Ku
ceritakan sesuatu, ini cerita tentang seseorang. Seseorang itu adalah aku.
Walau aku tak pandai berhitung, ada satu hal yang cukup aku banggakan, daya
ingat. Mungkin seperti gajah. Sedari kecil aku mengingat semua hal yang
menyenangkan dan yang paling menyakitkan. Semuanya, detail, adegan, perkataan, dan
tidakan. Aku mengingat hal-hal kecil yang dilupakan orang, tokoh kartun yang
aku suka, lagu yang aku suka, aroma yang aku suka. Menyakitkanpun aku selalu
ingat, bukan berarti aku dendam, bukan berarti aku tidak pandai memaafkan. Aku
mengingat hal menyakitkan, agar aku ingat supaya tidak kulakukan lagi.
Mengingatkan diri ku, agar tidak merasakan hal menyakitkan yang sama.
Saat
orang mengatakan ia tak suka ulat bulu,
sampai saat ini pun tak akan aku ungkit ulat bulu di hadapannya.
Pada
saat orang mengatakan tak suka apel, selamanya tak akan aku menyodorkan apel
padanya.
Pada
saat orang tak suka gelap, ku pastikan tak ada kegelapan saat kita bersama.
Semua
yang orang sekitarku katakan selalu aku ingat, semua, hal tak penting
sekalipun. Kenapa perlu di ingat, karena itu menyenangkan menurutku, saat aku
mengetahui apa yang mereka tak suka, maka aku akan mejauhkan semuanya.
Pada
saat di sekolah dasar, aku menangis seharian karena orang benci saat aku tak
pandai berhitung. Aku benci, bukan pada dia, tapi padaku. Aku benci karena aku
tau akan lama menyingkirkan ketidak sukaanya ini.
Pada
saat remaja, orang berkata aku terlalu sombong dan arogan. Tentu ini
menyakitkan awalnya, dan ini selalu ku ingat. Ku perbaiki dengan mengobrol
banyak dengan orang. Dan ini menjadi menyenangkan. Aku jelaskan aku hanya malu untuk
memulai percakapan.
Pada
saat aku hanya diam membaca di kelas saat jam istirahat, orang berkata aku
terlalu menyendiri dan tak mau bergaul. Awalnya itu menyakitkan, aku selalu
ingat sampai sekarang. Bukan dendam, aku mencoba berbaur dan menghentikan
membaca ku. Aku jelaskan, aku tidak pandai memulai pertemanan dan membaca di
waktu luang itu menyenangkan karena aku tak punya banyak orang untuk di ajak berbicara. Akhirnya orang mengerti dan saling mengenal.
Pada
saat sekolah menengah atas, orang mengatakan aku terlalu pelit karena saat jam
istirahat aku hanya membaca di kelas dan tidak membeli makanan. Awalnya itu
menyakitkan, setiap katanya masih aku ingat. Tapi aku tidak marah, aku membawa
bekal ku padanya di suatu siang, akhirnya aku jelaskan aku membawa bekal, maka
dari itu aku tak membeli apapun. Akhirnya dekat dengan orang-orang, setiap
istirahat kita memakan bersama dan membahas buku-buku menarik. Dan itu menjadi
perkumpulan kecil.
Pada
saat orang mengatakan aku kurang serius dan tidak berkonsentrasi, aku upayakan
tak akan membuat hal menyakitkan itu terulang lagi.
Pada
saat orang mengatakan aku terlalu suka memerintah dan otoriter, awalnya itu
menyakitkan. Semua yang ia katakan aku ingat. Tapi aku tidak marah, aku menahan
diri agar diriku tak lepas kendali. Tak ingin merasakan hal menyakitkan itu
lagi. Aku mulai berubah perlahan.
Pada
saat orang mengatakan aku berbica terlalu menyakitkan, awalnya itu juga
menyakitkan ku. Aku tak mau hal menyakitkan ini terjadi lagi. Perlahan ku tahan
diriku, mengontrol perkataan agar tidak menyakitkan, dan akhirnya kita menahan
pembicaraan satu sama lain, agar tidak menyakiti.
Pada
saat orang mengatakan aku terlalu memaksa, awalnya itu menyakitkan. Tapi
kutahan diri, agar ia tak merasakan hal menyakitkan. Tak akan ku paksa dia.
Pada
saat orang mengatakan aku tak mengahargai pemikiran mereka, awalnya itu
menyakitkan. Tapi ku telan pemikiran ku, dan akhirnya kita bisa senang bersama
berbagi pemikiran.
Pada
saat orang mengatakan aku merepotkan, awalnya itu menyakitkan. Tapi aku tak
bisa terlalu bergantung, kutahan ketergantungan ku dan ku upayakan melakukan
sendiri, aku tak ingin orang merasakan hal menyakitkan. Ku tahan semua sendiri.
Asal orang merasa tak kurepotkan.
Pada
saat orang mengatakan aku hidup semauku sendiri, awalnya itu menyakitkan. Tapi
tak bisa aku hidup semauku dengan orang lain di sekitar. Akhirnya kita harus
berbaur menurunkan ego.
Pada
saat orang mengatakan aku mencari aman karena di pihak netral. Awalnya itu
menyakitkan, netral adalah abu-abu, tak hitam dan tak putih. Menjadi abu-abu
itu membuat mu tak diterima di putih dan tak di terima di hitam. Hitam akan
membencimu karena dikira kau putih, dan putih akan membenci mu karena di kira
kau hitam. Menjadi abu-abu adalah artinya kau siap di benci hitam atau putih,
atau malah keduanya. Dan aku bersyukur orang mau mengerti kenapa terkadang aku
menjadi abu-abu.
Setiap
perkataan menyakitkan yang aku kira, mengubah aku secara perlahan. Semua ucapan
yang orang katakan akan aku ingat. Tidak ada dendam dan marah, kita hidup
memang akan di nilai, akan ada yang memperbaiki walau awalnya menyakitkan yang
datang.
Sampai
saat ini aku mengingat apa yang orang-orang katakan, apa yang mereka tak suka
dariku. Perlahan walau menyakitkan, tak akan ku tunjukan hal-hal yang tak
mereka suka dariku. Walau kadang masih ku tunjukkan kepada orang yang membuat
ku nyaman.
Selalu
ku ingatkan zona nyaman tak akan selamanya mentolerir hal-hal yang tak orang
suka dari diriku.
Pelahan
ku ubah diriku sesuai ucapan orang, hal menyakitkan, ku ubah, karena itu
perbaikan. Ku ubah dan ternyata tak cukup memuaskan. Tak akan aku mengeluarkan pembelaan, karena cukup aku diam dan merenung apa yang aku perbuat tak menyenangkan orang.
Pernah aku berfikir, ucapan menyakitkan mana yang berakhir menyenangkan, berakhir kau
mengubah dirimu menjadi lebih baik.
Aku
berterima kasih kepada orang-orang yang berkata menyakitkan, mereka mengubah ku
perlahan menjadi lebih baik, walapun kadang aku tak memuaskan. Berterima kasih
karena mereka adalah orang yang ingin aku berubah. Aku masih perlu ucapan
menyakitkan lain, yang bisa mengubahku.
Sampai
pada akhirnya kisah yang aku ceritkan tak semenarik di awal. Pada dasarnya tak
bisa aku mengontrol apa yang orang tak suka dariku, kadang itu seperti air.
Walapun sudah kau tampung dengan tangan, akan ada yang mengalir lewat sela-sela
jari.
Sekarang
perkataan dari orang tetap akan ku ingat, tapi tidak akan menyakiti ku, aku
hanya perlu diam sesaat dan memikirkan kenapa orang berkata demikian. Berkata
yang membuat ku sakit pada awalnya, tapi saat aku berfikir berkatan orang
itulah yang membuat ku berubah lebih baik. Walau kadang lepas kendali itu ada,
tapi dari perkataan orang itulah aku merasa orang itu peduli.
~Sekian~
Cerpen Abal Reyko karena nggak bisa tidur.ahahahaha
Semoga KIKOSer yang lagi gundah di luar sana bisa sedikit terhibur.
Ini rada bingung ini cerpen atau puisi.eheheheh
Selamat petang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar