Minggu, 12 Oktober 2014

Saman “Kerumitan Ada di Setiap Tokoh!”



Selamat Siang...
Sedikit curhat di tengah kegalauan dan kemalasan menulis proposal skripsi, Epik menyempatkan diri membaca sebuah novel yang keren dan sudah dikenal sebagai novel sastra tanah air yang 'ih wow' banget. KIKOSer yang baca jangan berpikiran kotor ya. Epik taunya novel ini tuh dari salah satu dosen kakkoi (artinya: keren) yang mengajar Epik saat tahun-tahun awal kuliah dulu dan baru keturutan (punya) serta baca akhir-akhir ini.


Judul
Saman
Penulis
Ayu Utami
Genre
Novel Sastra
Penerbit
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Jumlah Halaman
197
Tahun Terbit
Maret 2000 (cetakan ke-14)


Ayu Utami
Laila, seorang fotografer, mendapat tugas lapangan di sebuah rig (semacam tambang minyak) di tengah lautan untuk membuat profil perusahaan. Bagaimana rasanya menjadi wanita satu-satunya di rig yang penuh dengan pria-pria yang haus akan belaian wanita?. Rasa tidak nyaman karena tatapan-tatapan nakal dan gumaman-gumaman berbau porno dirasakan Laila. Tapi disana Laila justru menemukan satu pria yang menarik hatinya. Seorang pria Batak dengan kulit coklat ,yang menurut Laila, seksi. Pria yang bernama Sihar ini berdebat dengan Rosano, si company man (orang kantor), mengenai pengeboran. Sihar bersikeras untuk tidak mengebor dulu sampai tekanan gas dari bawah berkurang sedang Rosano yang tidak mau kalah juga memaksa Sihar untuk segera mengebor. Bagaimanapun si company man jauh memiliki kedudukan dibanding Sihar, segeralah mesin dijalankan. Tak lama kemudian ledakan hebat mengguncang rig. Beberapa pekerja bahkan sahabat Sihar tewas akibat kesembronoan Rosano.

Kejadian itu nyatanya malah mendekatkan Sihar dengan Laila. Sihar berniat balas dendam terhadap Rosano, mungkin dengan meledakan kepala orang sok itu menggunakan mesiu Sihar baru merasa puas. Tapi Laila memberi ide lain, memberi ide yang lebih halus dan masuk akal yakni dengan menuntut perusahaan tempat Rosano bekerja. Laila berjanji akan me-lobby teman-temannya yang bergerak di bidang LSM untuk membantu dalam upaya menuntut perusahaan lewat jalur hukum. Sihar pun tertarik dan menuruti saran Laila. Laila pun girang karena dengan begitu ia dan Sihar bisa terus bersama bahkan setelah mengetahui bahwa Sihar telah beristri tidak mengurangi rasa sukanya pada Sihar.

Disisi lain, kehidupan sahabat-sahabat Laila mulai diceritakan. Ada Saman yang dulunya bukan bernama Saman. Sebelum berganti nama menjadi Saman, namanya adalah Athanasius Wisanggeni, seorang pater yang ditugaskan di daerah Perabumulih. Wis, panggilan Wisanggeni, memang sengaja ingin ditempatkan disana untuk mengenang nostalgia atau lebih tepatnya ia ingin mencari sesuatu yang hilang. Dulu saat masih kanak-kanak, Wis pernah tinggal di Perabumulih bersama ayah dan ibunya. Disana ibunya sempat keguguran 2 kali dan sekali melahirkan bayi dalam keadaan hidup tetapi meninggal sehari kemudian. Wis meyakini adiknya tidaklah mati tapi mereka lahir ke dunia lain sebab ia merasa ibunya telah terlibat percintaan aneh dengan penghuni hutan belakang rumahnya. Kini Wis berusaha mencari adik-adiknya. Dalam pencarian itu, Wis justru bertemu dengan seorang gadis keterbelakangan mental dan sedikit gila bernama Upi. Tiba-tiba dihatinya muncul rasa sayang, bukan rasa sayang karena nafsu tapi rasa sayang tulus layaknya kakak kepada adiknya.

Di lain tempat ada Shakuntala, yang dianggap perempuan (maaf) sundal oleh ayah dan kakaknya. Ia membenci mereka dan nampaknya mereka juga benci dirinya. Tala adalah gadis bebas tak ada yang membuatnya pusing. Ia mengkritisi perasaan Laila yang selalu jatuh cinta dengan lelaki yang salah dan kali ini Laila justru jatuh cinta pada Sihar yang telah beristri. Tala nampak tak suka dengan Sihar karena ia tahu cepat atau lambat Sihar akan menyakiti Laila, terlihat sekali dari gelagat Sihar yang sering tiba-tiba membatalkan janji ketemuan. Namun Laila tetap keras kepala mempertahankan rasanya pada Sihar, lalu bisa apa Tala kalau sudah begitu?.

Bagaimana kisah Laila dan Sihar? Bagaimana pula kisah Saman dan Tala?. Baca ya~

Saatnya Epik komen. Menurut Epik novel ini bahasanya ngga seberat yang Epik kira. Ya, awalnya Epik ngira bakal kesulitan baca novel ini, apa lagi yang ngerekomendasi'in novel ini tuh dosen sastra yang keren banget gitu jadi Epik ngira bakal pusing-pusing baca nih novel. Eh ternyata engga kok... Cuman kisahnya emang 'manteb' banget. Epik agak kesulitan nentuin siapa sih tokoh utama novel ini, kok kesannya semua tokoh yang muncul di novel ini tuh penting banget dan porsinya bisa dibilang hampir sama banyak. Tapi karena judul novel ini Saman dan cerita memang banyak yang berhubungan dengan Saman, jadi Epik simpulkan tokoh utamanya Saman. (kesimpulan macam apa ini?????).

Tiap tokoh punya cerita yang unik. Seperti Laila yang ingin mempertahankan keperawanan tapi juga ngga ingin ditinggal Sihar yang sudah beristri (tokoh Tala yakin kalau orang yang sudah beristri pasti ngga bisa kalau ngga 'begitu'), Sihar (disini kisah pribadinya ngga banyak dijabarkan) yang galau karena sejujurnya dia tertarik dengan Laila tapi takut ninggalin istrinya, Saman yang awalnya jadi pater tapi akhirnya malah mempertanyakan keberadaan Tuhan disaat ia dan kawan-kawannya membutuhkan-Nya, Shakuntala yang dengan berani 'menyendok' keperawanannya sendiri karena dia beranggapan mengapa harus pria yang merenggut keperawanan? (KIKOSer ngga salah baca kok, karena emang Tala mengambil keperawanannya pake sendok ==), selain itu ada tokoh Yasmin yang sempat hidup bersama dengan pacarnya 8 tahun (meski akhirnya mereka menikah juga), dan Cok si gadis kenes yang sudah tidak perawan sejak SMA.

Novel ini itu kental banget unsur seksualitasnya (menurut Epik loh ya), agak vulgar-vulgar gimana gituh. Sepanjang cerita yang paling banyak dibahas itu masalah hubungan fisik dan keperawanan. Bagi Epik yang menarik adalah ada pertentangan nilai sebuah kesucian (dalam hal ini adalah keperawanan) bagi setiap tokohnya. Contohnya bagi Laila dan Yasmin saat muda, keperawanan itu segalanya sedang bagi Tala dan Cok keperawanan itu ngga ada nilainya, tidak lebih dari selaput tipis. Lucunya adalah meski Laila enggan kehilangan keperawanan, ia rela melakukan 'sesuatu' untuk memuaskan Sihar. Yah sama aja kakak (=o=)/... Lalu Yasmin sendiri akhirnya justru melepas keperawanannya dengan kekasih yang 8 tahun kemudian jadi suaminya. Selain itu, muncul kata-kata yang sebenernya termasuk kata-kata kotor gitu, menyebut alat kelamin pakai bahasa lokal ah... rasanya kan masih tabu gitu. Aish... #blushing

Novel Saman ini menurut Epik sangat menarik (terbukti sudah dicetak berkali-kali). Kalau Epik compare sama novel buatan Djenar, bahasa yang dipakai Djenar dalam novelnya lebih mbulet dan blibet dari pada novel Saman. Menurut Epik, kalau baca novelnya Djenar lebih butuh banyak energi jadinya kurang bisa nikmatin cerita novelnya. Novel Djenar lebih cocok ngga sekedar dibaca tapi sambil dikaji, karena novelnya bukan sekedar bacaan untuk menghibur diri. Bukan berarti novel Djenar ngga bagus, cuma butuh energi aja buat bacanya. Sedang novel ini tuh asyik dan lebih nyaman dibaca dalam kondisi apapun. Secara pribadi Epik lebih suka Saman.

Kesimpulannya adalah KIKOSer wajib baca novel ini. :D
ciao~

Spesial Thank’s :
-Terima kasih untuk Pak Puji, dosen sastra yang kakkoi dan yang pernah menyarankan Epik dan kawan-kawan baca novel ini (disaraninnya kapan, baru bacanya kapan... Hahaha #Lame) :D
-Terima kasih untuk Mas Ribut, Toko Buku Bekas di FB yang keren-keren banget dagangannya... Terima kasih ya mas, sering ngasih korting pas COD... :D

2 komentar:

  1. Epik coba baca yang Larung deh, atau yg novel ayu utami yang baru2. kalau menurut ku sih, dia novelnya keren2, sama kayak Djenar. Reyko suka juga><.
    kalau Ayu Utami, dari yang bahasa berat, sastra yang bikin mikir, sampai yg santai ada semua>,<, jarang2 penulis punya genre/topik tulisan kayak Ayu sama Djenar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Woke woke... berarti Saman ini baru warming up gitu yah? hahaha woke :D
      makasih ya Reyko, nanti insyaALlah Epik cari deh novelnya yang lain :D

      -Epik-

      Hapus