Minggu, 23 November 2014

Rose Madder “Setitik Darah dan Lukisan yang Mengubah Hidup”

Whoaaa... Epik muncul lagi... Jreng... Membawa review'an novelnya Stephen King. KIKOSer tau kan siapa Stephen King? KIKOSer penggemar cerita horror thriller pasti tau siapa itu Stephen King...

Oke, kali aja ada KIKOSer yang ngga tau... Stephen King adalah penulis novel dengan genre horror thriller yang kadang disturbing gitu. Stephen  King ini asalnya dari Amrik sono~. Karyanya udah banyak yang difilm'in. Beberapa filmnya yang memorable adalah Carrie (1976, 2003, 2013), The Shining (1977), Creepshow (1982), Cujo (1983), Childern of The Corn (1984), Pet Sematary (1989), Misery (1990), It (1990), The Shawshank Redemption (1994), Green Mile (1999), DreamCatcher (2003), Secret Window (2004), 1408 (2007), The Mist (2007), dan masih banyak lagi. Hahaha

Kali ini Epik bakal nge-review novel Staphen King yang berjudul Rose Madder. Eh, novel ini juga pernah di review sama Shaddow lo... Shaddow itu salah satu KIKOSer yang nge-fans banget sama Stephen King loh! untuk baca review’an versi Shaddow bisa klik DISINI… Kalau review’an Epik ada dibawah. Cus~
agak somplak~ namanya juga beli bekas hehehe
Judul
Rose Madder
Penulis
Stephen King
Genre
Drama Thriller
Penerbit
Gramedia
Jumlah Halaman
741
Tahun Terbit
Juli 1997 (cetakan ke-1)


Stephen King
Setitik darah di bantalnya membuat Rosie McClendon Daniels tiba-tiba mendapat ilham yang harusnya sudah datang 14 tahun lebih awal. Setitik darah hasil 'karya' suaminya, Norman Daniels, setelah menonjok hidung Rosie. Hidup dengan Norman selama 14 tahun sungguh menakutkan. Meski Norman adalah seorang polisi yang seharusnya mengayomi masyarakat, ia malah hobi meng-KDRT istrinya. Bogem di perut, tusukan pensil di dada, gigitan di bahu. Itu semua makanan selingan Rosie. Rosie bahkan pernah satu kali keguguran dan rusuknya patah menusuk paru-parunya. Jangan tanya mengapa Rosie mau bertahan, karena Rosie tahu suaminya pasti akan membunuhnya jika ia berani kabur atau membuka mulut. Tapi setitik darah itu memunculkan keberanian Rosie untuk kabur. Ia berpikir ini bukan soal mengenai 14 tahun yang sudah berlalu, tapi 14 tahun yang akan datang. Ia tak mampu lagi membayangkah hidup 14 tahun lebih lama dengan Norman. Rosie paham betul bahwa suaminya tidak akan melepasnya begitu saja, Norman akan mencarinya, tapi tekat Rosie sudah bulat. Ia harus kabur.

Rosie membawa kabur kartu ATM Norman, karena ia tidak memiliki uang tunai sepeserpun. Meski ia tahu Norman akan membunuhnya dua kali jika tahu Rosie membawa kabur ATMnya juga, namun Rosie beranggapan toh ini uangnya juga, bukannya suami istri saling berbagi?. Setelah mengambil sejumlah uang di ATM, Rosie membuang kartu itu di tong sampah dan kabur naik bus. Saat di terminal salah satu kota besar, Rosie turun dan mencari tempat untuk istirahat. Perut Rosie yang keroncongan membawanya ke kafetaria untuk makan sereal, sari buah, dan kopi. Mungkin sudah kehendak Tuhan, saat Rosie keluar dari kafetaria, ia melihat stand Traveller Aid, dimana ia bisa minta tolong kepada penjaga stand tersebut. Rosie pun mengobrol dengan penjaga stand yang mengaku bernama Peter Slowik dan bercerita mengenai pelariannya. Peter Slowik ternyata orang yang cukup baik, Rosie diberikan sebuah alamat lembaga non-profit yang akan memberinya tempat bernaung. Rosie pun berterima kasih pada Peter dan pergi mengujungi alamat yang diberi Peter.

Alamat itu mengarahkan Rosie ke sebuah gedung besar yang catnya mengelupas. Gedung itu milik kelompok 'Daugthers and Sisters', dikelola oleh seorang wanita kaya bernama Anna Stevenson yang ternyata adalah mantan istri Peter. Anna membangun tempat 'perlindungan' ini untuk menampung dan mencarikan pekerjaan para wanita korban penyiksaan baik oleh suami atau oleh pacar. Rosie pun diterima dengan baik disana dan diberi pekerjaan sebagai tukang beres-beres di Hotel Whitestone yang menjalin kerja sama dengan 'Daughters and Sisters'.

Disisi lain, Norman sedang berpikir keras akan keberanian istrinya kabur dari rumah. Berbagai pertanyaan bergolak dalam benak Norman: Bagaimana bisa Rosie yang penakut itu berani kabur dari rumah?. Apakah dia sudah merencanakan jauh-jauh hari? Atau sekedar spontanitas?. Dan berani-beraninya dia mencuri ATMku!. Norman sudah memutuskan akan memberi pelajaran bagi istri yang berani mencuri dari suaminya. Ia akan 'bicara' dengan Rosie dari dekat. Bicara dari dekat artinya adalah bogem-bogem mentah untuk Rosie. Tapi sampai beberapa minggu setelah Rosie kabur, Norman masih belum bisa melacak beradaan Rosie. Ia berasumsi Rosie tidak akan berani bepergian jauh-jauh dari rumah mereka. Ia mencari petunjuk sekecil apapun namun masih nihil. Hingga suatu hari muncul kabar gembira itu. Kartu ATMnya ditemukan dalam dompet salah satu tersangka pengedar obat bius. Inilah kunci emas yang ditunggu Norman.

Rosie mulai menikmati pekerjaannya sebagai tukang beres-beres. Meski punggung dan pinggangnya masih sakit jika dipaksa bekerja terlalu keras, meski saat buang air kecil ia masih harus melihat darah (itu semua akibat siksaan yang ia terima dulu), paling tidak disini tidak ada Norman. Hal itulah yang menguatkan Rosie. Ia jadi lebih bersyukur terhadap hal-hal kecil. Misalnya menikmati buah pisang dan duduk barang 5 menit saat sudah membereskan kamar tamu. Sungguh hal yang menyenangkan bagi Rosie.

Harta berharga yang sempat dibawa Rosie saat pergi adalah dua cincin yang melekat di jarinya. Satu cincin tunangan dan satunya lagi adalah cincin pernikahannya. Ia teringat perkataan Norman saat memberikan cincin pernikahannya itu. Norman berkata pilihannya adalah antara ia membeli cincin itu atau membeli sebuah mobil baru, tapi ia lebih membeli cincin itu demi Rosie, begitu katanya. Rosie jadi terpikir untuk menjual cincin itu, karena ia yakin cincin itu terbuat dari berlian dan ia sendiri butuh uang untuk sewa tempat di 'Daughters and Sisters'.

Rosie melangkah masuk ke toko barang bekas untuk menanyakan harga cincin itu dan barangkali si penjaga toko berniat membelinya. Penjaga toko itu masih muda paling tidak beberapa tahun lebih muda dari Rosie dan dia nampak ramah. Rosie pun menanyakan harga cincin miliknya. Setelah si penjaga toko yang bernama Bill tersebut mengamati cincin Rosie, Bill berkata bahwa cincin itu bukan bermata berlian dan dia hanya berani menawar 50 dollar. Rosie menolak dengan sopan tawaran Bill dan hendak pergi keluar dari toko itu. Namun mata Rosie terpaku pada sebuat lukisan. Lukisan dengan gambar seorang wanita yang menghadap ke reruntuhan semacam kuil yang nun jauh. Wanita itu hanya dilukis dari bagian belakangnya saja dengan rambut pirang terkepang dan baju tunik berwarna merah ungu yang tampak menarik. Di lengannya terdapat sebuah gelang emas dan tangannya satunya lagi terangkat ke arah wajahnya seolah dengan meletakkan tangannya di atas alis dapat membantunya melihat reruntuhan kuil lebih baik. Rosie merasa lukisan ini memanggilnya seperti memiliki daya magis yang kuat. Tanpa ragu Rosie pun memberi penawaran tukar tambah dengan Bill. Cincin dengan lukisan dan Bill pun setuju. Dengan suka cita, Rosie pun membawa pulang lukisan itu.

Saat Rosie sedang bergembira, Norman bisa dikatakan sedang bergembira juga. Selain karena misi penggrebekan gembong obat bius yang sukses mengatar Norman naik pangkat juga karena petunjuk mengenai keberadaan Rosie mulai terkumpul. Meski begitu amarah Norman belum reda malah semakin membuatnya buta. Norman semakin terobsesi menemukan istrinya yang kabur. Akankah Rosie tertangkap dan Norman bisa 'bicara' dari dekat dengannya?

Hm... novel yang menarik. Awalnya sih ceritanya normal-normal aja tentang istri yang kabur gara-gara suami KDRT. Trus tiba-tiba ciri khas Stephen King muncul yakni bumbu-bumbu imajinasi yang berbau mistis dan ngga bisa di nalar. Lukisan yang dibeli Rosie tadi ternyata emang punya daya magis. Bukan voodoo atau berhantu, tapi nanti Rosie bisa nembus tuh lukisan. Waw... Keren~. Meski novelnya bertema serem-sereman tapi ada kisah romance-nya kok. Tapi ya gitu Stephen King ngga akan ngasih kisah sekedar roman picisan gitu harus ada thriller yang bikin ngeri (atau paling engga bikin pembacanya bertanya-tanya 'lho kok gini sih?' hehehe).

Epik suka cara Stephen King menggambarkan sosok Rosie. Rosie ini awalnya super chicken abis, tapi pelan-pelan si Stephen King mengubah Rosie si super chicken jadi wonder women yang kuat dan tegar. Perubahannya itu Epik rasa cukup masuk akal karena Stephen King menggambarkannya itu ngga langsung jedarrr mendadak berani gitu tapi sedikit demi sedikit. Berasa prosesnya bro... Disisi lain si Norman pun 'gila'nya itu bertahap juga. Ngga langsung jedarrr gila ngejar-ngejar bininya pake pistol gitu. Awalnya Norman digambarkan sebagai polisi sadis yang suka KDRT istrinya. Tapi semakin ke tengah cerita Norman digambarin semakin terobsesi nangkep si istri sampai-sampai kehilangan kewarasannya. Kerenlah pokoknya!. Panjang alurnya menurut Epik sih pas kok, karena momen step-by-step perubahan 2 tokoh utama ini yang emang take a time. Sedikit OOT (Out Of Topic), Epik agak galau baca novel ini, soalnya tokoh antagonisnya itu namanya Norman ahhh... jadi membayangkan Norman Reedus. Agak ngga ikhlas aja kalau sesuatu terjadi sama tokoh Norman. Hehehe *salah fokus*.
#salah_fokus ahahah~
BTT (Back To Topic), Bestscene menurut Epik itu ya, pas Norman dihajar sama Gert. Jadi ada scene dimana Norman menyiksa salah satu penghuni Daughters and Sisters bernama Cynthia demi mendapat alamat Rosie. Jeritan Cynthia terdengar oleh Gert Kinshaw (salah satu emak-emak sahabat Rosie yang juga penghuni Daughters and Sisters juga). Gert langsung menyerang Norman. Mungkin KIKOSer mbatin 'apa susahnya ngelawan emak-emak bagi Norman yang seorang polisi?'. Masalahnya adalah Gert ini bertubuh tinggi besar dengan berat sekitar seratus tiga puluh kilogram dan dia bisa bela diri. Wih... Manteb gak tuh... Tentu aja bukan hal mudah bagi Norman untuk mengalahkan Gert. Gert sempat men-smackdown Norman, pas Norman jatuh, Gert langsung menindihnya dan buang air kecil di atas kepala Norman. Arggghhh! Keren sekaligus menjijikkan ahahaha... Tapi keren banget itu!. Mana sebelum buang air Gert sempat bilang 'Rosie menitipkan sesuatu lewat aku...' dan currrr.... Gert pipis di atas kepala Norman.

Kesimpulan, novel Rose Madder menceritakan tentang seorang istri yang kabur dari suami yang seorang polisi tapi hobinya KDRT. Novel ini diceritakan dengan cara yang beda dengan bumbu mistis dan imanjinasi si penulis sehingga membuat pembaca ngga sekedar membaca novel ala 'Harlequ**' gitu tapi juga ada sisi menegangkannya.

Bagi KIKOSer penggemar Stephen King harus baca nih... Selain itu, KIKOSer yang suka novel drama thriller bolehlah baca-baca novel ini :)


Web Resmi:
-http://stephenking.com/

Referensi:
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_adaptations_of_works_by_Stephen_King
http://www.britishfantasysociety.org/ (gambar)

Spesial Thank’s :
-Popo, temen Epik yang mau nemenin ke Kampung Ilmu (padahal dia ngga beli apa-apa). Makasi Po! Cius deh~ Rabu depan ke Kampung Ilmu lagi ya :)
-Mbak Kus yang ada di Kampung Ilmu yang udah bantuin Epik 'nawar' buku ini (buku ini dijual sama mbak-mbak yang jualan di seberang kios Mbak Kus), makasih Mbak, insyaAllah jadi pelanggan setiamu~ #eyaaa
-Mbak-mbak yang jual di seberang kios Mbak Kus, makasih yaaa mbak :)

Nih Epik kasih gambarnya:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar