Selamat
siang KIKOSer! Konnichiwa...
Long time no see
yaa... *alay mode on*. BTW, Epik udah selesai baca buku karangan salah satu penulis favorit Epik nih yaitu Jonathan Stroud.
Setelah baca 3 buku Bartimaeus Trilogy dan Lockwood and Co.: Screaming
Staircase hasil pinjaman adik kelas Epik yang baik hati bernama Anne, akhirnya
ada kesempatan juga baca buku yang ini. Alhamdulillah beberapa buku Jonathan
Stroud yg lain seperti The Leap dan The Last Siege sudah terbeli, bahkan buku
Epilog dari Bartimaeus Trilogy yakni Ring of Solomon yang sudah diidam-idamkan
juga sudah di tangan *thanks to Susi-chan yang menjual koleksinya*. Tapi emang
masih belum sempat baca. Maklum list
baca'an masih mengular. Tenang, nanti kalau sudah Epik baca bakal Epik review kok buat KIKOSer. Untuk sekarang
KIKOSer baca review'an novel Heroes
of the Valley dulu yaa
Judul
|
Sang
Pahlawan/ Heroes of the Valley
|
Penulis
|
Jonathan
Stroud
|
Genre
|
Novel
Fantasy
|
Penerbit
|
Gramedia
|
Jumlah
Halaman
|
484
|
Tahun
Terbit
|
April
2011 (cetakan pertama)
|
Jonathan Stroud |
Dahulu,
seluruh penduduk Lembah besar tak dapat hidup dengan tenang. Itu semua karena
serbuan monster Trow yang senang memakan ternak, bahkan di saat-saat tertentu
mereka haus akan daging manusia. Ketika petang menjelang, Trow - Trow bercakar
besar, berwajah mengerikan, dan bergigi setajam jarum ini menarik kaki-kaki
korbannya dari bawah tanah untuk langsung dikunyah hidup-hidup. Jengah dengan
semua itu, 12 pemimpin klan pun memutuskan menyisihkan perselisihan guna
bersatu membasmi para Trow. Mereka bertarung hingga titik darah penghabisan.
Ketika fajar menyingsing, penduduk dari masing-masing klan menyaksikan
pemandangan yang memilukan yakni 12 jasad para pahlawan yang tergeletak di
puncak bukit dengan membawa kemenangan. Namun hanya 1 pahlawan yang paling
pemberani dan paling kuat diantara para pahlawan, ia bernama Svein.
Kisah-kisah
tersebut adalah kisah lama sang penegak hukum, Svein, yang berjuang untuk
melawan Trow. Kini kehidupan di negeri ini telah aman dan tentram. Trow tak
lagi berani memasuki wilayah klan untuk mencari mangsa. Perdamaian antara klan
pun terus dipelihara meski cerita-cerita buatan untuk saling menjatuhkan masih
sering dihembuskan. Paling tidak kini mereka dapat hidup tenang tanpa takut
Trow tiba-tiba menarik kaki mereka ke dalam tanah.
Halli
Sveinsson tumbuh dengan cerita-cerita heroik para leluhurnya dan berharap suatu
hari nanti ia dapat menjadi pahlawan seperti Svein. Namun keinginannya ini
dianggap konyol oleh ibunya yang membenci penyelesaian masalah dengan cara-cara
lama. Ibunya juga membenci Brodir, adik iparnya, yang 'meracuni' pikiran Halli
dengan kisah-kisah heroik.
Halli
sendiri memang sama sekali tidak memiliki postur seorang pahlawan. Ia adalah
anak laki-laki bertubuh dan berkaki pendek, wajahnya pun tidak tampan, sangat
berbeda dengan kedua kakaknya Leif dan Gudny yang bertubuh jangkung. Namun hal
itu tidak membuat Halli malu apalagi menyurutkan semangatnya. Kadang
semangatnya yang berlebihan menimbulkan tingkah usil kepada seluruh penduduk
klan sehingga Halli sering dianggap biang onar oleh seluruh anggota klan.
Suatu
hari, klan Svein mendapat kehormatan untuk mengadakan perayaan yang mengundang
seluruh klan untuk hadir dan menikmati keramahan klan Svein. Halli yang dihukum
tidak boleh menghadiri perayaan karena tingkah usilnya, memutuskan untuk
berjalan-jalan di kebun apel. Disana ia bertemu Aud, seorang gadis manis yang tomboy keturunan Ulfar Arnesson,
penegak hukum klan Arne. Mereka pun langsung merasa cocok satu sama lain dan
berusaha untuk menyelinap ke perayaan. Di jalan, mereka berpapasan dengan
Ragnar Hakonsson, anak penegak hukum klan Hakon berserta gerombolannya. Sikap
Ragnar yang sombong dan merendahkan Halli karena menyangkanya sebagai pelayan membuat
sikap usil Halli muncul. Halli meracuni minuman Ragnar sehingga Ragnar beserta
gerombolannya sakit perut parah.
Sakit
misterius anak-anak klan Hakon tersebut membuat ayah Halli menjamu penegak
hukum klan Hakon, yaitu Hord Hakonsson, beserta adik dan anak laki-lakinya,
Olaf dan Ragnar sebagai bagian dari rasa tanggung jawab penyelenggara perayaan.
Dalam jamuan makan tersebut ikut pula Ulfar Arnesson dan Aud sebagai penengah
dari klan Arne. Brodir yang benci klan Hakon juga turut hadir dengan wajah merah
karena mabuk dan sikap yang kurang ajar karena muak dengan bualan-bualan Hord.
Sebagian besar percakapan disela-sela sajian lezat hanya berupa ucapan-ucapan
sombong Hord dan Olaf yang ditanggapi ayah Halli dengan senyum kecut. Sikap
kakaknya tersebut semakin membuat darah Brodir mendidih dan membalas sikap
sombong klan Hakon dengan cemoohan.
Esoknya
Hord, Olaf, dan Ragnar hendak meninggalkan kediaman klan Svein secara diam-diam
namun dihadang Brodir saat mereka masih berada di kandang kuda. Mereka terlibat
cekcok panas dan berakhir dengan ditusuknya Brodir hingga tewas. Halli yang
sedari tadi mengintip pun juga jadi sasaran pemukulan saat berusaha menolong
Brodir. Kematian Brodir membuat Halli merasa bersalah dan dendam terhadap Olaf
yang membunuh paman kesayangannya. Kemarahan Halli semakin menjadi saat
mengetahui Olaf tak akan dihukum gantung melainkan hanya didenda untuk
memberikan sebagian tanah klan Hakon untuk klan Svein. Halli pun membulatkan
tekat untuk berangkat menuju kediaman klan Hakon untuk mengembalikan harga diri
klan Svein dengan caranya sendiri. Mampukah Halli membalaskan kematian Brodir?.
Baca yaaa~
Oke,
kesan pertama kali membaca novel ini adalah less
excited karena Epik tetap merasa Bartimaeus Trilogy adalah master piece-nya Jonathan Stroud dan
sejauh ini karyanya belum ada yang bisa menandingi Bartimaeus Trilogy. Tapi
begitu terus membaca ternyata novel ini not
that bad lah meski ngga ada yang spesial juga sih (except the ending, karena cukup nge-twist). Kalau dibandingkan dengan Lockwood and Co.: Screaming
Staircase, Epik lebih suka Lockwood karena ceritanya lebih menegangkan.
Sebaliknya dari segi pemilihan bahasa Epik lebih suka Heroes of The Valley
daripada Lockwood, karena bahasa Heroes of the Valley lebih mudah dipahami.
Dari
segi penokohan, Halli si tokoh utama Heroes of the Valley ini menurut Epik
adalah tokoh utama yang justru ceroboh dan menyebalkan. Halli lebih condong ke
arah anak sok tahu yang terobesisi untuk jadi pahlawan serta bermulut besar.
Kadang jadi jengkel sendiri dengan kebodohan demi kebodohan yang Halli buat.
Contohnya ketika baru mulai mengadakan perjalanan balas dendam, Halli sudah
dengan gampang menceritakan rencananya kepada seorang petani yang baru ia
kenal. Belum lagi senjata satu-satunya yang ia bawa ia berikan begitu saja ke
petani tersebut. Betapa ceroboh sikap Halli, gimana mau balas dendam kalau dia
sendiri kurang latihan dan kurang persiapan. Apalagi mengingat lawannya adalah
pria kuat serta berpengalaman yang mampu membunuh Brodir.
Pada
akhirnya Halli berubah 180 derajat jadi pahlawan yang kreatif dan penuh
perhitungan. Halli nantinya mampu mempertahankan klan dengan cara cerdas dan
berani. Jonathan Stroud pintar meramu proses menjadikan Halli from zero to hero. Jadi ngga terasa aneh
pada 'pendewasaan' Halli karena didahului proses yang masuk akal. Jonathan
Stroud bahkan tidak menghilangkan ciri khas Halli yaitu anak yang menyebalkan.
Disisi
lain ada Aud, si putri semata wayang Ulfar Arnesson yang super tomboy. Pada
sinopsis buku Aud digambarkan sebagai gadis ceroboh dan keras kepala yang
menurut Epik ngga sepenuhnya benar. Memang Aud adalah gadis keras kepala tapi
ia tidak ceroboh, justru si tokoh utama yang ceroboh. Aud malah lebih kuat dan
lebih logis dari Halli. Ia sama sekali tidak percaya dengan kisah-kisah
kepahlawanan masa lalu yang menurutnya terlalu dibuat-buat serta selalu berubah
tergantung dari klan mana yang sedang bercerita. Sikap selengekan Aud kadang
jadi lucu terutama kalau ia sudah mengucapkan kata-kata sarkasme, mengingatkan
Epik akan tokoh Kitty di Bartimaeus Trilogy yang Aud bangetlah.
BTW,
Epik sempat mengira akan ada bumbu kisah cinta-cintaan di novel ini terutama
antara Halli dan Aud, ternyata ngga ada sama sekali. Halli memang sempat
terpesona gitu dengan Aud. Juga sempat agak cemburu saat ibunya memintanya
mundur demi Leif, sang kakak, yang didorong untuk PDKT dengan Aud. Namun hanya sebatas itu aja, tidak ada tindakan
nyata Halli mengungkapkan perasaannya kepada Aud. Aud sendiri malah seakan sama
sekali tidak terbesit apa yang namanya cinta, asli jiwanya bebas dan tomboy
abis.
Meski
di awal Epik bilang novel ini ngga ada yang istimewa, anehnya Epik ngga merasa
bosan pas baca Heroes of the Valley. Kisahnya masih menarik untuk diikuti kok.
Menurut Epik bagian akhir novel ini ditutup dengan baik dan seru oleh Jonathan
Stroud, bahkan ia memunculkan plot-twist
yang keren ala Bartimaeus Trilogy gitu. Overall,
novel yang cukup maknyus dan mengenyangkan. KIKOSer penggemar Jonathan Stroud
wajib baca buku ini dan bagi KIKOSer yang suka novel fantasi juga boleh coba
baca ini. Sekian. Tunggu review'an
Epik tentang novel Jonathan Stroud yang lainnya yaa... Bye~
Web
Resmi:
Referensi:
-bookfans.net (sumber photo)
Nih
Epik kasih gambarnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar