Assalamu’alaikum KIKOSer~~~
Malam ini Reyko akan membahas tentang makanan dan rempah
Indonesia. Sebenarya ini tugas Reyko sih, tapi berhubung ini tugas kayaknya
bisa jadi bahan di blog, aku posting deh.ahahahha. lumayan buat nambah info
seputar makanan dan rempah-rempah di Indo.
Kuliner di Indosesia sangatlah
beragam, Indonesian yang merupakan
daerah kepulauan memiliki masakan khas yang berbeda-beda di tiap daerahnya.
Kekayaan makanan khas di setiap daerah membuat indonesia tidak hanya di kenal
dengan tempat wisatanya saja, namun juga dengan wisata kulinernya KIKOSer. Jika
kita menyebutkan masakan Indonesia, tentu kita akan membayangkan banyak masakan
atau makanan, karena memang Indonesia tidak memiliki satu makanan yang bisa
mewakili makanan Indonesia itu sendiri. Seperti penuturan William Wongso
seorang pakar kuliner di majalah Tempo Edisi Khusus “Antropologi Kuliner
Indonesia”, ia menyatakan bahwa yang ada adalah masakan dan makanan daerah
bukan Indonesia. Dapat dikatakan masakan di tiap-tiap daerah itulah yang
dinamakan masakan Indonesia. Akan tetapi akan sangat sulit jika memilih satu
masakan yang menggambarkan Indonesia, mengingat beragamnya masakan yang ada.
Pada dasarnya makanan merupakan satu
kesatuan antar beberapa negara. Makanan dan bumbu di tiap-tiap negara hampir
memiliki kesamaan, namun terkadang ada perbedaan dalam penyebutannya. Seperti
pengungkapan Hisanori Kato dalam bukunya Kangen Indonesia, yang sempat
kebingungan saat ditanya makanan Indonesia karena Indonesia merupakan daerah
yang multietnis. Seperti ia menyebutkan nasi dan mie goreng yang di negaranya
Jepang juga ada makanan yang serupa, namun dengan rasa dan isi yang berbeda. di
Cina nasi goreng dan mie goreng juga merupakan makanan yang populer. Hisanori
berpendapat masakan Sunda, padang, dan Jawa Tengah itu lebih alami;
“...masakan yang ada di seluruh Indonesia seperti ini adalah
budaya makanan yang membanggakan dunia. Bumbu-bumbu yang mengunakan
rempah-rempah serta bumbu yang pedas...” (Kato, 27-28:2012)
Nah Reyko contohkan remaph di Batak
KIKOSer, ada yang namanya merica Batak, yang lebih familiar disebut andaliman atau nama latinnya (Zanthoxylum acanthopodium). Jika merica
di jawa kering dan berwarna abu-abu ke kuningan, maka andaliman basah dan hijau layaknya buah. Andaliman inilah yang menjadi bumbu kunci di Batak, semua masakan
Batak selalu menggunakanannya, walaupun suku-suku di Batak lainnya ada yang
menggunakan nama lain. Rasa merica Batak ini pedas dan membuat lidah terasa
kebas, ternyata di budaya Sichuan Cina, rasa pedas seperti yang di hasilkan
merica Batak juga sangat populer. Orang Sichuan menyebutnya ma la/ numb hot, yang mengartikan pedas
yang membuat lidah kelu atau baal. Guna mendapatkan rasa pedas itu orang
Sichuan menggunakan andaliman yang
lebih mereka kenal dengan Shicuan pepper.
Seperti yang di lansir pada majalah Tempo Edisi Khusus, Indra Halim, yang
menekuni dunia kuliner di Medan, menyatakan bahwa andaliman dan Shicuan pepper
memiliki rasa yang berbeda.
Walaupun dari
tanaman yang sejenis namun proses pengolahan atau pada saat memanen sangat
berbeda, dan hal tersebut membuat rasa merica ini sendiri menjadi berbeda. andaliman lebih membuat lidah kebas,
hampir seperti wasabi sedangkan Shicuan pepper seperti cabai rawit. Menurut
William (pakar kuliner Indonesia), perbedaan keduanya dikarenakan cara pemanenannya,
“... andaliman di petik dan di
konsumsi saat masih hijau, sedangkan Shicuan
pepper dibiarkan hingga merekah dan mengering...” (Tempo Edisi Khusus,
111:2014). Contoh itulah yang membuat terkadang makanan ataupun bumbu memiliki
keterkaitan antara daerah satu dengan yang lain, dan bahkan antar negara.
Selain contoh
diatas, ada pula cerita makanan dan penggunaan rempah-rempah di Maluku. Maluku
terkenal akan rempah-rempah yang melimpah. Selama berabad-abad Maluku layaknya
wilayah yang dirahasiakan oleh pedagang Arab dan Cina dari Eropa, mengingat
kebutuhan Eropa akan rempah-rempah juga cukup tinggi. Pada abad ke-16, Eropa
mulai datang, Portugislah yang pertama kali mendarat di Ternate pada 1512,
kemudian beberapa tahun berikutnya di susul oleh Spanyol yang mendarat di
Tidore. Rempah-rempah inilah yang menarik beberapa bangsa datang ke Indonesia,
terutama pulau-pulau yang memiliki rempah-rempah yang melimpah. Tetapi di
masakan Maluku dalam keseharian tidak banyak menggunakan rempah, menurut
sejarawan dari Universitas Khairun Ternate, Syahril Muhammad, dalam majalah
Tempo Edisi Khusus Antropologi Kuliner Indonesia, menyatakan pengunaan rempah
yang minim dikarenakan pala dan cengkeh merupakan tanaman asli di Maluku atau
“tumbuh liar” dan tidak ditanam dengan sengaja.
Selain itu cengkeh dan pala lebih
sering digunakan sebagai obat, minyak oles, atau hal-hal spiritual seperti
upacara adat. Di berbagai daerah kita
ketahui bahwa makanan juga merupakan dari rangkaian upacara adat. Seperti
halnya di Halmahera ada upacara Hibualomo, dilakukan untuk acara yang
bersifat adat seperti pengkukuhan seorang pemimpin adat. Upacara adat dimulai
dengan arak-arakan keliling kota yang berakhir di Hibualomo. Pada
arak-arakan ini sang pemimpin adat akan duduk di atas kursi yang ditandu oleh
4-8 orang. Beragam kebudayaan daerah akan ditampilkan pada acara yang berpusat
di rumah adat, upacara ini akan diakhiri dengan acara makan bersama. Ini akan
membuat antara pemimpin adat dengan masyarakat semakin dekat. Jadi dapat di
simpulkan bahwa pala dan cengkeh bukan kebutuhan pokok masakan orang-orang
Maluku, walaupun negara atau daerah lain lebih sering menggunakannya.
Dari Maluku, kita
pindah wilayah KIKOSer. Kita membahas lagi makanan dan rempah di wilayah
Sulawesi Utara. Sulawesi Utara yang mayoritas di tempati oleh Etnis Minahasa,
memang terkenal dengan makanan pedasnya. Sama halnya seperti di Jawa Timur, cabai
merupakan bahan terpenting dalam setiap masakan di wilayah ini. Walaupun harga
cabai lebih dari 100rb/kg tidak menyurutkan penduduk Sulawesi untuk memasak
makanan pedas. Sulawesi Utara sendiri menghabiskan 200-800 ton cabai per hari,
dan membuat stok lokal kurang dan harus mendatangkan dari Jawa Timur dan
Gorontalo. Cabai memang bumbu dapur penting di beberapa wilayah di indonesia.
Walaupun harga cabai yang terus meningkat terkadang tidak mempengaruhi minat
masyarakat untuk mengkonsumsi cabai.
Keaneka ragaman
makanan, masakan, dan rempah Indonesia ternyata membuat bangsa ini lebih kaya
dan memiliki daya tarik sendiri bagi negara-negara lainnya. Dapat dikatakan
makanan merupakan ciri atau identitas tiap-tiap daerah di indonesia, setiap
makanan mewakili sesuatu yang khas di daerah tersebut. Makanan dan masakan juga
merupakan pemersatu tali kekerabatan. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya
beberapa makanan di setiap upacara-upacara adat di Indonesia. Makanan di
Indonesia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia sendiri, namun juga
kebutuhan akan bersosialisasi, hubungan manusia dengan Tuhan dan alam. Mungkin kalau
di film, seperti film Tabularasa kali yaa.ahahahah
Nah di Indonesia
sendiri KIKOSer pasti tau, banyak memiliki banyak sekali ritual keagamaan atau
upacara adat yang berhubungan dengan makanan, seperti sedekah bumi, tingkepan, sedekah larung, bancaan, Tumpengan, dan masih banyak
istilah-istilah lainnya. Terkadang upacara adat dan makanan ini terdapat di
kebudayaan yang ada di tiap-tiap daerah di Indonesia. Tidak dipungkiri wisata
budaya pasti tidak terlepas dari upaca adat, dan makanan. Terutama di daerah-daerah
wisata seperti Yogyakarta dan Solo. Yogya dan Solo adalah daerah yang masih
memiliki raja dan kraton sebagai pemerintahan daerahnya, di dua tempat ini
sangat kental dengan budaya dan makanannya. Jika berkunjung ke Yogyakarta dan
Solo kita tidak hanya dimanjakan oleh pemandangan dan keasriannya, namun juga
dengan kebudayaan dan makanan-makanan yang penuh dengan sejarah, terutama makanan-makanan
keraton.
Cut~~~
Sekian dari Reyko, nanti aku sambung di postingan
selanjutnya. Postingan selanjutanya membahas makanan Keraton nie><. Semoga
infonya bermanfaat KIKOSer.
Komen atau cuap-cuap KIKOSer bisa komen atau ke HaiKIKOS
Daftar Pustaka:
Edisi Khusus Tempo. 1-7 Desember 2014. Antropologi Kuliner
Indonesia (Ekonomi, Politik, dan Sejarah Di Belakang Bumbu Makanan Nusantara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar