Selamat malam KIKOSer… :D
Ah… akhirnya selesai juga mbaca nih buku… Hah lega… Soalnya novel ini bener-bener novel yang panjangggg… Sebenernya sih bagus tapi… ah mending KIKOSer baca review’annya dulu ya~
Ah… akhirnya selesai juga mbaca nih buku… Hah lega… Soalnya novel ini bener-bener novel yang panjangggg… Sebenernya sih bagus tapi… ah mending KIKOSer baca review’annya dulu ya~
Judul
|
Centhini:
40 Malam Mengintip Sang Pengantin
|
Penulis
|
Sunardian
Wirodono
|
Genre
|
Novel
|
Penerbit
|
Diva
Press
|
Jumlah
Halaman
|
510
|
Tahun
Terbit
|
Maret
2012 (cetakan ke-6)
|
Centhini
adalah seorang centhi alias batur alias pembantu sebuah keluarga
yang dikepalai oleh Ki Bayi. Centhini hanyalah gadis lugu biasa yang masih
muda. Ia dikhususkan Ki bayi untuk mengurusi anak gadis semata wayangnya yang
bernama Tambangraras. Sedari kecil dimana ada Tambangraras disitu pula pasti
ada Centhini. Mereka berdua seperti saudara kembar tetapi beda nasib.
Suatu
hari ada seorang pria dengan kedua pembantunya yang muncul di desanya. Pria
tersebut mangaku bernama Syekh Amongraga yang sedang singgah di desa tersebut.
Setelah diketahui bahwa Syekh Amongraga ini adalah pria saleh yang berpengetahuan
luas apalagi ternyata Syekh Amongraga yang awalnya bernama Jayengresmi ini
adalah keturunan kandung Sunan Giri yang terkenal itu, Ki Bayi pun menginginkan
Syekh Amongraga untuk menikahi putrinya, Tambangraras, yang kebetulan belum
menikah. Maka dinikahkanlah mereka dalam pesta mewah-mewahan (padahal Shekh
Amongraga menginginkan pernikahan yang sederhana saja).
Sebenarnya
Syekh Amongraga ini sedang dalam pelarian. Sebelum sampai di tengah keluarga Ki
Bayi, Syekh Amongraga tinggal bersama Sunan Giri, Jayengsari (adik lelaki Syekh
Amongraga) dan Rancangkapti (adik perempuan Syekh Amongraga). Namun akibat
serangan Pangeran Pekik dan istrinya dibawah perintah Sultan Agung
Anyakrakusuma yang menginginkan wilayah Sunan Giri tunduk membuat Syehk Amongraga
terpaksa pergi dari tempat tinggalnya dan pergi melarikan diri dengan Jayengsari
dan Rancangkapti. Sayangnya Syekh Amongraga terpisah dengan adik-adiknya saat
berkelana sehingga akhirnya dia singgah
Centhini
yang sedari kecil menjadi bathur
Tambangraras tentu saja tetap pada pekerjaannya dulu. Maka dari itu Nyi
Malarsih (istri Ki Bayi) meminta Centhini untuk menguping malam pertama Syekh
Amongraga dan Tambangraras lalu kemudian segera melaporkan kepada Nyi Malarsih
jika kedua-nya sudah saresmi (berhubungan
suami istri). Centhini yang masih gadis tentu saja merasa aneh dengan tugasnya
ini. Ia menganggap sepenting itukah malam pertama?. Malam pertama Syekh
Amongraga dan Tambangraras tidak dihabiskan untuk memadukasih melainkan Syekh
Amongraga memberi petuah-petuah mengenai agama dan kehidupan kepada
Tambangraras. Centhini diam-diam juga mendengarkan percakapan mereka berdua
dari balik kamar pengantin sambil menahan udara dingin.
Tugas
yang dibebankan pada Centhini ternyata sudah menyebar kemana-mana, bahkan sudah
sampai ke teligga para penggosip di dapur. Maka hebohlah mereka mencari-cari
Centhini untuk mengetahui apa yang terjadi pada malam pertama dua orang penting
tersebut. Namun, Centhini hanya bisa menjawab bahwa semalam tidak terjadi apa
pun. Para penggosip pun berbisik kecewa, begitu juga Nyi Malarsih ketika
mengetahui bahwa anak gadisnya masih belum saresmi.
Jadi
Apakah Centhini mampu menjalankan misinya dengan baik? Baca ya~
Sebenernya
mungkin yang menarik dari novel ini adalah sub-judulnya yang menggoda dan
menggelitik calon pembaca yaitu “40 Malam Mengintip Pengantin”. Hm… siapa yang
ngga penasaran dengan sub-judul macam itu dan Epik rasa si penulis emang
berhasil persuasif ke calon pembaca sehingga menjadi berminat membaca.
Sejujurnya
novel ini tidaklah buruk atau sulit dipahami, tapi menurut Epik novel ini
tergolong membosankan. Alurnya yang berulang yaitu pesta pernikahan Syekh
Amongraga dan Tambangraras yang berlangsung berhari-hari jujur sangat
membosankan. Bayangkan 13 bab terus-terusan pembaca disuguhi pesta yang bertema
hampir sama (ya gitu-gitu aja pesta-nya). Untung aja novel ini punya sosok
Centhini si gadis lugu yang bisa bertindak jadi penyelamat di tengah kebosanan.
Epik
cukup suka dengan sosok Centhini yang mencuri perhatian. Celoteh sok tahu dan
nakalnya bocah ini bikin ketawa, sayangnya entah kenapa kadang Epik juga sebel
dengan si Centhini kadang dia terlihat bodoh (atau pura-pura bodoh?) dan jadi si
penggerutu yang egois. Ditambah lagi sikapnya yang rendah diri pingin Epik jitak
rasanya. Dikit-dikit merendah dengan mengatakan “aku ini lho cuma pembantu”
atau “aku ini anak seorang centhi dan
aku memang ditakdirkan sebagai batur”.
Menurut Epik itu super annoying
banget… Rasanya pingin ngomong langsung ke Centhini biar dia ngga rendah diri
lagi dan mensyukuri apa yang ada.
Kelebihan
novel ini adalah bahasa yang mudah dicerna anak-anak muda. Kadang juga diselipi
celetukan-celetukan kocak dari Centhini. Penulisnya mampu menggambarkan
beberapa bab Serat Centhini karya sastra Jawa jaman dulu yang rumit menjadi
novel yang mudah dipahami. Hal yang bikin Epik bingung adalah bukankah Centhini
pernah berkata bahwa ia belum pernah sama sekali meninggalkan desanya dan dia
mengaku sebagai orang bodoh yang kurang perngetahuan tapi dibeberapa part si
Centhini ini bisa mengucapkan (dan nampaknya mengerti artinya) beberapa kata
berbahasa Inggris seperti kata “playboy” dan “stop”. Ckckck berarti aslinya si
Centhini ini cerdas… iya kan?
Overall not bad lah~ apalagi bagi orang-orang pencinta novel-novel kejawen lumayan lah untuk memberi wawasan mengenai Cethini. Jadi daripada cuma ngowoh mending KIKOSer baca sendiri ya~
Overall not bad lah~ apalagi bagi orang-orang pencinta novel-novel kejawen lumayan lah untuk memberi wawasan mengenai Cethini. Jadi daripada cuma ngowoh mending KIKOSer baca sendiri ya~
sampul novel Centhini |
For Your Information:
1.
Ternyata novel ini adalah bagian satu dari novel
trilogy Centhini versi Sunardian Wirodono.
2. Serat Centhini versi asli sendiri merupakan ensiklopedi Jawa (maksudnya all about kebudayaan Jawa ada disitu) dan punya banyak versi novel.
Hahaha beneran dipost><, aq inget tiap baca novel ini km mesti ngeluh soalnya pengantinnya nggak ngapa-ngapain.Ahahah
BalasHapushahaha gimana ya~
Hapuslha sub-judulnya bener2 menggelitik~ hehehe
-Epik-