Jumat, 01 November 2013

Perfume: The Story of a Murderer “Membunuh Demi Parfum Terhebat!”


Yay~
Epik kembali dengan review’an novel!. KIKOSer pasti udah kangen banget sama admin-admin KIKOS (terutama sama Epik kan~). Curhat dikit ya~. Hari ini Epik ujian Dokkai (reading comprehension) dan Sakubun (writting). Sedihhh… Dokkai-nya susah (T A T). Sakubun-nya sih lumayan… Tapi dokkai-nya~ ah~

Udah cukup OOT-nya!. Langsung baca ya~


Judul
Perfume: The Story of a Murderer
Penulis
Patrick Suskind
Genre
Novel Petualangan, Crime
Penerbit
Design
Jumlah Halaman
423
Tahun Terbit
Maret 2006 (cetakan ke-1)


Patrick Suskind
Abad 18 di Perancis bukanlah tempat yang indah seperti hari ini. Bau kotoran tikus, pesing, apak, cabai busuk, lembab, amis, keringat, baju-baju yang tak pernah diganti, dan bau-bau lain membumbung, menciptakan kabut bau menyengat yang tercium sangat wajar di kota Paris. Suatu hari saat musim panas di atas sebuah pemakaman bernama Cimetiere des Innocents yang telah berubah menjadi pasar makanan, seorang wanita penjual ikan yang hamil melahirkan bayi mungil. Usia wanita itu belum lewat 25 tahun dengan paras yang lumayan cantik dan tidak sedang mengalami masalah kesehatan yang serius (kecuali sedikit encok, sifilis, dan paru), tetapi ia sudah melahirkan anak tanpa ayah untuk kelimakali-nya. Seperti kelahiran-kelahiran sebelum-nya, ia hanya berjongkok di bawah meja jagal kemudian ia bersalin tanpa bantuan siapapun. Setelah bayi-nya lahir, ia memotong tali pusar si bayi, tapi kemudian ia pingsan, tersungkur ke arah jalanan becek dengan tangan memegang pisau.

Orang-orang yang berseliweran pun segera mengerumuni wanita itu dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Mereka tidak curiga dengan si wanita kucuali dengan darah di rok-nya yang segera di tepis oleh si wanita dengan mengatakan bahwa itu adalah darah ikan. Ketika ia berjalan gontai hendak membersihkan diri, tiba-tiba suara tangisan bayi memecah keriuhan. Dibalik kerumunan lalat, kotoran, dan kepala ikan, orang-orang menemukan sesosok bayi. Segera setelah tangisan pertama-nya, ia mengantar ibu kandung-nya ke tiang gantungan atas tuduhan percobaan pembunuhan terhadap bayi, ditambah ibu-nya mengaku ini bukan yang pertamakali-nya.

Jean-Baptise Grenouille, nama bayi itu. Ia berpindah-pindah dari satu tangan ke tangan lain. Awalnya ia diberikan ke seorang ibu susu bernama Jeanne Bussie atas permintaan Bapa Terrier dari Biara Saint-Merri yang kemudian mengembalikan-nya lagi ke Biara. Jeanne Bussie mengatakan bahwa anak ini mengerikan, nafsu minum susu-nya sangat besar, dan ia sudah tidak sanggup menyusui anak ini. Jeanne Bussie mengatakan bahwa anak ini tidak memiliki baud an hal itu tidak wajar. Bapa Terrier kemudian melimpahkan Grenouille ke Madame Gaillard yang memiliki penampungan anak tanpa peduli dari mana mereka asalkan ada orang yang bertanggung jawab atas biaya anak-anak yang dititipkan kepada-nya.

Grenouille tumbuh menjadi anak yang pendiam bahkan sangat jarang bicara. Ia memahami segala-nya melalui penciuman-nya yang tajam. Grenouille dikaruniai indera penciuman yang sungguh luar biasa. Bahkan ia bisa mencium bau orang dari jarak yang sangat jauh. Keistimewaan ini tak banyak disadari orang, yang orang lain tahu adalah Grenouille adalah anak aneh beraura menyeramkan. Grenouille tinggal di penampungan tersebut bersama anak-anak lain hingga berusia 8 tahun dan karena Biara Saint-Merri sudah tidak mengirimkan uang tujangan untuk Grenouille, Madame Gaillard “menyerahkan” anak itu ke seorang penyamak kulit bernama Mounsieur Grimal dengan harga 15 Franc. Diceritakan berpuluh tahun kemudian Madame Gaillard yang selama ini menabung demi hari tua-nya menderita kanker tenggorokan dan harta-nya ludes. Hingga terpaksa saat ia meninggal dunia, jasad-nya dibungkus karung dan dikuburkan di kuburan massal.

Kembali lagi ke Grenouille, di penyamakan kulit ia bekerja dan belajar bertahan hidup. Tanpa banyak bicara, Grenouille bekerja secara biasa, tanpa mengeluh, dan berusaha tidak terlalu menonjol. Suatu hari, saat pesta kembang api sedang berlangsung, Grenouille secara samar mencium wangi yang tidak pernah ia cium sebelum-nya. Wangi itu timbul tenggelam diantara jutaan bau yang berbaur malam itu, tapi Grenouille tahu sumbe-nya berada di seberang sungai.

Saat mengikuti jejak wangi yang lembut itu, Grenouille sampai pada apa yang ia cari. Wangi itu menyeruak dari tubuh seorang gadis pengupas buah plum. Grenouille hampir tidak percaya wangi secantik ini bisa keluar dari tubuh seorang manusia. Grenouille merasa harus memiliki wangi ini. Ia perlahan mendekati gadis itu kemudian mencium aroma dari tengkuk, rambut, dan kerah baju si gadis. Aura dingin Grenouille membuat gadis itu menoleh ke belakang. Tanpa memberi kesempatan lebih banyak lagi, Grenouille segera mencekik gadis itu hingga tak bernyawa dan menghirup aroma si gadis dalam-dalam. Kalau KIKOSer berpikir Grenouille ini psikopat, tunggu sampai aksi Grenouille mewujudkan ambisi-nya dalam menciptakan wewangian yang terhebat di muka bumi!. WAJIB BACA! :)

Genius but sick
itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan Grenouille. Kemampuan hidung-nya dalam memilah-milah bau dan berbekal memori yang kuat membuat Grenouille jadi si jenius wewangian. Tapi ya gitu, mungkin karena dari kecil ngga ada pendidikan moral, agama, dan pemahaman akan norma di masyarakat bikin Grenouille tumbuh jadi makhluk super keji dan penuh topeng. Sejujur-nya Epik benci dengan orang macam ini yang punya seribu topeng untuk menutup jati diri yang asli. Apa lagi sikap sombong Grenouille dan menganggap semua manusia itu "bodoh" karena tidak menyadari potensi dari bau-bau yang ada di sekitar mereka. Plis... Ngga semua orang dikaruniai hidung tajam seperti dirimu bang~.

Gaya cerita novel ini cukup asyik dan cukup mudah dipahami. Tapi kadang juga ada kata-kata agak sulit yang muncul misal kata musykil. Sudut pandang novel ini adalah orang ketiga yang tidak ada hubungan-nya dengan cerita.
 
Movie Cover
Btw, Perfume: The Story of a Murderer ini pernah difilmkan dengan judul yang sama tahun 2006 dibintangi oleh Ben Whishaw sebagai Grenouille (yang menurut Epik masih terlalu tampan untuk menggambarkan Grenouille yang buruk rupa), Dustin Hoffman sebagai Giuseppe Baldini, dan Alan Rickman (as Prof Snape in Harry Potter) sebagai Antoine Richis. Secara garis besar cerita sih sama tapi banyak scene novel yang dipotong seperti masa-masa menetap Grenouille di gua dalam novel yang seharusnya 7 tahun jadi cuma sebentar dan masih banyak lagi. Kalo Epik lihat, versi novel lebih fokus ke arah petualangan Grenouille dari lahir ceprot sampai meninggalkan dunia ini, sedang versi film (untuk memenuhi sisi entertain)lebih fokus ke pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan Grenouille demi dapet parfum. Wajar-wajar aja kalau bagian-bagian yang dianggap bisa bikin boring penonton dipangkas... :)
 
Cuplikan film

Download Perfume: The Story of a Murderer klik disini... (bahasa Inggrisan ya~)

Referensi:
-http://www.imdb.com/title/tt0396171/

For Your Information:
-Film-nya adalah film 2006 termahal buatan Jerman

Spesial Thank’s :
-Bapak-nya Epik yang secara tidak langsung menyokong keberlangsungan Epik membeli novel-novel, "Papa arigatou"
-amartapura.com (toko buku bekas onlen yg buku-nya keren-keren)

Nih Epik kasih gambar cover-cover novel-nya:


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar