Selamat
Siang KIKOSer...
Epik
pernah baca salah satu blognya KIKOSer yang namanya Shaddow, diblog itu Shaddow
pernah membahas tentang salah satu novel thriller
karangan anak negeri berjudul Katarsis (kalau KIKOSer pingin baca review'an versi Shaddow bisa klik DISINI). Dari review'annya kayaknya seru tuh novel, Epik jadi tertarik untuk baca
deh ^^. Dan ini review'an
dari Epik...
Judul
|
Katarsis
|
Penulis
|
Anastasia
Aemilia
|
Genre
|
Novel
psikologi thriller
|
Penerbit
|
Gramedia
|
Jumlah
Halaman
|
261
|
Tahun
Terbit
|
April
2013 (cetakan pertama)
|
Anastasia Aemilia |
Apa yang
kira-kira dipikirkan oleh anak berusia 5 tahun?. Permen? Coklat? Mainan baru?
Atau... sebuah pembunuhan?. Tara Johandi (dia sangat benci namanya!), sejak
berusia 5 tahun, ia seolah memiliki pemikiran yang jauh dari usianya. Ia sudah
bisa memikirkan betapa konyolnya bermain di bak pasir dan betapa menyebalkannya
hidup didalam keluarganya. Tara tidak pernah memanggil kedua orang tuanya
dengan sebutan 'mama papa' atau 'bunda ayah', ia memanggil mereka dengan nama
mereka yakni Tari dan Bara. Berulangkali Tara diajari untuk memanggil kedua
orang tuanya dengan sebutan yang layak, tapi Tara tidak pernah melakukannya.
Tara selalu berkata bahwa ia benci dengan nama Tara (singkatan untuk
Tari-Bara). Ia benci kedua orang tuanya bahkan telah merencanakan pembunuhan
atas mereka berdua sejak berusia lima tahun.
Saat gigi
susunya tanggal di usia 5, Tara membunuh ibunya. Ia menginjak kaki ibunya yang
kebetulan sedang terluka saat berjalan di tangga, hingga ibunya jatuh
terguling-guling dan seluruh tulangnya berderak. Setelah kematian Tari, Bara
menjadi sering mabuk-mabukan hingga akhirnya ia enggan mengasuh Tara dan
menitipkannya pada Arif dan Sasi, adik Bara dan istrinya. Semenjak itu Tara
tumbuh di keluarga pamannya.
Entah
jiwa sadis ini memang ada di keluarga Johandi atau gimana tapi anak laki-laki
Arif dan Sasi juga sadis. Usia Moses 7 tahun lebih tua dari Tara, jadi saat
Tara mulai tinggal bersama paman dan bibinya usia Moses 12 tahun. Saat Keluarga
Arif bertamasya, Moses diminta untuk mengajari Tara naik sepeda, awalnya
berjalan lancar sampai Moses melepas pengangannya pada Tara di jalan turunan.
Tentu saja Tara yang baru belajar naik sepeda meluncur dan menabrak pohon.
Meski sebetulnya ia bisa menahan tangisan, Tara memutuskan untuk bersikap
layaknya anak kecil normal lainnya, ia menanggis sejadi-jadinya. Entah darimana
muncul anak laki-laki bertopi merah yang membantunya berjalan. Anak laki-laki
itu memberi sekeping koin lima rupiah dan berkata bahwa menurut ibunya jika
menggenggam koin bisa mengurangi rasa sakit. Setelah Arif dan Sasi muncul untuk
menggendong Tara, anak laki-laki itu menghilang.
12 tahun
kemudian, Tara tetap menjadi Tara yang dulu. Introvert, tertutup, tanpa
ekspresi, dan tetap terlalu dewasa untuk usianya. Ia tetap tinggal bersama Arif
dan Sasi berserta Moses yang kini jadi makin menyebalkan. Bara tetap tidak
pernah mau mengasuh Tara bahkan benar-benar enggan bertemu dengannya.
Suatu
hari, di sebuah koran harian, muncul berita menghebohkan. Seorang gadis bernama
Tara ditemukan sekarat di dalam kotak kayu yang tertutup rapat di gudang.
Sedang ayah serta bibinya ditemukan tewas bersimbah darah, pamanya ditemukan
sekarat hampir kehabisan darah, sedang sepupunya ditemukan telah membusuk
dimutilasi menjadi beberapa bagian. Pelakunya diduga adalah pasangan perampok.
Tapi benarkah itu kejadian sesungguhnya? Jika Tara yang membantai keluarganya
lalu bagaimana dengan misteri keberadaan Tara di dalam kotak kayu?.
Bolehlah
bolehlah... Ceritanya bolehlah... Mungkin yang bikin novel ini berasa istimewa
itu ya karena pertama yang bikin novel thriller
ini orang Indonesia. Mungkin sekarang udah saatnya Epik dan seluruh KIKOSer di
dunia tidak meng-underestimate karya
serta kemampuan orang Indonesia. Karena nyatanya diam-diam sebenernya orang
Indonesia itu punya kemampuan yang setara bahkan lebih dari orang dari
negara-negara lain. Bukan chauvinism (orang yang fanatik terhadap negaranya)
atau etnosentrisme (orang yang hanya peduli dengan sudut pandang kebudayaannya
aja) ya, tapi kalau warganya aja kagak yakin sama kemampuan negaranya, gimana
bisa mau menyakinkan negara lain untuk percaya Indonesia?. Hayo? Hayo?. Kedua
jarang ada cerita psyco versi
Indonesia yang ngambil anak kecil sebagai pelaku pembunuhan apalagi alasan si
anak jadi sadis itu bukan karena si ortu yang suka nyiksa atau dibully temen-temen (kan umumnya
orang-orang yang sadis itu punya pemicu misalnya sering dipukuli ortu, sering
jadi bahan bullying, ngelihat orang
terdekatnya melakukan tindakan sadis sehingga si anak mendapat penanaman moral
yang salah, dan berbagai alasan lainnya). Tapi si Tara ini justru digambarkan
seolah dia itu emang terlahir sebagai orang yang sadis tanpa pemicu yang jelas
dan tanpa diajari semacam anak iblis gitu.
Ceritanya
sih agak ngga ketebak, padahal Epik berharap nih ya si Tara bisa ketemu anak
kecil bertopi merah itu dan jadi mate.
Tapi sayangnya penulisnya berkata lain. Ahahaha... BTW, Epik udah ngasi spoiler
tuh hahaha... Sip sip sip...
Satu yang
bikin Epik agak mikir adalah kata-kata
'kotak kayu'. Hm... Kebayangnya itu kotak yang segede kotak perkakas
(itu kan kecil bingit), mungkin yang dimaksud kotak kayu disini itu peti kayu.
Taukan peti kayu yang kayak diluar negeri itu lho... Yang gede dan bisa
dimasukin orang.
Ceritanya
bagus, dengan taburan twist yang agak bikin atit... Ahahaha... Mungkin kalau Mo
Brother mau ngangkat novel ini jadi film, mungkin bakal masuk ke jajaran film
Indonesia yang keren lainnya.
referensi:
-http://diaryofzombie.blogspot.com/2013/09/katarsis-thriller-psychology-dalam-negri.html
Spesial Thank’s :
-Papa
yang mau menyuplai dana agar Epik bisa tetep beli buku-buku keren :)
-Shaddow,
makasih rekomendasinya ^^ (maaf ya baru keturutan baca jadi baru bisa post sekarang dan postingan ini Epik link ke blognya Shaddow... ngga apa-apa ya?)
wahh.. makasih epik udah link ke blog aku..hehe aku sekarang lagi tertarik baca buku-buku berbau sejarah dan indonesia gitu.. *sok nasionalis ya..hahahha
BalasHapusIya, sama-sama :D
Hapusoh lagi suka baca buku sejarah? Udah pernah baca Momoye: mereka memanggilku? itu kisah yang dituturkan oleh eks jugun ianfu mengenai perjuangan mereka melawan diskriminasi terhadap eks jugun ianfu... aduh nge-feel banget pas bacanya :(
-Epik-