Senin, 12 November 2012

Beauty and Sadness "Cinta, Penghianatan, dan Balas Dendam"


Halo… halo KIKOSer… Kangen Epik ngga? hahaha…
Kali ini Epik pingin mereview sebuah buku Sastra yang ngga terlalu berat karangan seorang sastrawan Jepang yang terkenal dengan novel-novel bagus yang pernah ia buat. Yak langsung aja yah…
Judul
Keindahan dan Kesedihan/ Beauty and Sadness/ Utsukushisa To Kanashimi To
Penulis
Yasunari Kawabata
Genre
Novel Sastra
Penerbit
Jalasutra
Jumlah Halaman
253
Tahun Terbit
2006 (Cetakan ke-3)









Yasunari Kawabata
Novel berjudul “Keindahan Dan Kesedihan” (Beauty and Sadness) karangan Yasunari Kawabata bercerita tentang Oki, seorang novelis, yang pernah memiliki hubungan gelap dengan Otoko lebih dari dua puluh tahun silam. Saat itu Otoko masih berusia enam belas tahun, sedangkan usia Oki telah memasuki kepala tiga serta masih menjadi suami resmi dari Fumiko. Meski cinta terlarang yang Oki dan Otoko rajut begitu manis namun tak semanis jalan yang harus mereka lalui. Sejak Otoko kehilangan bayi prematurnya di usianya yang masih tujuh belas tahun, Ibunya tidak bisa berharap lebih dari Oki yang merupakan seorang suami wanita lain. Ibu dari Otoko pun membawa Otoko pindah ke Kyoto untuk menjauhkan anaknya dari penderitaan lebih dalam lagi dari Oki.


Walaupun dua puluh tahun telah berlalu rasa cinta Otoko terhadap Oki sama sekali tidak berubah. Bahkan tidak ada rasa benci maupun sakit hati terhadap Oki. Di usianya yang sudah hampir empat puluh tahun, ia tetap memilih untuk melajang dan menjalani kehidupan yang tenang di Kyoto sebagai seorang pelukis. Namun murid melukisnya, Keiko merasa harus membalas dendam atas penderitaan guru sekaligus orang yang dicintainya (sepertinya Otoko dan Keiko memiliki hubungan cinta). Kemudian Cara Keiko membalas dendam sungguh unik. Ia mengumpankan tubuhnya pada Oki dan anak lelaki Oki, Taichiro, untuk mempermainkan perasaan kedua pria itu. 

Setiap tokoh digambarkan secara detil. Seperti Otoko yang merupakan seorang wanita yang setia terhadap satu pria yang bahkan bisa dibilang menghancurkan masa mudanya dahulu. Ketika ibunya terus mendesak agar cepat menikah, tetap saja Otoko bersikeras untuk melajang. Seperti dalam kutipan berikut:
Kutipan 1:
Padalah Otoko punya banyak kesempatan untuk menikah sejak kedatangannya ke Kyoto bersama ibunya. Tapi ia menghindarinya. Ketika ia menyadari adanya seorang pria yang jatuh cinta padanya, kenangan-kenangan tentang Oki hidup kembali. Lebih dari ingatan semata, kenangan-kenangan itu menjadi realitasnya. Saat berpisah dengan Oki, ia berpikir bahwa ia tidak akan pernah menikah. … (halaman 151)

Kutipan 2:
“Karena aku tidak bodoh sepertimu, selama dua puluh tahun mencintai seseorang yang menghancurkan kehidupanmu!” (Keiko)
Otoko terdiam.
“Walaupun Oki telah menyianyiakanmu, kamu tak mau mengakuinya”
“Kumohon jangan membicarakan hal itu” (Otoko)
          (halaman 145)

Sangat terlihat sekali bahwa Otoko begitu melindungi imej Oki dan menutupi rasa sakit hati dan kecewa terhadap Oki. Itu semua karena cinta Otoko yang besar terhadap Oki.

Oki digambarkan sebagai pria tua yang “nakal”. Bagaimana tidak, Oki merupakan pria beristri namun menjalin hubungan asmara dengan Otoko. Bahkan ketika Keiko menyerahkan tubuhnya kepada Oki, ia sama sekali tidak menolak. Padahal usianya saat itu sudah lima puluh tahunan. Seperti dalam kutipan berikut:
Kutipan 1:
Lama setelah berpisah dari Oki, ia (Otoko) terguncang membaca Gadis Usia Enam Belas yang menuturkan saat pria itu (Oki) bertemu dengannya, pria itu berusaha mendapatkan cara untuk menidurinya dan bahwa biasanya ia melakukannya tepat seperti apa yang direncanakannya. Otoko merasa terkejut bahwa hati seorang pria akan “berdebar bahagia saat berjalan sambil memikirkan hal itu”. … (halaman 154)

Kutipan 2:
“Aku menyukaimu apa adanya. Gigimu yang berbaris rapi dan alis matamu yang indah.” Dia (Oki) mengecupkan bibirnya pada pipi Keiko. Gadis itu meringis ketika kursinya terjungkir dan dia jatuh karenanya. Kini bibir Oki menempel pada bibirnya
                   Sebuah ciuman yang panjang. (halaman 113)

Fumiko, istri dari Oki, yang marah besar atas perselingkuhan suaminya hanya mampu memendam rasa kecewa dan lebih banyak bungkam karena secara tidak langsung kehidupannnya yang mapan saat ini ditopang oleh kejadian perselingkuhan tersebut. Setelah perselingkuahan itu, Oki menerbitkan sebuah novel berdasarkan kisahnya dengan Otoko dan dari royaliti novel itulah keluarga Oki hidup, bahkan kuliah anaknya tertuntaskan dari hasil novel tersebut.

Akhir cerita dari novel ini sungguh mengantung. Seolah pembaca diminta untuk berimajinasi sendiri apa yang terjadi pada akhir cerita tersebut dan itu semakin membuat pembaca penasaran. Pembaca menjadi memiliki berbagai cerita alternatif untuk akhir kisah novel ini. Dijamin bikin penasaran!!

Kesulitan yang didapat saat membaca novel ini adalah di awal cerita bercerita detail mengenai suatu keadaan yang menurut Epik cukup sulit dipahami. Seperti dalam kutipan berikut:

Lima kursi putar ditata sepanjang sisi gerbong kereta api ekspres Kyoto. Oki Toshio memperhatikan bahwa kursi kelima berputar perlahan karena laju kereta. Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya. Kursi rendah di gerbongnya tak berputar (halaman 1)

Jujur saja ya KIKOSer cukup sulit lho mengimajinasikan adanya kursi putar di dalam gerbong kereta. Umumnya kan kursi yang ada di kereta adalah kursi atau bangku panjang yang terpancang di lantai gerbong kereta.

Yang lebih menarik dari novel ini adalah penulis sering menggunakan kata-kata yang cukup vulgar dalam mengisi sebagian besar cerita. Mungkin karena temanya adalah perselingkuhan dan secara ngga langsung penulis harus membawa emosi pembaca pada titik emosi yang ia harapkan untuk memperkuat setiap karakter yang dibuat. Kalau pembaca bisa sampai sebal atau terpesona terhadap suatu tokoh, berarti si pembuat cerita telah mampu membangkitkan karakter tokoh dengan sangat baik. Tapi bagi KIKOSer yang ngga kuat iman pasti udah mikir kemana-mana. Huahahaa…

Kelamahan dari novel ini adalah ada banyak kata sulit yang jarang didengar. Selain itu terdapat cukup banyak kesalahan cetak seperti kata “air mata” yang digabung (padahal harusnya dipisah), kata “pebukitan” yang seharusnya adalah “perbukitan”, kata “kotatsu” (meja berpenghangat) yang diketik “kokatsu”. Lalu kata “aristokrat” yang ditulis “arsitokrat”.Mengingat ini adalah cetakan ke-3, seharusnya revisi itu sudah dilakukan.

Yak sekian review’an Epik mengenai novel “Keindahan dan Kesedihan”-nya Yasunari Kawabata… Semoga KIKOSer juga sempet baca novel ini… Amin

Pesan:
Diambil dari tugas review novel sastra Mata Kuliah Pengantar Sastra, dengan beberapa revisi agar cocok dimasukan blog

Nih Epik kasih beberapa versi gambar dari cover Beauty and Sadness:






2 komentar:

  1. Yang banyak dong kakak reviewnya. Lima sekalian biar bisa aku pake buattugas Pengantar kajian sastra. :p

    BalasHapus
  2. Hahaha...
    Epik juga ngga baca sebanyak itu kok :D

    -Epik-

    BalasHapus