Yay,
Epik mulai rajin bikin postingan lagi... Horeee... *prokprokprok* Epik bukan
mau review novel, tapi mau review buku lhoo... Dan buku ini dijamin
ciamik buat dibaca... Gimana review'annya?
Hyukkkk...
Judul
|
Si
Parasit Lajang
|
Penulis
|
Ayu
Utami
|
Genre
|
kumpulan
tulisan
|
Penerbit
|
Gagasmedia
|
Jumlah
Halaman
|
180
|
Tahun
Terbit
|
September
2003 (cetakan ke-2)
|
Ayu Utami |
Buku
ini berisi 34 tulisan Ayu Utami yang pernah dimuat di beberapa surat kabar.
Tulisan-tulisan ini dibagi menjadi 3 part
yakni part kehidupan yang banyak mengisahkan kejadian-kejadian di sekitar Ayu
Utami, part seks, jender dan
kapitalisme yang berfokus pada pendapat Ayu Utami atas ketidakadilan jender,
dan yang terakhir adalah part politik
dan negara yang mengkritik keadaan politik serta diiringi sentilan mengenai
jender juga.
Epik
paling suka part 2 yang bertema seks,
jender, dan kapitalisme. Tulisan favorit Epik berjudul Ricco Siffredi. Bagi
yang belum tahu siapa si Ricco ini, Ricco adalah seorang pornstar asal Itali
yang memenangi beberapa penghargaan untuk film-film dewasa yang ia bintangi.
Dalam tulisan ini, Ayu Utami berselisih paham dengan salah seorang temannya.
Ayu Utami nampaknya membenci ide bahwa wanita adalah objek (terutama dalam segi
seksualitas) dan mengagas untuk memperlakukan pria sama seperti wanita yaitu
dijadikan objek, apalagi kondisi kapitalisme saat ini dapat mendukung hal
tersebut. Sang sahabat tidak setuju dan mengganggap itu sebagai bentuk balas
dendam. Ayu Utami tetap kukuh bahwa selama ini sah-sah saja tuh pria menilai
wanita (terutama) secara fisik dan karena itu wanita selalu dituntut untuk
memiliki fisik yang sesuai dengan standar penilaian pria (yang seksi, berdada
besar, pantat bulat, wajah cantik, rambut panjang, dst ini sih contoh dari Epik
yaa). Mengapa wanita tak boleh melakukan sebaliknya?. Wanita juga boleh dong
melakukannya dan untuk para pria, hendaknya jangan tersinggung apalagi marah
jika ternyata mereka berada di bawah standar. If you, guys, have a feeling,
so do the women! Don't make any standard if you didn't want to put in there. Seems fair to Epik.
Bagi
KIKOSer yang pernah baca buku Ayu Utama yang berjudul Saman, mungkin KIKOSer
sudah menyadari akan rasa ketidaksukaan Ayu Utami atas salah satu lembaga di
Indonesia yakni lembaga perkawinan (atau pernikahan lah, biar maknanya lebih
halus). Dalam buku ini, ketidaksukaan itu semakin ditujukan secara
terang-terangan. Ayu Utami banyak mengkritik bahwa pernikahan terlalu berpihak
terhadap pria. Buktinya pria sah-sah saja untuk berpoligami, namun perempuan
tidak boleh poliandri dan poligami tersebut tentu berada dibawah naungan
pernikahan bukan?. Kemudian dalam rumah tangga untuk mendukung program
pemerintah 2 anak cukup, wanitalah yang harus merasakan proses di KB, sedang
pria umumnya engga menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan kurang nyaman.
Memangnya wanita nyaman 100% dengan alat-alat kontrasepsi yang harus diterima
tubuhnya?.
Epik
pribadi sih, kurang setuju dengan Ayu Utami mengenai pernikahan, meski yah ngga
dapat menutup mata bahwa pernikahan saat ini berdasarkan patriarki dan segala
hal di dalamnya dibuat untuk menguntungan pria. Namunnnn... Epik tetap
menganggap bahwa pernikahan adalah hal suci serta penting untuk dilakukan oleh
manusia. Bukan untuk egoisme si wanita atau si pria, bukan untuk meng-amin-i
perlakuan pria dalam pernikahan yang sebagian ada ruginya bagi wanita. Tapi
lebih untuk me-manusia-kan manusia. I
know, sangat klise. Mungkin Epik bakal diketawain Ayu Utami dan dibatin
'duh, primitif banget pikiranmu Pik'. Siapa yang menciptakan pemikiran manusia
itu harus di-manusia-kan, di-manusia-kan kan hasil rekaan manusia (bagi yang
enggan menyentil unsur agama yaa) dan bukankah pada dasarnya manusia itu adalah
'hewan berakal'. Whoop, iya memang
iya, tapi justru akal yang harusnya mampu menekan manusia dari tingkah-tingkah
hewaniahnya. Meski tingkah hewaniah sebagian adalah insting namun disinilah
akal ada untuk 'mengerangkengnya.'
Selain untuk me-manusia-kan manusia, pernikahan juga menjadi cara untuk
melindungi status dari seorang anak. Di negeri yang serba sulit jika anak tidak
memiliki status jelas ini, nampaknya masih membuat pernikahan masih sangat
dibutuhkan. Kesimpulannya adalah Epik masih ingin menikah. Lha? Kok jadi
curhat? balik ke isi bukunya aja gimana?.
Back to the review,
Pemilihan kata Ayu Utami bisa dibilang santai. Meski menurut Epik tema-tema
tulisan yang Ayu Utami usung ini beberapa diantaranya berat, tapi entah mengapa
pembawaannya itu santai. Ngga berusaha memaksakan pendapatnya tapi lebih
mengarah untuk mengajak pembaca memikirkan ide-ide yang disampaikan. Hal-hal
yang mungkin sehari-hari luput dari pemikiran kita, Epik terutama, muncul
disini dan mau ngga mau pembaca jadi mikir juga. Selain itu pembelajaran
mengenai politik, linguistik, dan sastranya juga cukup membuka mata pembaca
lho, setidaknya itu yang Epik rasa. Ah... Epik merasa telat membaca buku ini
setelah lulus kuliah hahaha... Mungkin kalau Epik bacanya pas jaman kuliah,
kayaknya Epik bisa jadi'in buku ini untuk bahan tugas.
Over all,
bagus nih buku dan highly recommended
banget bagi KIKOSer. Jadi KIKOSer wajib cari dan baca buku ini.
BTW,
satu hal yang Epik rasa menonjol banget dari buku ini dan harus diingat
KIKOSer, yaitu 'jangan tanya kapan nikah!' hahaha...
Web
Resmi:
-ayuutami.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar