Sumber: www.gingerbreadartgallery.com |
Hari ini aku pergi berlibur ke rumah kakek
dan nenekku di Magetan bersama papa, mama dan adikku, Vitha. Sudah lama kami
tidak mengunjungi kakek dan nenek. Aku sangat rindu mereka berdua. Aku rindu
masakan nenek yang enak serta rindu dengan kakek yang suka memancing di sungai
dekat rumah. Terbayang kegiatan apa saja yang biasa aku lakukan bersama dik
Vitha dan kakek di sana. Sudah tidak sabar rasanya.
Kami sekeluarga berangkat dari rumah kami
di Surabaya pukul enam pagi. Selama perjalanan mama, dik Vitha dan aku bermain
tebak-tebakan sedangkan papa berkonsentrasi dengan mobil yang dikendarainya.
Tak terasa kami sudah sampai di desa kakek dan nenekku tinggal. Saat mobil
berhenti didepan rumah kakek dan nenek, aku langsung membuka mobil dan melompat
kepelukan kakek dan nenek yang telah menunggu kami semua.
Setelah aku membantu menurunkan semua
barang-barang, aku mendekati kakek yang sedang mengobrol dengan papa. Aku
menarik tangan beliau.
''mbah,
aku pengen main di kali, mbah!''
''lho... Kamu ndak capek to le? Mbok ya istirahat dulu to!''
''Ndak
capek lo mbah!''
''ya, tak
antarkan! Tapi makan dulu ya le! adikmu,
Vitha, diijak makan juga ya! Tadi Mbah
putri sudah masak pepes bandeng di belakang''
Aku mengajak dik Vitha ke belakang bersama
nenek untuk makan agar bisa cepat pergi ke sungai. Aku segera melahap nasi dan
pepes bandeng dengan terburu-buru sedangkan dik Vitha disuapi nenek.
''makannya mbok pelan-pelan nanti keselak
lo!''
''biar cepet lho mbah!'' jawabku sambil meringis.
Setelah selesai makan, aku mengajak dik
Vitha dan kakek ke sungai yang tidak terlalu jauh dari rumah. Kakek membawa
alat pancing dan jaring. Aku dan dik Vitha hanya membawa beberapa bungkus
makanan ringan dan beberapa teh kotak yang dimasukan ke dalam tas punggung milik
dik Vitha. Di tengah perjalanan dik Vitha rewel minta teh kotaknya dibuka.
Terpaksa kami berhenti sebentar dan membuka teh kotak untuk dik Vitha.
Setelah sampai di sungai, kakek segera
duduk di atas batu pinggir sungai bersama dik Vitha yang asyik minum teh kotak.
Begitu melihat ke arah sungai, aku kaget sekali. Sungainya kotor, penuh sampah
dan warnanya coklat kehitaman. Bahkan aku tidak bisa melihat dasar sungainya.
Padahal dulu sungai ini tidak begini. Saat terakhir aku kesini bersama kakek,
sungai ini jernih sekali. dahulu banyak anak lain yang berenang di sini. Banyak
pencari ikan yang mencari ikan di sungai yang agak dalam. Aku suka dengan
sungai yang dulu. Tapi apa yang terjadi? Kenapa sungai ini kotor sekali?
''Mbah!
Kok kali-nya gini mbah? Butek! banyak sampahnya gini?''
''begini le, beberapa bulan yang lalu di hulu kali ini ada pabrik sepatu yang baru didirikan. Nah, ternyata
mereka buang sampah dan limbahnya ke kali dan limbahnya ndak diolah dulu. Sedikit demi sedikit kali ini jadi keruh. Anak-anak yang mandi di sini gatal-gatal. Para
pencari ikan berkurang karena ikan-ikan yang dulu berlimpah sekarang tinggal
sedikit le! Ya akhirnya kali ini ditinggal gitu aja! malah
orang-orang sini juga ikut buang sampah ke kali.
Mbah juga prihatin le'' jawab kakek dengan wajah suram.
''lho mbah
kenapa orang-orang ndak mau protes ke pabrik sepatunya to mbah?''
''ndak
ada yang barani le, soalnya warga
sini yang kerja di pabrik itu ya lumayan banyak. Mereka ya takut dipecat''
Bersamaan dengan kakek berhenti berbicara,
dik Vitha membuang wadah teh kotak ke sungai.
''Vitha! Kok buang sampah di situ
sih!''kataku membentak dik Vitha.
''hiks... Hiks... Uaaa....''dik Vitha malah
menangis.
''sudah-sudah... Cup... Cup... Cup... cah ayu ra pareng nangis''
Aku sangat kesal dengan dik Vitha. Sungai
yang sampahnya banyak gini kok malah ditambahi. Aku marah dan minta buru-buru
pulang.
***
Udara dingin dan kabut menyambutku padahal
sudah jam tujuh pagi. Kalau di Surabaya jam tujuh pagi sudah panas. Untung
nenek perhatian dengan merebuskan air untuk mandiku. Setelah mandi, aku lari
menuju kamar dan meminta mama untuk mengambilkan bajuku. Setelah berpakaian
rapi, aku pergi ke dapur. Di sana nenek sedang mengaduk teh hangat.
''mbah,
mbah kakung dimana?''
''itu kakung-mu
di depan rumah! Katanya mau ke kelurahan, ada rapat ''
''makasih
mbah!''
Aku berlari kencang ke depan rumah dan
berharap kakekku belum berangkat ke kelurahan. Untungnya kakekku belum
berangakat. Kakek sedang memerikasa sepeda yang akan kakek gunakan untuk pergi
ke kelurahan. Aku meminta izin kakek untuk pergi bersama dan kakek tidak
keberatan.
Kakek mengayuh sepeda dengan pelan. Aku
duduk di boncengan belakang memegang erat baju batik kakek. Di kelurahan masih
cukup sepi, kami duduk dibangku terdepan di semacam ruangan yang sudah diisi
dengan bangku berderet. Tak lama kemudian ruangan ini terisi penuh dan rapat
pun dimulai.
''selamat pagi ibu dan bapak, rapat hari
ini diadakan untuk menindak lanjuti pembangunan pabrik sepatu di daerah
sekitar'' kata bapak-bapak berpakaian coklat membuka rapat.
''ibu dan bapak sekalian, pembangunan
pabrik sepatu ini akan meningkatkan pendapatan desa ini, selain itu dapat
membuka lapangan kerja bagi pemuda-pemudi di sini.''
Ibu-ibu dan bapak-bapak hanya mangut-mangut
mendengar penjelasan bapak berbaju coklat. Tidak tahu mengapa, tiba-tiba aku
memberanikan diri untuk berdiri dan maju ke hadapan warga.
''om, tapi pabrik sepatu bikin kali jadi kotor. Kata mbah saya pabrik sepatu buang limbah dan
sampah ke kali''
''anak siapa ini? Adik... Adik kan masih
kecil, adik masih ndak ngerti, ini
masalah orang dewasa'' jawab bapak berbaju coklat.
''tapi om, saya dulu suka main di kali sama mbah saya. Sekarang kali-nya kotor, ikan sudah ndak ada. Orang-orang juga ndak mau ke sana lagi. Om dan tante
daripada setuju bikin pabrik mending kita gotong royong membersihkan kali-nya biar ikannya bisa banyak lagi,
biar bisa main air sama mbah, biar
bisa mancing lagi!''
Semua orang berbisik-bisik.
''iya, saya menolak pembangunan pabrik
sepatu di daerah ini!'' kata kakekku dengan lantang.
Akhirnya hampir semua yang hadir menolak
didirikannya pabrik sepatu. Bahkan ada bapak-bapak yang mengancam mendemo
pabrik sepatu di hulu yang membuang limbahnya ke sungai. Bapak berbaju coklat
sangat kewalahan mengahadapi warga yang tidak senang. Rapat pun ditutup.
***
Hari ini papa dan mama mengajak untuk
pulang ke Surabaya. Sebelum pulang kakek mengajakku ke sungai. Kakek
berterimakasih kepadaku karena telah memberi semangat dan keberanian kepada
warga. Kakek berkata bahwa sungai ini akan kembali bersih dan kami bisa
memancing ikan di liburan berikutnya. Setelah puas memandangi sungai, kakek dan
aku kembali ke rumah karena aku harus segera pulang ke Surabaya. Di perjalanan
pulang, aku tertidur dan bermimpi bahwa sungai dekat rumah kakek menjadi bersih
kembali. Kami semua dapat berenang, mencari ikan, dan bermain air bersama
seperti dulu lagi. Aku sungguh tidak sabar untuk liburan berikutnya.
jadi inget sungai di rumah embah q di Madiun T_T, dulu aq main2 di situ, cari ikan, sampek hanyut juga ~_~, sekarang kalau lebaran pulang kampung sungai2nya pada beda..kotor..kering..jadi kangen ama sungai bersih T_T,
BalasHapusSemangat terus nulis cerpennya pi^^