Rabu, 03 Agustus 2016

City of Ember “Petualangan Mencari Kota Baru”

Assalamuallaikum Warohmatullahi Wabarokatu :D
halo KIKOSer, Epik muncul lagi nih dengan membawa review'an novel. Mungkin sebagian KIKOSer pernah dengar novel ini soalnya novel ini sudah pernah difilmkan tahun 2008 yang dibintangi oleh Saoirse Ronan (as Wanda in The Host) dengan judul yang sama yakni City of Ember. Filmnya memang ngga bisa dibilang sukses sih, tapi novelnya justru memenangkan banyak penghargaan lho. Yuk baca review'annya...

Judul
City of Ember
Penulis
Jeanne DuPrau
Genre
novel fantasi, post-apocalyptic novel
Penerbit
Mizan
Jumlah Halaman
311
Tahun Terbit
Juni 2009 (cetakan pertama)


Jeanne DuPrau
Hari ini Lina Mayfleet berkumpul bersama teman-teman sekelasnya untuk menerima tugas yang akan diemban mereka nantinya. Usia mereka memang masih sangat muda, 12 tahun, namun adalah sebuah kewajiban bagi anak-anak usia 12 tahun di kota Ember untuk mendapat pembagian kerja. Lina hanya berharap ia mendapat pekerjaan yang baik, jika dapat memilih ia ingin menjadi pengantar pesan. Namun apa daya, pekerjaan yang akan diberikan diundi dengan menggunakan undian dan sialnya Lina mendapat pekerjaan sebagai Petugas Pipa. Pekerjaan sebagai pengantar pesan justru didapat oleh Doon Harrow, teman sekelasnya yang bermata tajam dan selalu serius.

Nampaknya keberuntungan ada dipihak Lina, entah mengapa Doon justru meminta Lina untuk bertukar pekerjaan. Lina senang bukan main dan merasa sedikit aneh dengan keinginan Doon untuk bertukar pekerjaan. Karena menurut Lina, bekerja sebagai petugas pipa sama sekali tidak menyenangkan, bahkan tergolong pekerjaan yang buruk meski kehadiran mereka sangatlah penting. Petugas pipa harus turun ke jaringan pipa bawah kota yang gelap serta pengap. Siapa peduli? Yang penting Lina bisa bekerja menjadi pengantar pesan seperti yang ia idam-idamkan. Lina pun berlari sekuat tenaga menyusuri jalan temaram untuk menceritakan kabar baik ini kepada nenek dan Poppy, adiknya.

Sesampainya di rumah ia dengan meletup-letup bercerita bahwa besok ia akan mulai bekerja menjadi pengantar pesan. Nenek Lina senang mendengar kabar itu karena dengan begitu mereka bisa menghasilkan uang tambahan. Selama ini Lina, nenek, dan Poppy hanya mengandalkan uang hasil berjualan benang dari toko nenek. Nenek mencabuti benang-benang dari pakaian atau kain bekas untuk kemudian digulung dan dijual kembali. Itu semua bukan karena keluarga Lina terlalu miskin tetapi memang seperti itulah keadaan Kota Ember sekarang.

Kota Ember dibangun oleh Para Pendiri di bawah tanah ratusan tahun lalu. Kota dibangun dengan perencanaan matang dimana gudang-gudang persediaan makanan untuk dua abad telah diisi penuh, segala keperluan obat-obatan serta kebutuhan hidup telah tersedia. Jaringan listrik pun telah dibuat dengan sedemikian rupa sehingga generasi-generasi penerus tak perlu khawatir akan kekurangan pasokan listrik. Sayangnya beberapa dekade terakhir, warga Kota Ember mulai mengalami kekurangan pasokan makanan. Makanan kalengan yang semula melimpah kini mulai dibatasi pembeliannya, bohlam-bohlam kabarnya juga semakin menipis, kertas dan pensil warna adalah barang langka, bahkan minyak goreng kini telah punah. Hal yang lebih parah adalah kini mereka sering mengalami pemadaman listrik. Desas-desus menyebar bahwa tak menutup kemungkinan suatu hari nanti lampu-lampu akan padam tanpa pernah ada kemungkinan untuk menyala kembali.

Suatu hari, nenek bertingkah aneh. Nenek membongkar seluruh sudut rumah dan berkata bahwa sedang mencari suatu benda berharga namun ia sendiri lupa benda apakah yang sedang ia cari. Lina menjadi bingung dengan tingkah neneknya. Sampai esoknya Lina mendapati Poppy sedang mengunyah kertas yang sebelumnya disimpan dalam sebuah kotak cantik. Lina segera merebut kertas tersebut dan menjadi yakin bahwa mungkin kertas inilah yang dicari-cari neneknya. Kertas tersebut sudah setengah hancur dengan banyak tulisan yang telah hilang. Kertas tersebut sepertinya berisi mengenai instruksi untuk melakukan suatu hal. Tiba-tiba Lina berpendapat bahwa bisa jadi kertas ini adalah instruksi yang dapat memperbaiki nasib warga Kota Ember atau mungkin akan membawanya ke sebuah kota lain yang penuh cahaya seperti dalam mimpi-mimpinya.

Pada akhirnya Lina memperlihatkan kertas itu kepada Doon dan berharap mereka dapat merangkai kepingan-kepingan puzzle guna menemukan jalan keluar dari Kota Ember. Apakah mereka mampu memecahkan puzzle kertas instruksi tersebut?. Baca yaaa...

Saatnya Epik komen. Epik ngerasa novel City of Ember ini padat. Maksudnya ceritanya singkat dan ringkas ngga bertele-tele. Ide ceritanya simpel, tentang anak-anak yang mencari jalan keluar dari Kota Ember. Tapi konsepnya keren banget dengan mengambil setting post-apocalyptic kota bawah tanah, City of Ember menggiring pembaca merasakan ketakutan penduduk akan hilangnya listrik yang berimbas dengan hilangnya sumber cahaya. Epik merasakan ketakutan warga Kota Ember hidup tanpa cahaya sedikitpun. Padahal Epik ngga menderita fobia gelap alias achluophobia, gimana mereka yang punya fobia gelap? Kejang-kejang kali yaaa...

Tokoh utamanya disini adalah Lina yang menurut Epik sebenernya anak baik tapi namanya juga anak-anak, Lina masih punya sisi egois. Ini terlihat saat ia dihadapkan dua pilihan antara beli pensil warna atau beli mantel untuk neneknya. Lina memilih beli pensil warna dibanding mengganti mantel sang nenek yang sudah tambal sulam. Karakter Lina digambarkan sebagai anak yang biasa-biasa aja, ngga ada yang spesial kecuali bahwa dia punya rasa penasaran dan kaki yang lincah. Epik justru tertarik dengan tokoh Doon yang dingin, serius, dan cerdas. Kayaknya justru Doon ini deh yang cocok untuk jadi pemeran utama. Dia cukup pemberani dan punya sifat ilmuan yang selalu ingin membuktikan segalanya dengan logika. Suka banget jadinya, kebayang si Doon ini anaknya kakkoi alias keren banget. Sayangnya Doon memiliki kekurangan yakni dia super tempramental. Saat marah, Doon bisa melampiaskannya dengan membanting segala barang. Idih serem...

Ada beberapa pelajaran yang Epik dapat setelah baca City of Ember yakni:
1. Greedy is Human Nature
Yah, Epik tau ini klise sih, tapi disini Epik diperlihatkan betapa manusia itu makhluk serakah. Ada seorang tokoh dalam novel ini yang memiliki akses ke gudang penyimpanan dan mencuri berbagai barang yang sudah langka bahkan sudah punah untuk dinikmati sendiri padahal warga lainnya hidup dalam kekurangan. Memang serba susah, dibagipun barang barang itu ngga cukup tapi kalau ngga dibagu barangnya masih ada. Lagi pula Epik dan mungkin sebagian KIKOSer tidak pernah berada dalam posisi si pencuri kan? Dimana mereka hidup serba kekurangan, bukan karena tidak memiliki uang melainkan karena keberadaan barang-barang itu sendiri langka.

2. Manusia Selalu Mempertanyakan Eksistensi
Manusia selalu penasaran mengenai keberadaannya, mengenai penciptaan, dan mengenai berbagai fenomena terjadi di sekelilingnya. Karena itu manusia selalu percaya bahwa ada kekuatan di luar sana yang mampu menciptakan dunia. Kekuatan itu pasti maha dahsyat melebihi kemampuan manusia biasa. Seperti salah satu teman Lina yang penasaran dengan proses berkecambahnya benih. Ia bertanya-tanya kekuatan apa yang mampu menumbuhkan sebutir benih yang sekiranya merupakan 'benda mati' dapat tumbuh menjadi tanaman. Selain itu di Kota Ember muncul semacam kelompok penganut sebuah kepercayaan yang yakin bahwa suatu hari Para Pembangun akan muncul dan menyelamatkan mereka dari krisis listrik. Menarik banget kan! Novel anak yang simpel ini ternyata disisipi sebuah pembelajaran mengenai ketuhanan dan filsafat. Selain itu juga diramu dengan bahasa yang mudah dipahami.

3. Be Brave, cos' Curiosity Not Always Kill The Cat
Semua petualangan Lina dan Doon berlandaskan rasa penasaran dan keberanian. Jadi ngga usah khawatir untuk take a risk untuk maju. Cieee... Sok banget ya Epik hahaha

Overall, novel ini cukup menarik buat dibaca KIKOSer dan recommended untuk anak-anak. Jadi KIKOSer coba baca novel ini yaaa ^^

Web Resmi:
-www.jeanneduprau.com

Referensi:
-bookfans.net (foto Jeanne DuPrau)
-www.seizethesparkle.com (foto cover buku City of Ember series)
-chasness.files.wordpress.com (foto cover film)

For Your Information:
- City of Ember merupakan novel pertama dari tetralogi Ember. Lanjutan dari City of Ember adalah the People of Sparks, The Prophet of Yonwood, dan The Diamond of Darkhold. Sayangnya hanya novel City of Ember dan the People of Sparks aja yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. UPDATE: Epik udah dapet buku keduanya City of Ember yakni The People of Spark, jadi ditunggu ya KIKOSer review'an dari Epik)
serian City of Ember
-film adaptasi dari novel City of Ember ini disutradari oleh Tom Hanks lho

Spesial Thank’s :
-buat Ko Hwa, budhe kesayangan Epik, yang sudah memfasilitasi Epik selama ini... ^^ terima kasih banyak 

Nih Epik kasih gambarnya:
City of Ember Movie Cover

Tidak ada komentar:

Posting Komentar