Selamat
Siang...
Sedikit
curhat di tengah kegalauan dan kemalasan menulis proposal skripsi, Epik
menyempatkan diri membaca sebuah novel yang keren dan sudah dikenal sebagai
novel sastra tanah air yang 'ih wow' banget. KIKOSer yang baca jangan
berpikiran kotor ya. Epik taunya novel ini tuh dari salah satu dosen kakkoi (artinya: keren) yang mengajar
Epik saat tahun-tahun awal kuliah dulu dan baru keturutan (punya) serta baca
akhir-akhir ini.
Judul
|
Saman
|
Penulis
|
Ayu Utami
|
Genre
|
Novel
Sastra
|
Penerbit
|
KPG
(Kepustakaan Populer Gramedia)
|
Jumlah
Halaman
|
197
|
Tahun
Terbit
|
Maret
2000 (cetakan ke-14)
|
Ayu Utami |
Laila,
seorang fotografer, mendapat tugas lapangan di sebuah rig (semacam tambang
minyak) di tengah lautan untuk membuat profil perusahaan. Bagaimana rasanya
menjadi wanita satu-satunya di rig yang penuh dengan pria-pria yang haus akan
belaian wanita?. Rasa tidak nyaman karena tatapan-tatapan nakal dan
gumaman-gumaman berbau porno dirasakan Laila. Tapi disana Laila justru menemukan
satu pria yang menarik hatinya. Seorang pria Batak dengan kulit coklat ,yang
menurut Laila, seksi. Pria yang bernama Sihar ini berdebat dengan Rosano, si company man (orang kantor), mengenai
pengeboran. Sihar bersikeras untuk tidak mengebor dulu sampai tekanan gas dari
bawah berkurang sedang Rosano yang tidak mau kalah juga memaksa Sihar untuk
segera mengebor. Bagaimanapun si company
man jauh memiliki kedudukan dibanding Sihar, segeralah mesin dijalankan.
Tak lama kemudian ledakan hebat mengguncang rig. Beberapa pekerja bahkan
sahabat Sihar tewas akibat kesembronoan Rosano.
Kejadian
itu nyatanya malah mendekatkan Sihar dengan Laila. Sihar berniat balas dendam
terhadap Rosano, mungkin dengan meledakan kepala orang sok itu menggunakan
mesiu Sihar baru merasa puas. Tapi Laila memberi ide lain, memberi ide yang
lebih halus dan masuk akal yakni dengan menuntut perusahaan tempat Rosano
bekerja. Laila berjanji akan me-lobby
teman-temannya yang bergerak di bidang LSM untuk membantu dalam upaya menuntut
perusahaan lewat jalur hukum. Sihar pun tertarik dan menuruti saran Laila.
Laila pun girang karena dengan begitu ia dan Sihar bisa terus bersama bahkan
setelah mengetahui bahwa Sihar telah beristri tidak mengurangi rasa sukanya
pada Sihar.
Disisi
lain, kehidupan sahabat-sahabat Laila mulai diceritakan. Ada Saman yang dulunya
bukan bernama Saman. Sebelum berganti nama menjadi Saman, namanya adalah
Athanasius Wisanggeni, seorang pater yang ditugaskan di daerah Perabumulih.
Wis, panggilan Wisanggeni, memang sengaja ingin ditempatkan disana untuk
mengenang nostalgia atau lebih tepatnya ia ingin mencari sesuatu yang hilang.
Dulu saat masih kanak-kanak, Wis pernah tinggal di Perabumulih bersama ayah dan
ibunya. Disana ibunya sempat keguguran 2 kali dan sekali melahirkan bayi dalam
keadaan hidup tetapi meninggal sehari kemudian. Wis meyakini adiknya tidaklah
mati tapi mereka lahir ke dunia lain sebab ia merasa ibunya telah terlibat
percintaan aneh dengan penghuni hutan belakang rumahnya. Kini Wis berusaha
mencari adik-adiknya. Dalam pencarian itu, Wis justru bertemu dengan seorang
gadis keterbelakangan mental dan sedikit gila bernama Upi. Tiba-tiba dihatinya
muncul rasa sayang, bukan rasa sayang karena nafsu tapi rasa sayang tulus
layaknya kakak kepada adiknya.
Di lain tempat ada Shakuntala, yang dianggap perempuan (maaf) sundal oleh ayah dan kakaknya. Ia membenci mereka dan nampaknya mereka juga benci dirinya. Tala adalah gadis bebas tak ada yang membuatnya pusing. Ia mengkritisi perasaan Laila yang selalu jatuh cinta dengan lelaki yang salah dan kali ini Laila justru jatuh cinta pada Sihar yang telah beristri. Tala nampak tak suka dengan Sihar karena ia tahu cepat atau lambat Sihar akan menyakiti Laila, terlihat sekali dari gelagat Sihar yang sering tiba-tiba membatalkan janji ketemuan. Namun Laila tetap keras kepala mempertahankan rasanya pada Sihar, lalu bisa apa Tala kalau sudah begitu?.
Bagaimana
kisah Laila dan Sihar? Bagaimana pula kisah Saman dan Tala?. Baca ya~
Saatnya
Epik komen. Menurut Epik novel ini bahasanya ngga seberat yang Epik kira. Ya,
awalnya Epik ngira bakal kesulitan baca novel ini, apa lagi yang
ngerekomendasi'in novel ini tuh dosen sastra yang keren banget gitu jadi Epik
ngira bakal pusing-pusing baca nih novel. Eh ternyata engga kok... Cuman kisahnya
emang 'manteb' banget. Epik agak kesulitan nentuin siapa sih tokoh utama novel
ini, kok kesannya semua tokoh yang muncul di novel ini tuh penting banget dan
porsinya bisa dibilang hampir sama banyak. Tapi karena judul novel ini Saman
dan cerita memang banyak yang berhubungan dengan Saman, jadi Epik simpulkan
tokoh utamanya Saman. (kesimpulan macam apa ini?????).
Tiap
tokoh punya cerita yang unik. Seperti Laila yang ingin mempertahankan
keperawanan tapi juga ngga ingin ditinggal Sihar yang sudah beristri (tokoh
Tala yakin kalau orang yang sudah beristri pasti ngga bisa kalau ngga
'begitu'), Sihar (disini kisah pribadinya ngga banyak dijabarkan) yang galau
karena sejujurnya dia tertarik dengan Laila tapi takut ninggalin istrinya,
Saman yang awalnya jadi pater tapi akhirnya malah mempertanyakan keberadaan
Tuhan disaat ia dan kawan-kawannya membutuhkan-Nya, Shakuntala yang dengan
berani 'menyendok' keperawanannya sendiri karena dia beranggapan mengapa harus
pria yang merenggut keperawanan? (KIKOSer ngga salah baca kok, karena emang
Tala mengambil keperawanannya pake sendok ==), selain itu ada tokoh Yasmin yang
sempat hidup bersama dengan pacarnya 8 tahun (meski akhirnya mereka menikah
juga), dan Cok si gadis kenes yang sudah tidak perawan sejak SMA.
Novel ini
itu kental banget unsur seksualitasnya (menurut Epik loh ya), agak
vulgar-vulgar gimana gituh. Sepanjang cerita yang paling banyak dibahas itu
masalah hubungan fisik dan keperawanan. Bagi Epik yang menarik adalah ada
pertentangan nilai sebuah kesucian (dalam hal ini adalah keperawanan) bagi
setiap tokohnya. Contohnya bagi Laila dan Yasmin saat muda, keperawanan itu
segalanya sedang bagi Tala dan Cok keperawanan itu ngga ada nilainya, tidak
lebih dari selaput tipis. Lucunya adalah meski Laila enggan kehilangan
keperawanan, ia rela melakukan 'sesuatu' untuk memuaskan Sihar. Yah sama aja
kakak (=o=)/... Lalu Yasmin sendiri akhirnya justru melepas keperawanannya
dengan kekasih yang 8 tahun kemudian jadi suaminya. Selain itu, muncul
kata-kata yang sebenernya termasuk kata-kata kotor gitu, menyebut alat kelamin
pakai bahasa lokal ah... rasanya kan masih tabu gitu. Aish... #blushing
Novel
Saman ini menurut Epik sangat menarik (terbukti sudah dicetak berkali-kali).
Kalau Epik compare sama novel buatan
Djenar, bahasa yang dipakai Djenar dalam novelnya lebih mbulet dan blibet dari
pada novel Saman. Menurut Epik, kalau baca novelnya Djenar lebih butuh banyak
energi jadinya kurang bisa nikmatin cerita novelnya. Novel Djenar lebih cocok
ngga sekedar dibaca tapi sambil dikaji, karena novelnya bukan sekedar bacaan
untuk menghibur diri. Bukan berarti novel Djenar ngga bagus, cuma butuh energi
aja buat bacanya. Sedang novel ini tuh asyik dan lebih nyaman dibaca dalam
kondisi apapun. Secara pribadi Epik lebih suka Saman.
Kesimpulannya
adalah KIKOSer wajib baca novel ini. :D
ciao~
Spesial Thank’s :
-Terima
kasih untuk Pak Puji, dosen sastra yang kakkoi
dan yang pernah menyarankan Epik dan kawan-kawan baca novel ini (disaraninnya
kapan, baru bacanya kapan... Hahaha #Lame)
:D
-Terima
kasih untuk Mas Ribut, Toko Buku Bekas di FB yang keren-keren banget
dagangannya... Terima kasih ya mas, sering ngasih korting pas COD... :D
Epik coba baca yang Larung deh, atau yg novel ayu utami yang baru2. kalau menurut ku sih, dia novelnya keren2, sama kayak Djenar. Reyko suka juga><.
BalasHapuskalau Ayu Utami, dari yang bahasa berat, sastra yang bikin mikir, sampai yg santai ada semua>,<, jarang2 penulis punya genre/topik tulisan kayak Ayu sama Djenar.
Woke woke... berarti Saman ini baru warming up gitu yah? hahaha woke :D
Hapusmakasih ya Reyko, nanti insyaALlah Epik cari deh novelnya yang lain :D
-Epik-