Assalamuallaikum
warohmattullahi wabarokatu... Halo KIKOSer semua! Masih kangen sama Epik dan postingannya ngga? Kalau iya yukkk baca postingan kali ini ^^
Judul
|
Tulang-tulang
yang Cantik/ The Lovely Bones
|
Penulis
|
Alice
Sebold
|
Genre
|
Drama,
Thriller, Crime
|
Penerbit
|
Gramedia
|
Jumlah
Halaman
|
423
|
Tahun
Terbit
|
Januari
2010 (cetakan ke-3)
|
'Namaku
Susie Salmon, salmon seperti nama ikan. Usiaku 14 tahun saat aku dibunuh tahun
1973.'
Alice Sebold |
Beberapa
hari setelah Susie menghilang, seekor anjing milik tetangga mengondol potongan
tubuh yaitu sebuah lengan yang diyakini adalah milik Susie. Di ladang jagung
tak jauh dari rumah mereka, ditemukan bekas galian yang telah ditimbun. Di
dalamnya terdapat tumpahan darah yang sangat banyak, namun tubuh Susie sendiri
tidak pernah ditemukan. Berdasarkan penemuan lubang galian dengan tumpahan
darah sebanyak itu, Polisi berpendapat bahwa harapan menemukan Susie dalam
keadaan hidup pupus sudah.
Semua
petunjuk mengarah ke jalan buntu. Saat buku tulis Susie ditemukan beserta surat
cinta seorang anak laki-laki bernama Ray Singh, polisi segera menginterogasi
anak tersebut. Surat itu memang ditulis oleh Ray, tetapi ia tidak mungkin
membunuh Susie karena ia memiliki alibi yang kuat. Salah seorang anak laki-laki
tetangga Susie juga menjadi tersangka karena ia pernah digosipkan kerap
membunuh anjing dan kucing yang merupakan tanda awal penyakit psikologis. Namun
ia juga tidak terbukti terlibat dalam pembunuhan Susie. Banyak orang yang tidak
sadar bahwa pembunuh Susie saat itu justru sedang mengawasi mereka dari
rumahnya yang tak jauh dari rumah Susie.
Di
saat kegemparan pembunuhan itu berlangsung, Susie sedang mengawasi mereka semua
dari dunia lain. Diam-diam Susie mengawasi setiap gerak-gerik keluarganya yang
mulai goyah sepeninggal dirinya. Susi mengetahui ayahnya yang memiliki hobi
kapal dalam botol justu menghancurkan semua koleksinya, ibunya terlibat asmara
dengan salah seorang polisi untuk melupakan segala beban yang ada, Lindsey
menjadi sosok tegar yang enggan dikasihani orang-orang sekitarnya, dan si kecil
Buckley mulai mengerti apa arti kata meninggal dunia. Susie berusaha untuk
berhubungan secara nyata dengan orang-orang di sekitarnya, namun hanya Ruth si
gadis aneh teman satu sekolahnya yang merespon kontak Susie. Bagaimana kisah
Susie si hantu dan keluarganya? Baca yaaa ^^
fuh...
Akhirnya selesai juga baca novel ini. Pada awalnya, dengan baca beberapa
halaman pertama novel ini, Epik langsung ngerasa jatuh cinta dengan alur
ceritanya. Dengan premis yang menjanjikan dimana seorang gadis hantu yang
melihat bagaimana keluarganya perlahan sembuh dari rasa kehilangan akan
dirinya, didukung pula dengan pemilihan nama tokoh unik jadi bikin Epik
tertarik untuk baca baca. Sayangnya semakin mendekati ending, Epik malah dibuat kecewa dengan alur cerita yang makin ngga
tentu arah, ngalor-ngidul ngga jelas. Alur ceritanya jadi
ngga seru lagi dan sama sekali jauh dari ekspektasi awal.
Gaya
penceritaan yang deskriptif tapi lompat-lompat bikin Epik agak bingung. Si
penulis sering mendeskripsikan suatu barang atau kejadian kemudian di paragraf
yang sama ia langsung menyambung dengan kalimat yang membandingan suatu barang
atau kejadian tersebut dengan pengalaman diri si tokoh. Contoh saat tokoh Susie
melihat adiknya masuk ke rumah si pembunuh, penulis menjelaskan bagaimana
keadaan rumah si pembunuh kemudian langsung membandingkannya dengan keadaan
rumahnya Susie. Kalau pembaca yang teliti lompatan ini ngga akan jadi masalah,
tapi sekali ngga konsentrasi dijamin bakal bingung. Hal ini terjadi berulang
kali jadi berkonsentrasilah kalau ngga mau jadi bingung.
Ada
hal yang ngga terlalu Epik suka dari novel ini yakni tokoh Abigail alias ibunya
Susie. Ia digambarkan sebagai wanita egois dan bitchy. Seolah sikapnya sebagai ibu selama ini adalah topeng karena
ia menyandang status Mrs. Salmon. Abigail terkadang berpikir bahwa ia ingin
melanjutkan sekolah lagi dan mewujudkan mimpinya sebagai pengajar, namun selalu
merasa keluarganyalah memupuskan harapan tersebut. Ya menurut Epik ketika
seseorang sudah memutuskan berumah tangga, sebaiknya berusaha untuk total
sebagai suami, istri, ayah, atau ibu. Karir memang penting, sekolah lagi memang
penting, tapi bukankah ada yang lebih penting dari itu semua? Yakni keluarga,
terutama anak?. Epik berpendapat sikap Abigail yang mengangap bahwa
keluarganyalah yang menjadi penghalang mimpinya tidaklah bijak dilihat dari
sisi manapun. Lha, kalau memang mau fokus mengejar karir, kenapa dulu menikah
dan punya anak? Kedua hal itu jelas membutuhkan tanggung yang besar. Keluarga
harmonis dan pekerjaan yang sukses dengan karir yang terus menanjak sering kali
tidak bisa berjalan lurus, terutama jika tidak dilakukan dengan disiplin serta
dengan tekad kuat. Apa bila mengetahui resiko ini dan tetap 'menyalahkan'
keluarga atas 'ketidakberhasilan' dalam karir, berarti seseorang itu adalah
orang egois yang berengsek. (sorry...
My bad! Hahaha). Selain itu Abigail
yang sempat berselingkuh dengan Len, polisi yang menangani kasus Susie,
mengingatkan Epik dengan Nina Frost dari novel Perfect Match karangan Jodi Picoult
dimana para ibu-ibu ini begitu rapuhnya saat diterpa masalah dan dengan mudah
serta asyiknya mencari pelarian dengan berselingkuh bukannya malah berpikir
logis plus tidak memperkeruh masalah. Seolah mereka menjelma menjadi sosok bitchy yang menye-menye dan mudah
dicolek pria lain yang memberi perhatian lebih tapi mengabaikan suami mereka
yang ngga neko-neko. Apakah ini sebuah representasi kehidupan ibu-ibu rumah
tangga di Barat saat ada problem
rumah tangga, especially ibu-ibu
Amerika?. Bisa jadi bahan penelitian nih...
Overall,
this novel was okay... Perasaan yang
Epik rasa saat baca 45 halaman pertama novel ini adalah bener-bener terkesan.
Namun sayangnya, semakin mendekati ending
Epik malah semakin tidak menyukai isi ceritanya. Sorry to say, tapi emang itu yang Epik rasakan. Terutama, di bagian
Susie merasuki tubuh Ruth hanya untuk melakukan 'sesuatu' yang belum sempat ia
lakukan dengan Ray, padahal jasad dan misteri kematiannya aja belum terungkap
kenapa di waktu yang sesingkat itu tidak dimanfaatkan untuk menyingkap
segalanya. Bagi pecinta drama menye-menye dengan
bumbu
crime, novel ini mungkin novel yang
sempurna, tapi ngga buat Epik.
Referensi:
-the-lovely-bones-wiki.wikispaces.com (gambar Alice Sebold)
Filmnya baru ane tonton barusan di TV Parabola, bikin sedih njay filmnya :'v
BalasHapusHehehe iya sedih emang, makasi kak bayu uda mampir ke KIKOS ^^
BalasHapus~Reyko