Konbanwa~
KIKOSer
hehehe lama tak jumpa… Maaf ya, KIKOS udah lama ngga diurusin sama
admin-admin-nya… Berasa kayak nelantarin anak sendiri~ (T___T)/ Bikinnya
seneng, ngurusnya kagak mau~ (apa-apa’an ini???).
Apa lagi
sekarang Reyko juga baru bangkit dari kubur, eh maksudnya bangkit dari
keterpurukan ngerja’in sekeripsi. Yeee… horeee~ InsyaAllah KIKOS akan diurus
lagi…
Nah, Epik
kali ini akan membahas novel lagi ye~ Judulnya The Beach… (ati-ati ya bacanya
jangan keliru the b*tch loh ya~). Menurut Epik sih, novelnya cukup seru soalnya
ada banyak intrik di dalamnya… BTW, udah tau kan kalau novel ini udah
difilm’in? itu lo yang main Leonardo Di Caprio… Dijamin kalau nonton film-nya
mata KIKOSer bakal dimanjakan dengan pemandangan indah pantai dan pemandangan
indah dari wajah ganteng Leonardo Di Caprio hehehe… Bagi KIKOSer yang udah
nonton film The Beach (2000) ada baiknya baca novelnya juga. Soalnya di dalam
novel beda banget dari filmnya~ Dari pada lama-lama KIKOSer langsung aja baca review’an novel The Beach ya~
Judul
|
The
Beach
|
Penulis
|
Alex
Garland
|
Genre
|
Novel Adventure
Thriller Fiction
|
Penerbit
|
Penguin
Book
|
Jumlah
Halaman
|
439
|
Tahun
Terbit
|
1997 (cetakan
pertama di Penguin Book)
|
Alex Garland |
Apa yang
akan KIKOSer lakukan kalau KIKOSer diberi sebuah peta sebuah pantai indah yang
misterius oleh orang misterius?. Akankah KIKOSer pergi kesana? Atau membuang
jauh-jauh peta GeJe itu?. Atau KIKOSer malah jadi galau?. Hayooo?.
Richard,
seorang backpacker yang sudah biasa
berkeliling daerah Asia, saat ini sedang mencari petualangan baru dengan pergi
ke Bangkok yang katanya surganya para backpacker.
Dia memilih menginap di guesthouse murah
di daerah Khao San Road sebelum memulai petualangannya di Bangkok.
Tapi
kemudian ada sebuah tragedi, Richard diberi sebuah peta oleh seorang pria
Skotlandia yang tinggal disebelah kamar yang Richard sewa. Malam sebelumnya
pria itu memang mengganggu Richard dengan mengajaknya ngobrol lewat jendela
kecil yang saling terhubung dengan kamar yang lain. Pria itu sepertinya gila
(atau paling tidak dia mabuk), karena ia mengoceh soal pantai rahasia yang
indah. Richard hampir-hampir tidak menggubrisnya. Nah saat tahu pria itu
meninggalkan peta aneh untuknya, Richard merasa pria ini harus diberi pelajaran
agar tidak mengganggunya. Saat Richard mengetuk kamar pria itu ternyata
pintunya tidak terkunci, jadi Richard langsung masuk ke dalam. Pemandangan di
dalam kamar benar-benar mengerikan pria itu sudah tergeletak bersimbah darah
dengan luka robek di perut yang dibuatnya sendiri.
Pria itu
kemudian diidentifikasi oleh polisi bernama Daffy Duck, Richard dan beberapa
orang lain diintrogasi seputar penemuan mayat Mr. Daffy itu. Richard
menjelaskan kepada polisi Thailand bahwa ia tidak mengenal pria itu, yang ia
tahu hanya pria itu berlogat orang Skotlandia dan nama yang dia pakai itu bukan
nama asli (Daffy Duck kan nama tokoh kartun). Tapi untungnya Richard dilepaskan
karena dianggap tidak memiliki hubungan dengan kematian Daffy yang dipastikan
oleh kepolisian Thailand meninggal karena bunuh diri.
Richard
tidak bercerita mengenai peta yang diberikan Daffy kepada polisi. Sepertinya
Richard benar-benar penasaran dengan keberadaan pantai yang konon indah itu.
Ada sepasangan pria dan wanita muda dari Perancis bernama Etienne dan Francoise
yang tinggal di sebelah kamar sewaan Richard yang juga turut diintrogasi
mengenai kematian Daffy. Nah, Richard mengajak pasangan tersebut pergi ke
pantai indah dengan tuntunan peta Daffy. Etienne, sangat senang dengan ajakan
Richard karena ia menginginkan petualangan baru yang lain dari yang lain.
Kendala yang muncul adalah bagaimana cara mereka pergi kepulau tersebut.
Setelah mencari info cara untuk pergi kesana mereka mendapati bahwa mereka
tidak mungkin pergi ke tempat yang ada di peta tersebut alasannya karena daerah
yang ingin mereka datangi adalah area konservasi alam yang tidak boleh di
datangi bergitu saja. Mereka hanya bisa menginap sehari di Ko Phelong sebuah
pulau yang berada tepat di seberang pulau yang sebenarnya ingin mereka tuju.
Mereka pun berusaha mendapatkan kendaraan ke Ko Phelong dengan harga dan
fasilitas yang cocok. Etienne bernegosiasi dengan pengemudi kapal yang kemudian
“deal” bersedia mengantar mereka ke
Ko Phelong dan bahkan orang itu mau menjemput mereka 3 hari setelah hari
keberangkatan.
Pada hari
H, mereka bertiga pergi ke Ko Phelong diantar oleh pengemudi kapal. Sesampainya
disana mereka agak segan untuk pergi ke pulau yang mereka ingin tuju. Pasalnya
mereka berencana untuk menyeberangi lautan dari Ko Phelong ke pulau itu dengan
berenang tapi ternyata jarak yang harus mereka tempuh terlihat cukup jauh. Tapi
sudah kepalang basah juga jika mereka harus kembali sia-sia tanpa membuktikan
keberadaan pantai yang konon indah itu. Mereka pun menyiapkan diri sebaik
mungkin. Dengan memasukan barang-barang yang mereka sekiranya bisa bawa ke
dalam kantong plastik yang besar agar tidak basah sekaligus menjadikan kantong
itu sebagai pelampung.
Setelah
melalui perjalanan yang melelahkan mereka bertiga berhasil sampai ke pulau
seberang dengan selamat. Mereka segera menyusuri peta yang mereka bawa. Setelah
menaiki bukit kecil, mereka menemukan sebuah pemandangan yang sulit dipercaya.
Dihadapan mereka terhampar ladang ganja yang luas. Namun mereka harus menelan
kekecewaan saat mereka menyadari bahwa ganja-ganja dihadapan mereka ini
bukanlah ganja liar melainkan ganja yang sengaja ditanam oleh petani-petani
ganja yang tinggal disitu. Kalau saja mereka terlambat bersembunyi mungkin
mereka sudah kehilangan nyawa mereka karena ketahuan oleh penjaga kebun ganja
yang siaga dengan membawa senapan dan golok besar.
Richard,
Etienne, dan Francoise tentu saja merasa ngeri jika sampai tertangkap, namun
mereka tidak mau menyerah dan pulang dengan tangan hampa begitu saja, paling
tidak mereka harus menemukan pantai itu. Mereka bertiga pun melanjutkan
perjalanan menuju pantai yang berada disisi lain pulau ini. Di tengah
perjalanan mereka menemukan kendala, menurut peta itu mereka harus melewati sebuah
air terjun. Etienne berkata mengapa tidak lompat saja toh melompat dari air
terjun tidak terlalu mengerikan, tapi tetap saja ada bahaya yang mengancam.
Bagaimana bila ternyata kolam di bawah air terjun itu ternyata dangkal? Atau
jangan-jangan di bawah sana terdapat batu-batuan tajam yang siap meremukkan
tubuh mereka bertiga?. Richard mengambil keputusan sulit itu dengan menjadi
sukarelawan yang pertama kali terjun untuk memastikan bahwa air terjun itu aman
dilompati. Dan syukurlah ternyata kolam di bawah air terjun tersebut cukup
dalam sehingga Richard tidak membentur lantai kolam.
Sambil
berenang ke pinggir, Richard pun mengatakan bahwa kolamnya aman dan menyuruk
pasangan muda Perancis itu untuk segera turun. Tak lama kemudian seorang pria
muncul dari balik hutan sambil menyalakan rokok. Pria itu memperkenalkan
dirinya dengan nama Jed. Pria itu kemudian mengajak Richard, Etienne, dan
Francoise menuju “perkampungan” yang ada di pulau itu.
Mereka
bertemu orang-orang lain yang tinggal di pulau itu. Ada Sal (seorang wanita
yang terlihat memiliki kedudukan istimewa di pulau ini), Bugs (kekasih dari Sal
sekaligus yang menangani bagian pertukangan), Keaty (pria kulit hitam yang hoby
main game), ada 3 pria Swedia (Karl, Christo, dan Sten), Jean (ketua bagian
bercocok tanam), dan masih banyak lagi orang disana. Richard, Etienne, dan
Francoise diterima dengan baik di perkumpulan pantai ini. Pulau yang indah
ditambah pantai yang mempesona apa lagi semua orang terlihat ramah, akrab, dan
hangat membuat ketiga anggota baru pulau ini benar-benar terpesona. Akankan
keindahan yang seolah tidak memiliki kecacatan ini akan bertahan selamanya?.
Akankah tempat seindah ini bisa membuat orang yang tinggal merasa muak?. Baca sendiri
ya KIKOSer~ hehehe~
Sumprit
nih novel bikin ngiri… hehehe… Gimana ngga, pembaca dibiarkan ngiler membayangkan
pulau dan pantai yang ditinggali mereka. Bener-bener in paradise banget… Mungkin bagi yang udah nonton film-nya jadi
ngga terlalu susah membayangin indahnya pantai ini~.
Novel The Beach ini menurut Epik entah tergolong novel apa tapi Epik menggolongkan novel ini sebagai novel adventure thriller (mohon dikoreksi ya KIKOSer kalau ternyata Epik salah memasukan genre novel ini, onegaishimasu). Tapi susah juga masukin novel ini ke golongan thriller, soalnya sense thriller-nya baru kerasa banget pas menjelang ending… entah mengapa dari awal sampai menjelang bab-bab terakhir thriller-nya ngga berasa (meski dibab-bab tengah sampai ending “kegilaan” tokoh utama bener-bener ditonjolin, ntar deh Epik bahas). Mau masukin novel ini ke genre romance juga ngga cocok soalnya kisah romance-nya dikit banget. Ya paling cocok emang novel adventure~ petualangan~.
Novel The Beach ini menurut Epik entah tergolong novel apa tapi Epik menggolongkan novel ini sebagai novel adventure thriller (mohon dikoreksi ya KIKOSer kalau ternyata Epik salah memasukan genre novel ini, onegaishimasu). Tapi susah juga masukin novel ini ke golongan thriller, soalnya sense thriller-nya baru kerasa banget pas menjelang ending… entah mengapa dari awal sampai menjelang bab-bab terakhir thriller-nya ngga berasa (meski dibab-bab tengah sampai ending “kegilaan” tokoh utama bener-bener ditonjolin, ntar deh Epik bahas). Mau masukin novel ini ke genre romance juga ngga cocok soalnya kisah romance-nya dikit banget. Ya paling cocok emang novel adventure~ petualangan~.
Entah
percaya atau ngga, meski klimaks ketegangan novel ini ada di bab-bab terakhir
tapi bab awal sampai tengah itu ngga bikin bosen. Ada aja yang bikin pembaca
ngga bisa berhenti gitu aja baca~. Pembacanya dihipnotis hahaha~. Dan lagi meski
pake bahasa Inggris (Epik baca yang versi bahasa Inggris soalnya) dijamin ngga mangkel
ato bosen gara-gara kelamaan lompat bab soalnya satu bab paling cuma terdiri
dari beberapa halaman aja. Ngga banyak halaman maksudnya~. Kadang ada kan novel bahasa
Inggris yang dari bab satu ke bab satunya sampe berpuluh-puluh halaman dan itu
bikin pembaca jadi agak bosen, pingin cepet-cepet ganti bab soalnya.
Novel ini
pake gaya cerita sudut pandang pertama pelaku utama. Jadi gaya ceritanya nih
pura-puranya ada orang bernama Richard yang menceritakan kembali pengalamannya
pergi ke Bangkok dan berakhir dengan menemukan pantai tersembunyi. Jadi cerita
bener-bener 100% dari sudut pandang Richard. Bagian yang paling Epik suka dari novel
ini adalah si Richard tanpa sungkan menceritakan pengelihatan-pengelihatannya
yang gila. Di dalam novel ini peran dari tokoh Daffy tidak akan berhenti setelah
ia mati tapi justru muncul lagi dalam pengelihatan Richard. Jadi Richard
menggambarkan bahwa ia benar-benar bisa melihat, mendengar, dan merasakan
keberadaan Daffy dalam dunia nyata. Gila ngga sih!. Dan hebatnya lagi cara kemunculan
Daffy ini ngga langsung gitu aja tapi bertahap. Mulai dari mengganggu Richard
dalam mimpi, lalu jadi suara-suara yang di dengar Richard di dunia nyata,
sampai akhirnya Richard bisa merasakan keberadaan Daffy di dunia nyata. Keren!
Epik suka banget gaya Alex Garland (penulis) dari cara dia menghidupkan tokoh
Richard seolah pembaca lagi baca true
story novel dari pria bernama Richard yang bener-bener gila sampe bisa merasakan
keberadaan orang yang sudah mati selayaknya merasakan keberadaan orang hidup.
(halah apa’an seh…(=_=)” kok bahasanya malah mbulet gini…).
Epik mau
membandingkan antara novel dan filmnya ya~. Menurut Epik nih ya, filmnya ngga
cocok kalau dikasih sub-judul “based on Alex Garland’s novel”. Kenapa
demikian?. Soalnya cerita novel dan filmnya jauuuhhh beeeedddaaaa. Mulai dari
karakter-karakter, alur cerita, detil-detil pemain, bahkan sampai ending pun beda. Kalau diitung-itung
persamaannya antara novel dan film cuma dikit. Dalam novel Richard adalah orang
Inggris sedang dalam film Richard adalah orang Amerika. Trus tokoh Jed yang
terhitung memiliki porsi peran yang besar dalam novel, malah ngga ada di dalam film. Dalam
novel Richard sama sekali ngga merebut Francoise dan Etienne pun ngga “dengan gampangnya ikhlas” melepas Francoise untuk Richard. Hubungan Richard dan Sal dalam novel
bener-bener profesional, sekedar hubungan antara bos dan anak buah tanpa embel-embel
rasa tertarik secara seksual,sedang di filmnya Sal kayaknya tertarik banget sama Richard dari segi seksual. Banyak banget dah yang beda~. Jadi itu alasan
Epik bilang film The Beach ngga cocok kalau ditulis “based from Alex Garland’s
novel”, cocoknya “inspired by Alex Garland’s novel”. Epik ngga bilang film The
Beach jelek loh ya~ tapi kalau memang dibilang berdasarkan novel The Beach,
Epik kurang setuju karena emang beda. Soalnya baik novel maupun filmnya punya
sisi yang bagus sendiri-sendiri. Jujur Epik lebih suka ending dari filmnya.
Tapi kalau serunya ya seruan novelnya hehehe~. Jadi Epik saranin nonton dulu filmnya baru baca novelnya (dari pada KIKOSer mangkel gara-gara banyak adegan
di film yang ngga mirip novel?).
Kekurangan
dari novel ini ada beberapa singkatan atau istilah yang ngga dijelaskan secara
gamblang. Misal singkatan “the DMZ” atau istilah “Rizzla”. Entah nama merk atau
apa Epik juga ngga tau… jadi agak susahkan pembaca untuk berimajinasi (gimana
mau berimajinasi kalo artinya aja ngga tau…?)
Over all, kasih jempol buat novel
ini. Gaya cerita dan alurnya asik!. Ngga cuma kisah petualangan tapi juga ada
intrik didalamnya~ Jadi KIKOSer harus baca ya~ hehehe~.
Untuk download novelnya (English version) klik DISINI ya!:
Link download di atas terhubung dengan http://ebookbrowsee.net/garland-alex-the-beach-rtf-d133472831
For Your Information:
-
Alex Garland ini juga didapuk sebagai screenwriter
dari beberapa film yang fenomenal. Beberapa film yang ia pegang adalah 28 Days
Later dan Dredd
Spesial Thank’s :
-Mbak
Nisya yang sudah membiarkan pesanan buku onlen saya dikirim ke rumahnya.
Arigatougozaimasu… ^^
-amartapura.com,
toko buku onlen yang dengan memuaskan mengirim pesanan buku dari Epik hehehe
saran epik buat belanja di amartapura.com belum dilaksanakan.. novelnya keren-keren ternyata T_T the beach awalnya aku kira ini film psikopat yang tinggal disatu pulau,, soalnya pas dia awal juga udah ada darah-darahnya..hehe
BalasHapusKeren-keren kan~ dan menurut Epik harganya juga keren~ hahaha
BalasHapusIya, pas dulu nonton di tv Epik juga mikirnya gitu (apa lagi nontonnya dari tengah-tengah). Tp ending di novelnya lebih sadis lo~
Btw, aQ juga belum baca katarsis (uda beli belom dibaca~) sama review'an carrienya masih utang dulu ya hahaha... Soalnya laptopnya Epik baru kehujanan dan mati total... (curhat)
-Epik-
carrie aku udah beli,,tapi belum dibaca masih di antrian lemari..hehe
BalasHapuswooo... bagus kok! udah nonton filmnya? haduh jadi pingin nonton filmnya~
Hapus-Epik-
Leonardo sangat kocak dan gokil di film ini beda sama fillm2 leo lainnya yg kebanyakan serius
BalasHapus