Mega, Trans Tv, Trans 7, Trans Studio, dan memiliki lebih dari separuh saham Carrefour Indonesia? Baca sendiri ya~

Saat-nya Epik komen… Hm… saat Epik pertama kali melihat iklan peluncuran buku “Chairul Tanjung: Si Anak Singkong”, Epik berpikir siapa sih Chairul Tanjung ini? Kok sampai-sampai punya buku biografi? Dan diiklanin di TV lagi?. Ketika sudah baca Epik baru tahu kalau Chairul Tanjung ini adalah pendiri Bank Mega dan Trans Corp. Lalu pemilik sebagian besar saham Carrefour Indonesia.

Mungkin ada pembaca yang berkomentar bahwa kisah Chairul Tanjung ini terkesan dilebih-lebihkan dan seolah hidupnya selalu mujur. Mungkin juga banyak yang berpendapat bahwa “kok hidupnya gampang banget sih?”. Memang dalam buku ini kisah sukses Chairul Tanjung terlihat lebih menonjol dari pada kisah pilu ketika jaman nggak enak dulu. Kalau Epik boleh menafsirkan, mungkin Pak Chairul Tanjung ini bukan tipe orang yang gemar menuai simpati atau belas kasihan orang dari kisah-kisah perjuangan-nya dulu. Ia ingin dengan terbitnya buku ini, dapat memacu semangat anak-anak muda di Indonesia agar bisa mengikuti jejak sukses-nya.

Kalau boleh Epik ambil hikmah setelah membaca novel adalah kerja keras dan tekad kuat-lah yang membawa seseorang yang bukan apa-apa menjadi sukses. Janganlah melihat sisi kemewahan dan keberuntungan Pak Chairul Tanjung semata, berbaik sangkalah bahwa Pak Chairul ini hanya ingin berbagi pengalaman-nya.

Dari segi gaya penceritaan menurut Epik sangat bagus, seolah pembaca ini langsung dituturi oleh Pak Chairul Tanjung. Bahasa yang digunakan cukup mudah meski ada istilah-istilah yang kurang dijelaskan, yah… maklum mungkin sasaran pembaca buku ini kelas-nya mahasiswa dan orang-orang berpendidikan cukup.

Nilai plus dari buku ini adalah foto-foto ilustrasi yang menarik. Jadi di beberapa bab disertai pula foto Pak Chairul Tanjung dalam berbagai kesempatan (berwarna lagi). Disetiap halaman terakhir bab disertai pula intisari dari bab tersebut.

Spesial Thank’s:
Buat SellSella yang udah ngasih info kegiatan Bidik Misi: Makasih :D
Buat Kiki yang mau bantu Epik nukarin botol: makasih ya Ki :D
Juga buat Bidik Misi yang bikin kegiatan menarik kayak gini hehehe
Ngga lupa buat KIKOSer yang mau meluangkan waktu buat baca posting'an ini Makasih semua~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar