Assalamuallaikum...
Halo KIKOSer semua... Epik mau nge-review novel bagus
nih. Sudah pernah baca belom? Novel ini udah pernah difilmkan lo. Nah dari pada
penasaran... Cus baca ya... :)
Judul
|
Perempuan Berkalung Sorban (Edisi Revisi)
|
Penulis
|
Abidah El Khalieqy
|
Genre
|
Novel Islami
|
Penerbit
|
Araska
|
Jumlah
Halaman
|
246
|
Tahun
Terbit
|
Agustus 2012 (cetakan pertama)
|
Abidah El Khalieqy |
Apa
perbedaan perempuan dan laki-laki? Secara fisik tentu sangat berbeda fungsi.
Perempuan bisa hamil, melahirkan, dan menyusui sedang laki-laki tidak, tapi
apakah itu membuat status perempuan lebih rendah dari laki-laki?. Perempuan itu
katanya kerjaan utamanya adalah 3M yaitu Macak,
Manak, Masak (bersolek,
melahirkan, memasak), sedang laki-laki boleh melakukan apapun yang penting
bekerja. Perempuan itu identik dengan di rumah, laki-laki itu di luar rumah
(kerja). Perempuan selalu dianggap 'inferior' sedang laki-laki selalu
'superior'. Apakah semua itu benar?.
Perempuan
harus selalu 'manut' di bawah perintah laki-laki itu salah. Jika si laki-laki
salah mengapa harus 'manut'?. Perempuan itu harus jadi sosok 'pasif' itu kuno.
Mengapa harus pasif jika perempuan bisa aktif secara positif? (bukan agresif
ya). Hal itulah yang coba dibuktikan oleh Annisa.
Annisa
adalah seorang bocah desa dan seorang anak kyai yang memiliki sebuah pesantren
meski tidak besar. Annisa hidup di lingkungan yang menilai perempuan itu selalu
berada di bawah laki-laki. Perempuan itu harus bangun pagi untuk kemudian
mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak seusai sholat subuh, sedang kedua
saudaranya (Wildan dan Rizal) boleh kembali ke kamar untuk belajar padahal
niatnya untuk tidur dan meski kedua orang tua mereka tau toh mereka tidak
ditegur. Perempuan itu dilarang pencilakan
seperti belajar naik kuda, naik pohon, atau sekedar mancing di kali. Nisa (nama
panggilan Annisa) sering menanyakan alasan mengapa ia tidak boleh ini-itu oleh
bapak dan ibunya. Namun jawaban yang ia peroleh tidak pernah memuaskan dirinya.
Karena itu sikap Nisa sedikit lebih bandel dari bocah-bocah perempuan lainnya.
Apa
yang tidak boleh, justru ia lakukan. Seperti belajar menunggang kuda. Ia
belajar menunggang kuda dengan lek (terj: paman) nya dari pihak ibu, Lek Khudhori
namanya. Meski dunia kecil Nisa menekan kebebasannya tapi ada setitik cahaya
yang membuat Nisa kembali cerah yakni cerita-cerita seru dari Lek Khudhori.
Cerita mengenai pejuang perempuan dan kehebatan-kehebatan tokoh perempuan di
seluruh dunia seolah mampu menyihir Nisa untuk tidak berdiam diri dengan
situasi dan kondisi yang ada. Bandelnya bisa dibilang makin menjadi. Ia terus
berlatih kuda sampai-sampai ketahuan bapaknya dan diberi hukuman dengan tidak
boleh keluar rumah selain ke sekolah dan ngaji, apa bila dilanggar Nisa akan
langsung mendapat tiket ke pondokan tanpa menunggu lulus SD (saat itu Nisa
masih SD). Nisa pun terpaksa menuruti perintah bapaknya.
Nisa
memang bandel tapi bisa dibilang tergolong bocah cerdas dan kritis. Ia sering
bertanya bermacam-macam hal kepada ibunya. Jika ia merasa kurang puasa ia pun
bertanya serta mengajak berdebat ustadnya. Terang saja ustadnya geleng-geleng
kepala sambil menahan emosi. Tapi mau bagaimana lagi, Nisa memang begitu
sifatnya.
Nisa
merasa diperlakukan kurang adil hanya karena ia perempuan. Semua orang yang ia
kenal selalu kurang lebih berpendapat demikian, namun tidak sama halnya dengan
Lek Khudhori. Lek Khudhori justru setuju dengan kesetaraan gender. Setuju bahwa
perempuan itu harus bisa berpendidikan tinggi sama seperti laki-laki. Nisa pun
merasa Lek Khudhori adalah bahan bakar semangatnya untuk terus maju
memperjuangkan apa yang menurutnya benar.
Gadis
yang menjelang masa akil balik seperti Nisa pun pada akhirnya merasakan juga
getaran-getaran yang berbeda terhadap leknya. Sikap Lek Khudhori yang lembut,
cerdas, perhatian, ditambah lagi penampilan fisiknya yang tampan dan saleh
membuat Nisa benar-benar jatuh cinta. Sayangnya Lek Khudhori sebentar lagi berangkat
ke Mesir untuk berkuliah disana, itu berarti Nisa akan kehilangan cerita-cerita
ke pahlawanan perempuan yang menghibur sekaligus kehilangan seseorang yang
dicintai. Lek Khudhori berusaha menenangkan Nisya dengan berjanji akan
mengirimi surat dari Kairo sana. Nisa sedikit lebih lega mendengar janji Lek Khudhori.
Nisa tetap menyimpan rasa untuk Lek Khudhori dalam hatinya...
Beberapa
tahun kemudian Nisa justru dinikahkan dengan pria tidak dikenal yang jauh lebih
tua darinya. Pria itu bernama Samsudin, seorang lulusan fakultas hukum dan anak
seorang Kyai ternama yang memiliki pesantren besar sekaligus sahabat bapak
Nisa. Nisa tidak pernah melihat wajah calon suaminya hingga 1 jam sebelum
pernikahan. Senyuman sumringah Samsudin berbanding terbalik dengan apa yang
dirasakan Nisa. Nisa justru memikirkan Lek Khudhori.
Pernikahan
yang dijalan Nisa sungguh berat. Meski katanya Samsudin seorang pria
berpendidikan serta anak seorang kyai terkenal, nyatanya Samsudin tak lebih
dari pengangguran yang tak tahu hukum bahkan hukum agama. Tak pernah sedetikpun
Nisa merasakan kebahagiaan dalam mengarungi bahtera rumah tangga bersama
Samsudin, yang ada justru rasa derita dan sengsara. Tidak hanya secara psikis
dia disiksa tapi secara seksual juga. Nah bagaimana kelanjutan cerita Nisa?
Akankan Nisa dapat meraih kebahagiaannya serta memperjuangkan persamaan derajat
antara perempuan dan laki-laki? Baca sendiri ya~
Saatnya Epik komen :D
Novel Perempuan Berkalung Sorban ini bisa dikatakan mengusung tema feminisme dibalut dengan nuansa Islami gitu. Nisa digambarkan sebagai sosok “pemberontak” yang ngga mau gitu aja menerima nasib bahwa perempuan itu makhluk “nomor 2”. Didukung oleh cerita-cerita dari Lek Khudhori, Nisa menumbuhkan rasa semangat untuk berani mengatakan apa yang menurut dia salah. Meski telah menikah dan hanya lulusan tsanawiyah tidak memadamkan rasa kritis dari diri Nisa. Bener-bener tokoh yang berpendirian kuat dan tegas. Sedang Lek Khudhori seperti yang udah Epik jelasin di atas bahwa dia sosok pria yang sempurna. Sayangnya cuma satu, waktu Epik baca part dimana Lek Khudhori ngobrol sama Nisa, dia itu sering nge-GeeR-in orang!. Idih, masak anak SD disepik (digodain) juga?. Ya godainnya itu semacam kayak bikin GeeR gitu. Gak kaget kalau akhirnya Nisa ada rasa juga sama leknya sendiri. Ckckck... Mentolo njitak sebenere... Sedang sosok Samsudin digambarkan sungguh memuakkan!. Naudzubilah... jangan sampai admin KIKOS dan KIKOSer yang muslimah mendapat suami macam Samsudin ini. Seandainya Epik diberi kesempatan untuk mempertimbangkan hukuman apa yang pantas untuk Samsudin, Epik bakal mengajukan ide untuk dimasukan ke dalam penjara aja seumur hidup. Kebangetan banget jadi suami soalnya.
Novel Perempuan Berkalung Sorban ini bisa dikatakan mengusung tema feminisme dibalut dengan nuansa Islami gitu. Nisa digambarkan sebagai sosok “pemberontak” yang ngga mau gitu aja menerima nasib bahwa perempuan itu makhluk “nomor 2”. Didukung oleh cerita-cerita dari Lek Khudhori, Nisa menumbuhkan rasa semangat untuk berani mengatakan apa yang menurut dia salah. Meski telah menikah dan hanya lulusan tsanawiyah tidak memadamkan rasa kritis dari diri Nisa. Bener-bener tokoh yang berpendirian kuat dan tegas. Sedang Lek Khudhori seperti yang udah Epik jelasin di atas bahwa dia sosok pria yang sempurna. Sayangnya cuma satu, waktu Epik baca part dimana Lek Khudhori ngobrol sama Nisa, dia itu sering nge-GeeR-in orang!. Idih, masak anak SD disepik (digodain) juga?. Ya godainnya itu semacam kayak bikin GeeR gitu. Gak kaget kalau akhirnya Nisa ada rasa juga sama leknya sendiri. Ckckck... Mentolo njitak sebenere... Sedang sosok Samsudin digambarkan sungguh memuakkan!. Naudzubilah... jangan sampai admin KIKOS dan KIKOSer yang muslimah mendapat suami macam Samsudin ini. Seandainya Epik diberi kesempatan untuk mempertimbangkan hukuman apa yang pantas untuk Samsudin, Epik bakal mengajukan ide untuk dimasukan ke dalam penjara aja seumur hidup. Kebangetan banget jadi suami soalnya.
Terus soal alur, novel Perempuan Berkalung Sorban ini
pakai alur maju. Ceritanya sih asyik dan mungkin bikin berdebar. Berbagai bentuk
penyiksaan Samsudin terhadap Nisa digambarkan dengan cukup rinci dan
menggunakan bahasa yang cukup sopan pula. Sayangnya novel yang Epik baca ini
adalah novel edisi revisi. Kata Reyko, novel yang belum direvisi isinya lebih
kontroversional dan CETARRR dari yang versi revisi. Epik baca yang revisian aja
udah ketar-ketir apa lagi yang asli...
Novel ini sudah pernah difilmkan dengan judul yang sama.
Diperankan oleh Revalina S. Temat sebagai Nisa, Oka Antara sebagai Lek
Khudhori, dan Reza Rahardian sebagai Samsudin. Hm... Jangan bayangin Samsudin seganteng
Reza Rahardian ya... Samsudin digambarkan pria bertubuh gemuk, jauh lebih tua
dari Nisa, dan ngga ada cakep-cakepnya gitu lah.
Spesial Thank’s :
-makasih buat Mas Ribut (Toko Buku Bekas Onlen) yang
bukunya keren-keren :D
Jangan lupa ikut KUKIS 2014 ya KIKOSer... :D apa itu KUKIS? Klik Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar