Yay~
Epik kembali dengan review’an novel!. KIKOSer pasti udah kangen banget sama admin-admin KIKOS (terutama sama Epik kan~). Curhat dikit ya~. Hari ini Epik ujian Dokkai (reading comprehension) dan Sakubun (writting). Sedihhh… Dokkai-nya susah (T A T). Sakubun-nya sih lumayan… Tapi dokkai-nya~ ah~
Udah cukup OOT-nya!. Langsung baca ya~
Epik kembali dengan review’an novel!. KIKOSer pasti udah kangen banget sama admin-admin KIKOS (terutama sama Epik kan~). Curhat dikit ya~. Hari ini Epik ujian Dokkai (reading comprehension) dan Sakubun (writting). Sedihhh… Dokkai-nya susah (T A T). Sakubun-nya sih lumayan… Tapi dokkai-nya~ ah~
Udah cukup OOT-nya!. Langsung baca ya~
Judul
|
Perfume:
The Story of a Murderer
|
Penulis
|
Patrick
Suskind
|
Genre
|
Novel
Petualangan, Crime
|
Penerbit
|
Design
|
Jumlah
Halaman
|
423
|
Tahun
Terbit
|
Maret
2006 (cetakan ke-1)
|
Patrick Suskind |
Abad 18
di Perancis bukanlah tempat yang indah seperti hari ini. Bau kotoran tikus,
pesing, apak, cabai busuk, lembab, amis, keringat, baju-baju yang tak pernah
diganti, dan bau-bau lain membumbung, menciptakan kabut bau menyengat yang
tercium sangat wajar di kota Paris. Suatu hari saat musim panas di atas sebuah
pemakaman bernama Cimetiere des Innocents yang telah berubah menjadi pasar
makanan, seorang wanita penjual ikan yang hamil melahirkan bayi mungil. Usia
wanita itu belum lewat 25 tahun dengan paras yang lumayan cantik dan tidak
sedang mengalami masalah kesehatan yang serius (kecuali sedikit encok, sifilis,
dan paru), tetapi ia sudah melahirkan anak tanpa ayah untuk kelimakali-nya.
Seperti kelahiran-kelahiran sebelum-nya, ia hanya berjongkok di bawah meja
jagal kemudian ia bersalin tanpa bantuan siapapun. Setelah bayi-nya lahir, ia
memotong tali pusar si bayi, tapi kemudian ia pingsan, tersungkur ke arah
jalanan becek dengan tangan memegang pisau.
Orang-orang
yang berseliweran pun segera mengerumuni wanita itu dan bertanya-tanya apa yang
sedang terjadi. Mereka tidak curiga dengan si wanita kucuali dengan darah di
rok-nya yang segera di tepis oleh si wanita dengan mengatakan bahwa itu adalah
darah ikan. Ketika ia berjalan gontai hendak membersihkan diri, tiba-tiba suara
tangisan bayi memecah keriuhan. Dibalik kerumunan lalat, kotoran, dan kepala
ikan, orang-orang menemukan sesosok bayi. Segera setelah tangisan pertama-nya,
ia mengantar ibu kandung-nya ke tiang gantungan atas tuduhan percobaan
pembunuhan terhadap bayi, ditambah ibu-nya mengaku ini bukan yang
pertamakali-nya.
Jean-Baptise
Grenouille, nama bayi itu. Ia berpindah-pindah dari satu tangan ke tangan lain.
Awalnya ia diberikan ke seorang ibu susu bernama Jeanne Bussie atas permintaan
Bapa Terrier dari Biara Saint-Merri yang kemudian mengembalikan-nya lagi ke
Biara. Jeanne Bussie mengatakan bahwa anak ini mengerikan, nafsu minum susu-nya
sangat besar, dan ia sudah tidak sanggup menyusui anak ini. Jeanne Bussie
mengatakan bahwa anak ini tidak memiliki baud an hal itu tidak wajar. Bapa
Terrier kemudian melimpahkan Grenouille ke Madame Gaillard yang memiliki
penampungan anak tanpa peduli dari mana mereka asalkan ada orang yang bertanggung
jawab atas biaya anak-anak yang dititipkan kepada-nya.
Grenouille
tumbuh menjadi anak yang pendiam bahkan sangat jarang bicara. Ia memahami
segala-nya melalui penciuman-nya yang tajam. Grenouille dikaruniai indera
penciuman yang sungguh luar biasa. Bahkan ia bisa mencium bau orang dari jarak
yang sangat jauh. Keistimewaan ini tak banyak disadari orang, yang orang lain
tahu adalah Grenouille adalah anak aneh beraura menyeramkan. Grenouille tinggal
di penampungan tersebut bersama anak-anak lain hingga berusia 8 tahun dan
karena Biara Saint-Merri sudah tidak mengirimkan uang tujangan untuk
Grenouille, Madame Gaillard “menyerahkan” anak itu ke seorang penyamak kulit
bernama Mounsieur Grimal dengan harga 15 Franc. Diceritakan berpuluh tahun
kemudian Madame Gaillard yang selama ini menabung demi hari tua-nya menderita
kanker tenggorokan dan harta-nya ludes. Hingga terpaksa saat ia meninggal
dunia, jasad-nya dibungkus karung dan dikuburkan di kuburan massal.
Kembali
lagi ke Grenouille, di penyamakan kulit ia bekerja dan belajar bertahan hidup.
Tanpa banyak bicara, Grenouille bekerja secara biasa, tanpa mengeluh, dan
berusaha tidak terlalu menonjol. Suatu hari, saat pesta kembang api sedang
berlangsung, Grenouille secara samar mencium wangi yang tidak pernah ia cium
sebelum-nya. Wangi itu timbul tenggelam diantara jutaan bau yang berbaur malam
itu, tapi Grenouille tahu sumbe-nya berada di seberang sungai.
Saat
mengikuti jejak wangi yang lembut itu, Grenouille sampai pada apa yang ia cari.
Wangi itu menyeruak dari tubuh seorang gadis pengupas buah plum. Grenouille
hampir tidak percaya wangi secantik ini bisa keluar dari tubuh seorang manusia.
Grenouille merasa harus memiliki wangi ini. Ia perlahan mendekati gadis itu
kemudian mencium aroma dari tengkuk, rambut, dan kerah baju si gadis. Aura
dingin Grenouille membuat gadis itu menoleh ke belakang. Tanpa memberi
kesempatan lebih banyak lagi, Grenouille segera mencekik gadis itu hingga tak
bernyawa dan menghirup aroma si gadis dalam-dalam. Kalau KIKOSer berpikir Grenouille
ini psikopat, tunggu sampai aksi Grenouille mewujudkan ambisi-nya dalam
menciptakan wewangian yang terhebat di muka bumi!. WAJIB BACA! :)
Genius but sick itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan Grenouille. Kemampuan hidung-nya dalam memilah-milah bau dan berbekal memori yang kuat membuat Grenouille jadi si jenius wewangian. Tapi ya gitu, mungkin karena dari kecil ngga ada pendidikan moral, agama, dan pemahaman akan norma di masyarakat bikin Grenouille tumbuh jadi makhluk super keji dan penuh topeng. Sejujur-nya Epik benci dengan orang macam ini yang punya seribu topeng untuk menutup jati diri yang asli. Apa lagi sikap sombong Grenouille dan menganggap semua manusia itu "bodoh" karena tidak menyadari potensi dari bau-bau yang ada di sekitar mereka. Plis... Ngga semua orang dikaruniai hidung tajam seperti dirimu bang~.
Genius but sick itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan Grenouille. Kemampuan hidung-nya dalam memilah-milah bau dan berbekal memori yang kuat membuat Grenouille jadi si jenius wewangian. Tapi ya gitu, mungkin karena dari kecil ngga ada pendidikan moral, agama, dan pemahaman akan norma di masyarakat bikin Grenouille tumbuh jadi makhluk super keji dan penuh topeng. Sejujur-nya Epik benci dengan orang macam ini yang punya seribu topeng untuk menutup jati diri yang asli. Apa lagi sikap sombong Grenouille dan menganggap semua manusia itu "bodoh" karena tidak menyadari potensi dari bau-bau yang ada di sekitar mereka. Plis... Ngga semua orang dikaruniai hidung tajam seperti dirimu bang~.
Gaya
cerita novel ini cukup asyik dan cukup mudah dipahami. Tapi kadang juga ada
kata-kata agak sulit yang muncul misal kata musykil. Sudut pandang novel ini
adalah orang ketiga yang tidak ada hubungan-nya dengan cerita.
Btw,
Perfume: The Story of a Murderer ini pernah difilmkan dengan judul yang sama
tahun 2006 dibintangi oleh Ben Whishaw sebagai Grenouille (yang menurut Epik
masih terlalu tampan untuk menggambarkan Grenouille yang buruk rupa), Dustin
Hoffman sebagai Giuseppe Baldini, dan Alan Rickman (as Prof Snape in Harry
Potter) sebagai Antoine Richis. Secara garis besar cerita sih sama tapi banyak
scene novel yang dipotong seperti masa-masa menetap Grenouille di gua dalam
novel yang seharusnya 7 tahun jadi cuma sebentar dan masih banyak lagi. Kalo
Epik lihat, versi novel lebih fokus ke arah petualangan Grenouille dari lahir
ceprot sampai meninggalkan dunia ini, sedang versi film (untuk memenuhi sisi entertain)lebih fokus ke
pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan Grenouille demi dapet parfum. Wajar-wajar
aja kalau bagian-bagian yang dianggap bisa bikin boring penonton dipangkas... :)
-http://www.imdb.com/title/tt0396171/
For Your Information:
-Film-nya
adalah film 2006 termahal buatan Jerman
Spesial Thank’s :
-Bapak-nya
Epik yang secara tidak langsung menyokong keberlangsungan Epik membeli
novel-novel, "Papa arigatou"
-amartapura.com
(toko buku bekas onlen yg buku-nya keren-keren)
Nih Epik
kasih gambar cover-cover novel-nya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar