Selasa, 26 Agustus 2014

Katarsis “Pembunuhan Kotak Kayu dan Gadis Yang Selamat Itu”

Selamat Siang KIKOSer...
Epik pernah baca salah satu blognya KIKOSer yang namanya Shaddow, diblog itu Shaddow pernah membahas tentang salah satu novel thriller karangan anak negeri berjudul Katarsis (kalau KIKOSer pingin baca review'an versi Shaddow bisa klik DISINI). Dari review'annya kayaknya seru tuh novel, Epik jadi tertarik untuk baca deh ^^. Dan ini review'an dari Epik...


Judul
Katarsis
Penulis
Anastasia Aemilia
Genre
Novel psikologi thriller
Penerbit
Gramedia
Jumlah Halaman
261
Tahun Terbit
April 2013 (cetakan pertama)


Anastasia Aemilia
Apa yang kira-kira dipikirkan oleh anak berusia 5 tahun?. Permen? Coklat? Mainan baru? Atau... sebuah pembunuhan?. Tara Johandi (dia sangat benci namanya!), sejak berusia 5 tahun, ia seolah memiliki pemikiran yang jauh dari usianya. Ia sudah bisa memikirkan betapa konyolnya bermain di bak pasir dan betapa menyebalkannya hidup didalam keluarganya. Tara tidak pernah memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan 'mama papa' atau 'bunda ayah', ia memanggil mereka dengan nama mereka yakni Tari dan Bara. Berulangkali Tara diajari untuk memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan yang layak, tapi Tara tidak pernah melakukannya. Tara selalu berkata bahwa ia benci dengan nama Tara (singkatan untuk Tari-Bara). Ia benci kedua orang tuanya bahkan telah merencanakan pembunuhan atas mereka berdua sejak berusia lima tahun.

Saat gigi susunya tanggal di usia 5, Tara membunuh ibunya. Ia menginjak kaki ibunya yang kebetulan sedang terluka saat berjalan di tangga, hingga ibunya jatuh terguling-guling dan seluruh tulangnya berderak. Setelah kematian Tari, Bara menjadi sering mabuk-mabukan hingga akhirnya ia enggan mengasuh Tara dan menitipkannya pada Arif dan Sasi, adik Bara dan istrinya. Semenjak itu Tara tumbuh di keluarga pamannya.

Entah jiwa sadis ini memang ada di keluarga Johandi atau gimana tapi anak laki-laki Arif dan Sasi juga sadis. Usia Moses 7 tahun lebih tua dari Tara, jadi saat Tara mulai tinggal bersama paman dan bibinya usia Moses 12 tahun. Saat Keluarga Arif bertamasya, Moses diminta untuk mengajari Tara naik sepeda, awalnya berjalan lancar sampai Moses melepas pengangannya pada Tara di jalan turunan. Tentu saja Tara yang baru belajar naik sepeda meluncur dan menabrak pohon. Meski sebetulnya ia bisa menahan tangisan, Tara memutuskan untuk bersikap layaknya anak kecil normal lainnya, ia menanggis sejadi-jadinya. Entah darimana muncul anak laki-laki bertopi merah yang membantunya berjalan. Anak laki-laki itu memberi sekeping koin lima rupiah dan berkata bahwa menurut ibunya jika menggenggam koin bisa mengurangi rasa sakit. Setelah Arif dan Sasi muncul untuk menggendong Tara, anak laki-laki itu menghilang.

12 tahun kemudian, Tara tetap menjadi Tara yang dulu. Introvert, tertutup, tanpa ekspresi, dan tetap terlalu dewasa untuk usianya. Ia tetap tinggal bersama Arif dan Sasi berserta Moses yang kini jadi makin menyebalkan. Bara tetap tidak pernah mau mengasuh Tara bahkan benar-benar enggan bertemu dengannya.

Suatu hari, di sebuah koran harian, muncul berita menghebohkan. Seorang gadis bernama Tara ditemukan sekarat di dalam kotak kayu yang tertutup rapat di gudang. Sedang ayah serta bibinya ditemukan tewas bersimbah darah, pamanya ditemukan sekarat hampir kehabisan darah, sedang sepupunya ditemukan telah membusuk dimutilasi menjadi beberapa bagian. Pelakunya diduga adalah pasangan perampok. Tapi benarkah itu kejadian sesungguhnya? Jika Tara yang membantai keluarganya lalu bagaimana dengan misteri keberadaan Tara di dalam kotak kayu?.

Bolehlah bolehlah... Ceritanya bolehlah... Mungkin yang bikin novel ini berasa istimewa itu ya karena pertama yang bikin novel thriller ini orang Indonesia. Mungkin sekarang udah saatnya Epik dan seluruh KIKOSer di dunia tidak meng-underestimate karya serta kemampuan orang Indonesia. Karena nyatanya diam-diam sebenernya orang Indonesia itu punya kemampuan yang setara bahkan lebih dari orang dari negara-negara lain. Bukan chauvinism (orang yang fanatik terhadap negaranya) atau etnosentrisme (orang yang hanya peduli dengan sudut pandang kebudayaannya aja) ya, tapi kalau warganya aja kagak yakin sama kemampuan negaranya, gimana bisa mau menyakinkan negara lain untuk percaya Indonesia?. Hayo? Hayo?. Kedua jarang ada cerita psyco versi Indonesia yang ngambil anak kecil sebagai pelaku pembunuhan apalagi alasan si anak jadi sadis itu bukan karena si ortu yang suka nyiksa atau dibully temen-temen (kan umumnya orang-orang yang sadis itu punya pemicu misalnya sering dipukuli ortu, sering jadi bahan bullying, ngelihat orang terdekatnya melakukan tindakan sadis sehingga si anak mendapat penanaman moral yang salah, dan berbagai alasan lainnya). Tapi si Tara ini justru digambarkan seolah dia itu emang terlahir sebagai orang yang sadis tanpa pemicu yang jelas dan tanpa diajari semacam anak iblis gitu.

Ceritanya sih agak ngga ketebak, padahal Epik berharap nih ya si Tara bisa ketemu anak kecil bertopi merah itu dan jadi mate. Tapi sayangnya penulisnya berkata lain. Ahahaha... BTW, Epik udah ngasi spoiler tuh hahaha... Sip sip sip...

Satu yang bikin Epik agak mikir adalah kata-kata  'kotak kayu'. Hm... Kebayangnya itu kotak yang segede kotak perkakas (itu kan kecil bingit), mungkin yang dimaksud kotak kayu disini itu peti kayu. Taukan peti kayu yang kayak diluar negeri itu lho... Yang gede dan bisa dimasukin orang.


Ceritanya bagus, dengan taburan twist yang agak bikin atit... Ahahaha... Mungkin kalau Mo Brother mau ngangkat novel ini jadi film, mungkin bakal masuk ke jajaran film Indonesia yang keren lainnya.

referensi:
-http://diaryofzombie.blogspot.com/2013/09/katarsis-thriller-psychology-dalam-negri.html

Spesial Thank’s :
-Papa yang mau menyuplai dana agar Epik bisa tetep beli buku-buku keren :)
-Shaddow, makasih rekomendasinya ^^ (maaf ya baru keturutan baca jadi baru bisa post sekarang dan postingan ini Epik link ke blognya Shaddow... ngga apa-apa ya?)

2 komentar:

  1. wahh.. makasih epik udah link ke blog aku..hehe aku sekarang lagi tertarik baca buku-buku berbau sejarah dan indonesia gitu.. *sok nasionalis ya..hahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sama-sama :D
      oh lagi suka baca buku sejarah? Udah pernah baca Momoye: mereka memanggilku? itu kisah yang dituturkan oleh eks jugun ianfu mengenai perjuangan mereka melawan diskriminasi terhadap eks jugun ianfu... aduh nge-feel banget pas bacanya :(

      -Epik-

      Hapus