Halo… halo KIKOSer… Kangen Epik ngga?
hahaha…
Kali ini Epik pingin mereview sebuah
buku Sastra yang ngga terlalu berat karangan seorang sastrawan Jepang yang
terkenal dengan novel-novel bagus yang pernah ia buat. Yak langsung aja yah…
Judul
|
Keindahan dan Kesedihan/ Beauty and
Sadness/ Utsukushisa To Kanashimi To
|
Penulis
|
Yasunari Kawabata
|
Genre
|
Novel Sastra
|
Penerbit
|
Jalasutra
|
Jumlah Halaman
|
253
|
Tahun Terbit
|
2006 (Cetakan ke-3)
|
Yasunari Kawabata |
Novel berjudul “Keindahan Dan
Kesedihan” (Beauty and Sadness)
karangan Yasunari Kawabata bercerita tentang Oki, seorang novelis, yang pernah
memiliki hubungan gelap dengan Otoko lebih dari dua puluh tahun silam. Saat itu
Otoko masih berusia enam belas tahun, sedangkan usia Oki telah memasuki kepala
tiga serta masih menjadi suami resmi dari Fumiko. Meski cinta terlarang yang
Oki dan Otoko rajut begitu manis namun tak semanis jalan yang harus mereka
lalui. Sejak Otoko kehilangan bayi prematurnya di usianya yang masih tujuh belas
tahun, Ibunya tidak bisa berharap lebih dari Oki yang merupakan seorang suami
wanita lain. Ibu dari Otoko pun membawa Otoko pindah ke Kyoto untuk menjauhkan
anaknya dari penderitaan lebih dalam lagi dari Oki.
Walaupun dua puluh tahun telah berlalu
rasa cinta Otoko terhadap Oki sama sekali tidak berubah. Bahkan tidak ada rasa
benci maupun sakit hati terhadap Oki. Di usianya yang sudah hampir empat puluh
tahun, ia tetap memilih untuk melajang dan menjalani kehidupan yang tenang di Kyoto sebagai seorang pelukis. Namun murid melukisnya, Keiko merasa harus
membalas dendam atas penderitaan guru sekaligus orang yang dicintainya
(sepertinya Otoko dan Keiko memiliki hubungan cinta). Kemudian Cara Keiko
membalas dendam sungguh unik. Ia mengumpankan tubuhnya pada Oki dan anak lelaki
Oki, Taichiro, untuk mempermainkan perasaan kedua pria itu.
Setiap tokoh digambarkan secara detil. Seperti Otoko yang merupakan seorang wanita yang setia terhadap satu pria yang bahkan bisa dibilang menghancurkan masa mudanya dahulu. Ketika ibunya terus mendesak agar cepat menikah, tetap saja Otoko bersikeras untuk melajang. Seperti dalam kutipan berikut:
Kutipan 1:
Padalah Otoko punya
banyak kesempatan untuk menikah sejak kedatangannya ke Kyoto bersama ibunya.
Tapi ia menghindarinya. Ketika ia menyadari adanya seorang pria yang jatuh
cinta padanya, kenangan-kenangan tentang Oki hidup kembali. Lebih dari ingatan
semata, kenangan-kenangan itu menjadi realitasnya. Saat berpisah dengan Oki, ia
berpikir bahwa ia tidak akan pernah menikah. … (halaman 151)
Kutipan 2:
“Karena aku tidak bodoh
sepertimu, selama dua puluh tahun mencintai seseorang yang menghancurkan
kehidupanmu!” (Keiko)
Otoko terdiam.
“Walaupun Oki telah
menyianyiakanmu, kamu tak mau mengakuinya”
“Kumohon jangan
membicarakan hal itu” (Otoko)
(halaman
145)
Sangat terlihat sekali bahwa Otoko begitu
melindungi imej Oki dan menutupi rasa sakit hati dan kecewa terhadap Oki. Itu
semua karena cinta Otoko yang besar terhadap Oki.
Oki digambarkan sebagai pria tua yang
“nakal”. Bagaimana tidak, Oki merupakan pria beristri namun menjalin hubungan asmara
dengan Otoko. Bahkan ketika Keiko menyerahkan tubuhnya kepada Oki, ia sama sekali
tidak menolak. Padahal usianya saat itu sudah lima puluh tahunan. Seperti dalam
kutipan berikut:
Kutipan 1:
Lama setelah berpisah
dari Oki, ia (Otoko) terguncang membaca Gadis
Usia Enam Belas yang menuturkan saat pria itu (Oki) bertemu dengannya, pria
itu berusaha mendapatkan cara untuk menidurinya dan bahwa biasanya ia
melakukannya tepat seperti apa yang direncanakannya. Otoko merasa terkejut
bahwa hati seorang pria akan “berdebar bahagia saat berjalan sambil memikirkan
hal itu”. … (halaman 154)
Kutipan 2:
“Aku menyukaimu apa
adanya. Gigimu yang berbaris rapi dan alis matamu yang indah.” Dia (Oki)
mengecupkan bibirnya pada pipi Keiko. Gadis itu meringis ketika kursinya
terjungkir dan dia jatuh karenanya. Kini bibir Oki menempel pada bibirnya
Sebuah
ciuman yang panjang. (halaman 113)
Fumiko, istri dari Oki, yang marah
besar atas perselingkuhan suaminya hanya mampu memendam rasa kecewa dan lebih
banyak bungkam karena secara tidak langsung kehidupannnya yang mapan saat ini ditopang
oleh kejadian perselingkuhan tersebut. Setelah perselingkuahan itu, Oki
menerbitkan sebuah novel berdasarkan kisahnya dengan Otoko dan dari royaliti
novel itulah keluarga Oki hidup, bahkan kuliah anaknya tertuntaskan dari hasil
novel tersebut.
Akhir cerita dari novel ini sungguh
mengantung. Seolah pembaca diminta untuk berimajinasi sendiri apa yang terjadi
pada akhir cerita tersebut dan itu semakin membuat pembaca penasaran. Pembaca
menjadi memiliki berbagai cerita alternatif untuk akhir kisah novel ini. Dijamin
bikin penasaran!!
Kesulitan yang didapat saat membaca
novel ini adalah di awal cerita bercerita detail mengenai suatu keadaan yang
menurut Epik cukup sulit dipahami. Seperti dalam kutipan berikut:
Lima kursi putar ditata
sepanjang sisi gerbong kereta api ekspres Kyoto. Oki Toshio memperhatikan bahwa
kursi kelima berputar perlahan karena laju kereta. Dia tidak bisa mengalihkan
pandangannya. Kursi rendah di gerbongnya tak berputar (halaman 1)
Jujur saja ya KIKOSer cukup sulit lho
mengimajinasikan adanya kursi putar di dalam gerbong kereta. Umumnya kan kursi
yang ada di kereta adalah kursi atau bangku panjang yang terpancang di lantai
gerbong kereta.
Yang lebih menarik dari novel ini adalah
penulis sering menggunakan kata-kata yang cukup vulgar dalam mengisi sebagian
besar cerita. Mungkin karena temanya adalah perselingkuhan dan secara ngga
langsung penulis harus membawa emosi pembaca pada titik emosi yang ia harapkan
untuk memperkuat setiap karakter yang dibuat. Kalau pembaca bisa sampai sebal
atau terpesona terhadap suatu tokoh, berarti si pembuat cerita telah mampu
membangkitkan karakter tokoh dengan sangat baik. Tapi bagi KIKOSer yang ngga
kuat iman pasti udah mikir kemana-mana. Huahahaa…
Kelamahan dari novel ini adalah ada
banyak kata sulit yang jarang didengar. Selain itu terdapat cukup banyak
kesalahan cetak seperti kata “air mata” yang digabung (padahal harusnya
dipisah), kata “pebukitan” yang seharusnya adalah “perbukitan”, kata “kotatsu” (meja berpenghangat) yang
diketik “kokatsu”. Lalu kata “aristokrat” yang ditulis “arsitokrat”.Mengingat ini adalah cetakan ke-3, seharusnya revisi itu sudah dilakukan.
Yak sekian review’an Epik mengenai
novel “Keindahan dan Kesedihan”-nya Yasunari Kawabata… Semoga KIKOSer juga sempet
baca novel ini… Amin
Pesan:
Diambil dari tugas review novel sastra
Mata Kuliah Pengantar Sastra, dengan beberapa revisi agar cocok dimasukan blog
Nih Epik kasih beberapa versi gambar dari cover Beauty and Sadness:
Yang banyak dong kakak reviewnya. Lima sekalian biar bisa aku pake buattugas Pengantar kajian sastra. :p
BalasHapusHahaha...
BalasHapusEpik juga ngga baca sebanyak itu kok :D
-Epik-