Rabu, 12 Juni 2013

Centhini: 40 Malam Mengintip Pengantin “Jangan ngeres dulu!”

Selamat malam KIKOSer… :D
Ah… akhirnya selesai juga mbaca nih buku… Hah lega… Soalnya novel ini bener-bener novel yang panjangggg… Sebenernya sih bagus tapi… ah mending KIKOSer baca review’annya dulu ya~


Judul
Centhini: 40 Malam Mengintip Sang Pengantin
Penulis
Sunardian Wirodono
Genre
Novel
Penerbit
Diva Press
Jumlah Halaman
510
Tahun Terbit
Maret 2012 (cetakan ke-6)

 
Sunardian Wirodono
Centhini adalah seorang centhi alias batur alias pembantu sebuah keluarga yang dikepalai oleh Ki Bayi. Centhini hanyalah gadis lugu biasa yang masih muda. Ia dikhususkan Ki bayi untuk mengurusi anak gadis semata wayangnya yang bernama Tambangraras. Sedari kecil dimana ada Tambangraras disitu pula pasti ada Centhini. Mereka berdua seperti saudara kembar tetapi beda nasib.

Suatu hari ada seorang pria dengan kedua pembantunya yang muncul di desanya. Pria tersebut mangaku bernama Syekh Amongraga yang sedang singgah di desa tersebut. Setelah diketahui bahwa Syekh Amongraga ini adalah pria saleh yang berpengetahuan luas apalagi ternyata Syekh Amongraga yang awalnya bernama Jayengresmi ini adalah keturunan kandung Sunan Giri yang terkenal itu, Ki Bayi pun menginginkan Syekh Amongraga untuk menikahi putrinya, Tambangraras, yang kebetulan belum menikah. Maka dinikahkanlah mereka dalam pesta mewah-mewahan (padahal Shekh Amongraga menginginkan pernikahan yang sederhana saja).

Sebenarnya Syekh Amongraga ini sedang dalam pelarian. Sebelum sampai di tengah keluarga Ki Bayi, Syekh Amongraga tinggal bersama Sunan Giri, Jayengsari (adik lelaki Syekh Amongraga) dan Rancangkapti (adik perempuan Syekh Amongraga). Namun akibat serangan Pangeran Pekik dan istrinya dibawah perintah Sultan Agung Anyakrakusuma yang menginginkan wilayah Sunan Giri tunduk membuat Syehk Amongraga terpaksa pergi dari tempat tinggalnya dan pergi melarikan diri dengan Jayengsari dan Rancangkapti. Sayangnya Syekh Amongraga terpisah dengan adik-adiknya saat berkelana sehingga akhirnya dia singgah

Centhini yang sedari kecil menjadi bathur Tambangraras tentu saja tetap pada pekerjaannya dulu. Maka dari itu Nyi Malarsih (istri Ki Bayi) meminta Centhini untuk menguping malam pertama Syekh Amongraga dan Tambangraras lalu kemudian segera melaporkan kepada Nyi Malarsih jika kedua-nya sudah saresmi (berhubungan suami istri). Centhini yang masih gadis tentu saja merasa aneh dengan tugasnya ini. Ia menganggap sepenting itukah malam pertama?. Malam pertama Syekh Amongraga dan Tambangraras tidak dihabiskan untuk memadukasih melainkan Syekh Amongraga memberi petuah-petuah mengenai agama dan kehidupan kepada Tambangraras. Centhini diam-diam juga mendengarkan percakapan mereka berdua dari balik kamar pengantin sambil menahan udara dingin.

Tugas yang dibebankan pada Centhini ternyata sudah menyebar kemana-mana, bahkan sudah sampai ke teligga para penggosip di dapur. Maka hebohlah mereka mencari-cari Centhini untuk mengetahui apa yang terjadi pada malam pertama dua orang penting tersebut. Namun, Centhini hanya bisa menjawab bahwa semalam tidak terjadi apa pun. Para penggosip pun berbisik kecewa, begitu juga Nyi Malarsih ketika mengetahui bahwa anak gadisnya masih belum saresmi.

Jadi Apakah Centhini mampu menjalankan misinya dengan baik? Baca ya~

Sebenernya mungkin yang menarik dari novel ini adalah sub-judulnya yang menggoda dan menggelitik calon pembaca yaitu “40 Malam Mengintip Pengantin”. Hm… siapa yang ngga penasaran dengan sub-judul macam itu dan Epik rasa si penulis emang berhasil persuasif ke calon pembaca sehingga menjadi berminat membaca.

Sejujurnya novel ini tidaklah buruk atau sulit dipahami, tapi menurut Epik novel ini tergolong membosankan. Alurnya yang berulang yaitu pesta pernikahan Syekh Amongraga dan Tambangraras yang berlangsung berhari-hari jujur sangat membosankan. Bayangkan 13 bab terus-terusan pembaca disuguhi pesta yang bertema hampir sama (ya gitu-gitu aja pesta-nya). Untung aja novel ini punya sosok Centhini si gadis lugu yang bisa bertindak jadi penyelamat di tengah kebosanan.

Epik cukup suka dengan sosok Centhini yang mencuri perhatian. Celoteh sok tahu dan nakalnya bocah ini bikin ketawa, sayangnya entah kenapa kadang Epik juga sebel dengan si Centhini kadang dia terlihat bodoh (atau pura-pura bodoh?) dan jadi si penggerutu yang egois. Ditambah lagi sikapnya yang rendah diri pingin Epik jitak rasanya. Dikit-dikit merendah dengan mengatakan “aku ini lho cuma pembantu” atau “aku ini anak seorang centhi dan aku memang ditakdirkan sebagai batur”. Menurut Epik itu super annoying banget… Rasanya pingin ngomong langsung ke Centhini biar dia ngga rendah diri lagi dan mensyukuri apa yang ada.

Kelebihan novel ini adalah bahasa yang mudah dicerna anak-anak muda. Kadang juga diselipi celetukan-celetukan kocak dari Centhini. Penulisnya mampu menggambarkan beberapa bab Serat Centhini karya sastra Jawa jaman dulu yang rumit menjadi novel yang mudah dipahami. Hal yang bikin Epik bingung adalah bukankah Centhini pernah berkata bahwa ia belum pernah sama sekali meninggalkan desanya dan dia mengaku sebagai orang bodoh yang kurang perngetahuan tapi dibeberapa part si Centhini ini bisa mengucapkan (dan nampaknya mengerti artinya) beberapa kata berbahasa Inggris seperti kata “playboy” dan “stop”. Ckckck berarti aslinya si Centhini ini cerdas… iya kan?

Overall not bad lah~ apalagi bagi orang-orang pencinta novel-novel kejawen lumayan lah untuk memberi wawasan mengenai Cethini. Jadi daripada cuma ngowoh mending KIKOSer baca sendiri ya~

sampul novel Centhini
 
For Your Information:
1.    Ternyata novel ini adalah bagian satu dari novel trilogy Centhini versi Sunardian Wirodono.
2. Serat Centhini versi asli sendiri merupakan ensiklopedi Jawa (maksudnya all about kebudayaan Jawa ada disitu) dan punya banyak versi novel. 


2 komentar:

  1. Hahaha beneran dipost><, aq inget tiap baca novel ini km mesti ngeluh soalnya pengantinnya nggak ngapa-ngapain.Ahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha gimana ya~
      lha sub-judulnya bener2 menggelitik~ hehehe

      -Epik-

      Hapus