Senin, 08 Agustus 2016

The Lovely Bones “Ketika Waktu Menyembuhkan Segala Duka”

Assalamuallaikum warohmattullahi wabarokatu... Halo KIKOSer semua! Masih kangen sama Epik dan postingannya ngga? Kalau iya yukkk baca postingan kali ini ^^
Judul
Tulang-tulang yang Cantik/ The Lovely Bones
Penulis
Alice Sebold
Genre
Drama, Thriller, Crime
Penerbit
Gramedia
Jumlah Halaman
423
Tahun Terbit
Januari 2010 (cetakan ke-3)



'Namaku Susie Salmon, salmon seperti nama ikan. Usiaku 14 tahun saat aku dibunuh tahun 1973.'

Alice Sebold
Pada awalnya keluarga Salmon hidup bahagia. Mr. Salmon bekerja sebagai akuntan sedang istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurus ketiga putra-putrinya yakni Suzzane 'Susie' Salmon si anak sulung yang berusia 14 tahun, Lindsey si putri kedua yang berusia 13 tahun, dan Buckley anak laki-laki bungsu mereka yang berusia 4 tahun. Kehidupan mereka pun mulai berantakan setelah kematian Susie yang misterius.

Beberapa hari setelah Susie menghilang, seekor anjing milik tetangga mengondol potongan tubuh yaitu sebuah lengan yang diyakini adalah milik Susie. Di ladang jagung tak jauh dari rumah mereka, ditemukan bekas galian yang telah ditimbun. Di dalamnya terdapat tumpahan darah yang sangat banyak, namun tubuh Susie sendiri tidak pernah ditemukan. Berdasarkan penemuan lubang galian dengan tumpahan darah sebanyak itu, Polisi berpendapat bahwa harapan menemukan Susie dalam keadaan hidup pupus sudah.

Semua petunjuk mengarah ke jalan buntu. Saat buku tulis Susie ditemukan beserta surat cinta seorang anak laki-laki bernama Ray Singh, polisi segera menginterogasi anak tersebut. Surat itu memang ditulis oleh Ray, tetapi ia tidak mungkin membunuh Susie karena ia memiliki alibi yang kuat. Salah seorang anak laki-laki tetangga Susie juga menjadi tersangka karena ia pernah digosipkan kerap membunuh anjing dan kucing yang merupakan tanda awal penyakit psikologis. Namun ia juga tidak terbukti terlibat dalam pembunuhan Susie. Banyak orang yang tidak sadar bahwa pembunuh Susie saat itu justru sedang mengawasi mereka dari rumahnya yang tak jauh dari rumah Susie.

Di saat kegemparan pembunuhan itu berlangsung, Susie sedang mengawasi mereka semua dari dunia lain. Diam-diam Susie mengawasi setiap gerak-gerik keluarganya yang mulai goyah sepeninggal dirinya. Susi mengetahui ayahnya yang memiliki hobi kapal dalam botol justu menghancurkan semua koleksinya, ibunya terlibat asmara dengan salah seorang polisi untuk melupakan segala beban yang ada, Lindsey menjadi sosok tegar yang enggan dikasihani orang-orang sekitarnya, dan si kecil Buckley mulai mengerti apa arti kata meninggal dunia. Susie berusaha untuk berhubungan secara nyata dengan orang-orang di sekitarnya, namun hanya Ruth si gadis aneh teman satu sekolahnya yang merespon kontak Susie. Bagaimana kisah Susie si hantu dan keluarganya? Baca yaaa ^^

fuh... Akhirnya selesai juga baca novel ini. Pada awalnya, dengan baca beberapa halaman pertama novel ini, Epik langsung ngerasa jatuh cinta dengan alur ceritanya. Dengan premis yang menjanjikan dimana seorang gadis hantu yang melihat bagaimana keluarganya perlahan sembuh dari rasa kehilangan akan dirinya, didukung pula dengan pemilihan nama tokoh unik jadi bikin Epik tertarik untuk baca baca. Sayangnya semakin mendekati ending, Epik malah dibuat kecewa dengan alur cerita yang makin ngga tentu arah, ngalor-ngidul ngga jelas. Alur ceritanya jadi ngga seru lagi dan sama sekali jauh dari ekspektasi awal.

Gaya penceritaan yang deskriptif tapi lompat-lompat bikin Epik agak bingung. Si penulis sering mendeskripsikan suatu barang atau kejadian kemudian di paragraf yang sama ia langsung menyambung dengan kalimat yang membandingan suatu barang atau kejadian tersebut dengan pengalaman diri si tokoh. Contoh saat tokoh Susie melihat adiknya masuk ke rumah si pembunuh, penulis menjelaskan bagaimana keadaan rumah si pembunuh kemudian langsung membandingkannya dengan keadaan rumahnya Susie. Kalau pembaca yang teliti lompatan ini ngga akan jadi masalah, tapi sekali ngga konsentrasi dijamin bakal bingung. Hal ini terjadi berulang kali jadi berkonsentrasilah kalau ngga mau jadi bingung.

Ada hal yang ngga terlalu Epik suka dari novel ini yakni tokoh Abigail alias ibunya Susie. Ia digambarkan sebagai wanita egois dan bitchy. Seolah sikapnya sebagai ibu selama ini adalah topeng karena ia menyandang status Mrs. Salmon. Abigail terkadang berpikir bahwa ia ingin melanjutkan sekolah lagi dan mewujudkan mimpinya sebagai pengajar, namun selalu merasa keluarganyalah memupuskan harapan tersebut. Ya menurut Epik ketika seseorang sudah memutuskan berumah tangga, sebaiknya berusaha untuk total sebagai suami, istri, ayah, atau ibu. Karir memang penting, sekolah lagi memang penting, tapi bukankah ada yang lebih penting dari itu semua? Yakni keluarga, terutama anak?. Epik berpendapat sikap Abigail yang mengangap bahwa keluarganyalah yang menjadi penghalang mimpinya tidaklah bijak dilihat dari sisi manapun. Lha, kalau memang mau fokus mengejar karir, kenapa dulu menikah dan punya anak? Kedua hal itu jelas membutuhkan tanggung yang besar. Keluarga harmonis dan pekerjaan yang sukses dengan karir yang terus menanjak sering kali tidak bisa berjalan lurus, terutama jika tidak dilakukan dengan disiplin serta dengan tekad kuat. Apa bila mengetahui resiko ini dan tetap 'menyalahkan' keluarga atas 'ketidakberhasilan' dalam karir, berarti seseorang itu adalah orang egois yang berengsek. (sorry... My bad! Hahaha). Selain itu Abigail yang sempat berselingkuh dengan Len, polisi yang menangani kasus Susie, mengingatkan Epik dengan Nina Frost dari novel Perfect Match karangan Jodi Picoult dimana para ibu-ibu ini begitu rapuhnya saat diterpa masalah dan dengan mudah serta asyiknya mencari pelarian dengan berselingkuh bukannya malah berpikir logis plus tidak memperkeruh masalah. Seolah mereka menjelma menjadi sosok bitchy yang menye-menye dan mudah dicolek pria lain yang memberi perhatian lebih tapi mengabaikan suami mereka yang ngga neko-neko. Apakah ini sebuah representasi kehidupan ibu-ibu rumah tangga di Barat saat ada problem rumah tangga, especially ibu-ibu Amerika?. Bisa jadi bahan penelitian nih...

Overall, this novel was okay... Perasaan yang Epik rasa saat baca 45 halaman pertama novel ini adalah bener-bener terkesan. Namun sayangnya, semakin mendekati ending Epik malah semakin tidak menyukai isi ceritanya. Sorry to say, tapi emang itu yang Epik rasakan. Terutama, di bagian Susie merasuki tubuh Ruth hanya untuk melakukan 'sesuatu' yang belum sempat ia lakukan dengan Ray, padahal jasad dan misteri kematiannya aja belum terungkap kenapa di waktu yang sesingkat itu tidak dimanfaatkan untuk menyingkap segalanya. Bagi pecinta drama menye-menye dengan
bumbu crime, novel ini mungkin novel yang sempurna, tapi ngga buat Epik.


Referensi:
-the-lovely-bones-wiki.wikispaces.com (gambar Alice Sebold)


2 komentar:

  1. Filmnya baru ane tonton barusan di TV Parabola, bikin sedih njay filmnya :'v

    BalasHapus
  2. Hehehe iya sedih emang, makasi kak bayu uda mampir ke KIKOS ^^

    ~Reyko

    BalasHapus