Senin, 15 September 2014

Ways to Live Forever "Kumpulan Fakta-fakta Milik Sam"



Holla KIKOSer, yak kayaknya Epik jadi keseringan nge-review novel-novel doang deh (mana info lainnya woi??). Yah mau gimana lagi, Epik cuma sempet baca+nge-review novel doang seh... Lagi males nge-review film dan membagi tips/ trik buat KIKOSer (huuu... pelit).

Epik kali ini nge-review sebuah novel yang bertema nyerempet-nyerempet nge-feel gitu. Bukan novel sedih yang cengeng-cengengan gitu, tapi lebih buat ngajak pembacanya bersyukur dengan apa ya dimiliki saat ini, meningkatkan semangat bagi mereka-mereka yang mungkin sedang sakit berat saat ini, juga menguatkan orang-orang yang mungkin saat ini salah satu anggota keluarganya sedang mendapat penyakit yang berat. Baca ya~

Judul
Ways to Live Forever
Penulis
Sally Nicholls
Genre
Novel Filosofis
Penerbit
Gramedia
Jumlah Halaman
214
Tahun Terbit
Januari 2011 (cetakan ke-5)




Sally Nicholls

Sam Oliver McQueen, seorang bocah sebelas tahun yang tengah mengidap leukimia. Ia bocah yang ceria, menyenangi fakta-fakta, dan suka membuat daftar-daftar seperti daftar keinginannya sebelum meninggal serta daftar pertanyaan-pertanyaan tak terjawab. Ia memiliki ibu yang tegar sekaligus sensitif (ibu mana yang tidak sedih melihat anaknya sedang sakit??), ayah yang pendiam dan sedikit kaku namun sebetulnya sangat sayang pada Sam, seorang adik perempuan bernama Ella yang menyebalkan tapi juga bisa berbuat baik, dan seorang sahabat karib bernama Felix yang berusia dua tahun lebih tua darinya. Felix juga seorang penderita kanker.


Pertemuan Sam dengan Felix cukup lucu. Saat itu Sam sedang dirawat dirumah sakit dan mengalami kebosanan yang gawat, ia melihat seorang anak yang mondar-mandir di depan kamarnya sambil duduk di kursi roda. Gayanya selengekan dan sok misterius namun tampaknya bisa diajak berteman. Lalu tiba-tiba anak itu masuk kamarnya. Sam tahu anak itu juga mengidap kanker karena dibawah topi fedora anak itu tidak ada rambut alias botak. "pasti karena kemo" pikir Sam. Anak itu mengenakan kaos dengan sablon bertuliskan 'Green Day American Idiot' serta bergambar tangan meremas hati dan ia memperkenalkan diri bernama Felix. Felix mengatakan sedang dalam misi menuju toko namun ia tidak bisa melewati para perawat. Felix berkata ingin membeli sesuatu kemudian ia membuka genggaman tangannya dan menyembul bungkus rokok dari sana. Sam berpikir anak ini asyik dan mungkin mereka bisa bersahabat.

Sam tidak bersekolah seperti anak-anak pada umumnya, tapi ia belajar bersama Felix di rumah dengan Mrs. Willis sebagai gurunya. Pelajaran mereka pun bukan pelajaran berat dan jika mereka sedang sakit, sangat lelah, atau harus pergi ke rumah sakit, pelajaran bisa saja dibatalkan. Mrs. Willis suka sekali memberi kegiatan-kegiatan menarik seperti membuat eksperimen gunung berapi buatan, meledakan bubuk besi, dan sebagainya. Kali ini Mrs. Willis meminta Sam dan Felix membuat tulisan semacam cerita mengenai kehidupan mereka. Felix yang dasarnya tipe-tipe anak skeptis menganggap menulis itu hal tidak menarik dan konyol tentu saja menolak membuat karangan, tapi Sam berbeda. Sam bahkan berniat membuat buku tentang dirinya.

Sam mulai menulis kehidupannya. Ia sebelumnya sudah membuat daftar keinginan yang ingin ia wujudkan. Seperti naik balon Zeppelin, naik dengan eskalator turun dan turun dengan eskalator naik, merasakan jadi remaja dengan minum minuman keras+pacaran+merokok, melihat hantu, keluar angkasa, nonton film horor dengan rating 18+, memecahkan rekor dunia, dan menjadi ilmuan. Kemudian dia pelan-pelan keinginannya terwujud dan tercatat dalam bukunya. Sam juga membuat daftar pertanyaan yang tidak terjawab, pertanyaan-pertanyaan seputar kematian dan sakitnya. Pelan-pelan pertanyaan itupun terjawab meski kadang jawabannya tidak pasti.

Sam sering berdiskusi sekaligus berdebat dengan Felix mengenai jawaban-jawaban dari pertanyaan tidak terjawab. Salah satunya adalah pertanyaan 'kenapa Tuhan membuat anak-anak jatuh sakit?'. Sam berusaha membuat daftar jawaban akan pertanyaan tersebut dibantu (atau sebenarnya diricuhi) oleh Felix. Ia menjawab 'karena Tuhan itu tidak ada'. Sam tidak setuju akan itu namun Felix berkata bahwa itu mungkin saja kan... sehingga Sam pun menuliskannya dalam daftarnya. Kemudian Felix meneruskan 'Nomor dua, Tuhan ada, tapi diam-diam Dia jahat...'. Lagi-lagi Sam tidak setuju tapi Sam akhirnya menulisnya juga. Felix kemudian memberi jawaban lain bahwa mungkin saja pada kehidupan yang lalu mereka telah berbuat jahat sehingga pada kehidupan yang sekarang mereka menerima karma. Sam sebenarnya tidak ingin menulis alasan itu, maka dari itu ia menambah jawaban: 'Kita sudah sempurna. Kita tidak perlu mempelajari apapun lagi. Menjadi sakit merupakan hadiah. Seperti... seperti mendapatkan Karcis-Gratis-Masuk-Surga'. Felix mencemooh jawaban itu, tapi Sam menyukai ide karcis itu.

Saat yang paling membuat Sam sedih adalah saat Felix meninggal. Ia jadi tidak doyan makan dan murung. Namun Sam tidak ingin berhenti menulis bukunya. Sam terus mencatat kejadian-kejadian yang menarik dalam hidupnya. Gimana kisahnya? Baca yaw...

Novelnya bagus!. Sama kayak pas baca novel For One More Day, aku kira ini semacam biografi gitu, eh ternyata novel. Bahasa yang dipakai mudah dipahami dan buka novel minyi-minyi (dibaca: cengeng abis) itu. Lebih ke arah ngasih semangat karena Sam yang sakit aja bisa mensyukuri hidup masa Epik dan KIKOSer engga?. Sam yang awalnya takut-takut mewujudkan keinginannya pada akhirnya bisa mewujudkan semuanya (meski tidak dalam arti harafiah). Meski Felix bukan anak baik tapi Felix punya sisi baik loh. Dia yang mendorong Sam agar punya nyali untuk mewujudkan segala keinginannya. Yah meski harus Epik akui, beberapa keinginan Sam itu bukan keinginan yang baik misal merokok/ minum minuman keras. Tapi seandainya itu adalah keinginan terakhir seseorang, Epik rasa ngga apa-apa lah. (Epik ngga mau ngomongin SARA yah... Kalau pendapat Epik dianggap salah atau ngga betul ya maap).

Hm, menurut Epik ya penggambaran tokoh Sam ini agak lebih dewasa dari umurnya yang cuma 11 tahun. Tapi entah ya ini beda kultur atau gimana tapi feel anak 11 tahunnya kurang terasa. Maksud Epik beda kultur adalah kalau di Indonesia anak usia 12-13 tahun kan gayanya masih ingusan gitu kan yah masih sangat kekanakan (itu pas jaman Epik kecil loh ya, anak sekarang mah SMP udah cabe-cabean ==??). Sedang di luar negeri terutama Amerika, anak usia 12-13 tahun kan gayanya udah remaja banget yang udah tau dandan, udah tau pakaian seksi+modis, udah tau ciuman dan sebagainya. Gaya penulisannya (kan ceritanya novel ini adalah buku tulisan Sam) juga agak lebih dewasa paling ngga kayak anak usia 14-15 tahunan. Tapi bolehlah...

Hal yang Epik suka adalah Sam hobinya bikin daftar fakta-fakta. Lucu banget. Pembaca jadi nambah ilmunya tentang balon Zeppelin. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat Sam juga bikin pembaca jadi ikutan mikir gimana rasanya meninggal? pergi kemanakah jiwa yang meninggal tadi?. Awww... Jadi sedikit nyesek.. Oh iya yang bikin novel ini makin kelihatan real itu karena ada beberapa catatan Sam yang ditulis pakai tulisan tangan disertai gambar-gambar dan foto. Jadi makin mirip kayak buku peninggalan Sam asli.

Penasaran sama novelnya? langsung cari di toko buku yaaa.... :D

Spesial Thank’s :
-Terima kasih buat Kaichou Senpai yang telah merekomendasikan sekaligus meminjamkan novel ini ke Epik… Arigatou~ :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar